26. Amarah yang di rindukan

1.5K 100 2
                                    

________

Perempuan marah
Hanya 5 menit saja. 23 jam 55 menitnya mereka hanya akan ngambek.

________

Laptop Andika sudah terbuka lebar di hadapan Zahra saat ini. Andika sengaja meletakkan sebuah meja makan kecil khusus pasien di atas brankar tempat Zahra tidur agar memudahkan kakak iparnya itu melihat wajah Abangnya yang sehat salafiyat.

Di layar laptop sudah ada wajah Aidil terpampang besar dan jelas tiada halangan. Mata Zahra menyorot tajam layar laptop. Di matanya ada kesenangan namun juga ada rasa khawatirnya dan kecewa, semuanya menjadi satu dan memadukan senyawa kompleks nan abadi.

Zahra juga sengaja hanya meminta Andika yang menemaninya di dalam kamar rawat inap, agar dia bisa leluasa mengatakan apapun kepada suaminya itu.

"Kamu diem, gausah ngomong," ujar Zahra kepada Aidil. Kedua tangan Zahra melipat di dada.

"Iya," jawab Aidil.

"Aku bilang diem," ujar Zahra sekali lagi.

Aidil menelan ludahnya, dan menutup mulutnya menggunakan tangan kanannya. Aidil mengangguk dan mencoba memahami istrinya.

"Siapa yang nyuruh kamu ngangguk? Aku bilang diem. Tangan kamu juga gak boleh gerak," tutur Zahra sadis. "Diem jadi patung."

Aidil kemudian diam, dan menuruti saja kemauan istrinya.

"Kamu itu jahat banget tau gak," Zahra mulai mengutarakan perasaannya. "Gimana bisa kamu lupa buat ngabarin istri kamu? Kamu udah lupa kalau kamu punya istri?"

"Enggak mungkin," jawab Aidil dalam hatinya.

Di ujung sana, ada Andika yang tengah membaca majalah diam diam mendengarkan celotehan kakak iparnya. Adika terkekeh, ternyata Zahra yang terlihat amat menaati suaminya bisa se bar bar itu saat marah.

"Kamu gak mikir apa gimana perasaan aku? Atau kamu juga lupa ya kalau aku lagi hamil anak kamu? Iya?" Zahra terdengar sangat ngegas saat ini.

"Satu menitpun aku gak lupa sama anak kita," batin Aidil.

"Atau, kamu udah dapet yang baru di sana? Apa bener kalau perempuan akan kelihatan jelek pas dia hamil? Kok kamu jahat sih?" rengek Zahra seperti anak ABG.

"Kamu justru makin cantik di mata aku."

"Gak mau tau, pokoknya kamu salah karena udah gak ngasih kabar. Dan aku pasti ngira kamu dalam bahaya dong sesaat lihat berita di televisi."

"Iya, maaf. Aku deh yang salah."

"Kamu tau gak gimana perasaan aku saat itu? Aku Sampek pingsan dan anemia aku kambuh lagi? Aku takut anak kita kenapa napa. Sedangkan kamu gak tau kabarnya gimana."

"Maafin aku," Aidil bersuara.

"Kamu diem, kamu boleh ngomong kalau aku izinin," ujar Zahra.

Aidil kembali diam. Menatap nanar sosok istrinya dari layar ponselnya. Betapa rindu ia dengan ocehan istrinya dan semua peraturan peraturan menggemaskan dari istrinya.

Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)Where stories live. Discover now