[ 1 0 ]

376 89 3
                                    

Masuk ke sesi hiburan, penerangan dalam ballroom hanya mengandalkan lighting dari panggung yang sudah disiapkan sedemiakan rupa. Penampilan pertama diisi oleh sebuah band lokal yang namanya belum dikenal luas, tetapi sudah memiliki cukup banyak penggemar. Beberapa tamu undangan bahkan hafal dengan lagu-lagu mereka sampai ikut bernyanyi.

Saat ini seharusnya Sam turut bergabung dengan yang lain, berkumpul di area panggung untuk menikmati musik yang ditampilkan. Namun, Sam tidak bisa melakukan itu karena ada sesuatu yang lebih urgent, dan hal itu tidak bisa membuatnya berdiri dengan tenang di antara kerumunan.

Biru hilang, dan Sam tidak kunjung menemukannya sampai saat ini!

Mungkin ini salahnya juga karena Sam terlalu asyik mengobrol sampai-sampai melupakan Biru. Dan kehadiran Selina malah semakin memperburuk keadaan, hingga Sam baru menyadari ia sudah terlalu lama meninggalkan Biru saat MC mulai memandu acara kembali.

Sialnya, penerangan yang minim membuat Sam kesulitan mencari Biru di tiap sudut ballroom. Dan Sam hanya bisa mengumpat dalam hati ketika ponselnya yang lupa di-charge--sebelum berangkat--sudah mati total ketika ia hendak mencoba menghubungi Biru.

Sam merutuki kebodohannya. Tapi, bukankah Sam juga sudah berpesan kalau Biru ingin ke mana-mana, cewek itu harus memberitahunya? Jadi, siapa yang salah di sini? Oh, tentu Sam takkan mengetahui jawabannya sebelum ia berhasil menemukan Biru.

Mengembuskan napas kasar, Sam pun memilih untuk keluar sejenak dari ballroom yang terasa sesak. Namun, sebelum Sam sempat mencapai pintu keluar, seseorang tiba-tiba saja memanggilnya meski terdengar samar, "Sam!"

Sam menoleh dengan cepat. Mungkin saja itu Biru yang ikut-ikutan mencarinya juga. Tetapi semuanya terpatahkan saat melihat yang menghampirinya adalah Selina, bukan Biru. Sam pun menghirup napas dalam dan membalas, "Kenapa, Sel?"

"Lo kali yang kenapa," kata Selina sambil terkekeh. "Ini baru penampilan pertama loh, kok udah mau pulang aja, Sam?" tanyanya heran. Kalau dilihat-lihat, Sam kelihatan sekali ingin segera meninggalkan tempat ini, padahal acara belum mencapai akhir.

Gimana bisa gue pulang kalo Biru belum ketemu? Sam mendengkus pelan. "Mau keluar bentar, sekalian nyari Biru. Oh, atau lo ada liat dia di dalam? Gue nyari nggak ketemu-ketemu dari tadi."

"Loh, tadi katanya Biru nungguin lo di deket meja puding?"

"Pas gue ke sana udah nggak ada."

"Udah coba ditelpon?"

"HP gue mati, Sel."

"Oh? Ya udah, pake HP gue aja, nih," tawar Selina seraya menyodorkan ponselnya ke hadapan Sam. "Kebetulan gue lagi megang, sebelum gue titipin lagi ke nyokap gue."

Sam memandang benda pipih di tangan Selina dalam diam. Benar juga. Kenapa bukan dari tadi saja Sam mencari Selina atau teman-teman lain yang mengenal Biru untuk meminjam ponsel agar ia bisa menghubungi cewek itu? Ternyata terlalu panik membuat Sam tidak bisa berpikir jernih, dan ia betul-betul bersyukur karena Selina sudah memanggilnya tadi.

Sam pun meloloskan napas pelan. "Oke, pinjem dulu ya, Sel?"

Selina memamerkan senyum manisnya. "Iya, pake aja, Sam. Gue juga takut kalo Biru sampe hilang beneran."

Dengan ragu Sam meraih ponsel milik Selina setelah cewek itu mencarikan kontak Biru agar Sam bisa langsung menghubunginya. Sam memilih untuk keluar dari ballroom karena di dalam terlalu berisik. Sambil berharap-harap cemas, Sam pun menekan tombol hijau dan mendekatkan ponsel ke telinga kanannya.

Menunggu jawaban, Sam berjalan mondar-mandir dengan sebelah tangan yang ia taruh di pinggang. Gelagatnya sudah jauh dari kata tenang karena Biru tak kunjung menjawab teleponnya. Sekali lagi Sam coba untuk menghubungi Biru, dan kali ini tanpa butuh waktu lama, telepon langsung tersambung. Raut kelegaan segera membanjiri wajah Sam.

"Bi, astaga, lo di mana, sih? Gue nyariin lo dari tadi tapi lo nggak ketemu-ketemu terus. Tadi kan gue udah nyuruh lo buat nunggu dan ngabarin gue, gimana sih?" cerocos Sam tanpa perlu menyebutkan dirinya yang menelepon menggunakan ponsel Selina.

Bebedapa sekon terlewati, dan Biru tidak bersuara sama sekali. Hal itu membuat Sam terheran-heran. "Bi? Lo kok--" Sam mendadak kehilangan kata ketika apa yang ditangkap oleh rungunya malah sebuah isakan alih-alih jawaban yang Sam butuhkan. "Bi ... l-lo nangis?"

"Sam...," Biru menyebut namanya dengan lirih. Lalu di detik berikutnya, tangisnya pun pecah.

Kepanikan serta merta langsung menyerbu Sam tanpa ampun. "Astaga, Bi, lo kenapa? Lo di mana sekarang? Jawab dulu, Bi!"

Sambil sesenggukan, Biru memberitahu keberadaannya. Setelah meminta Biru agar tidak pergi sebelum kedatangannya, Sam segera mematikan sambungan dan mengembalikan ponsel pada Selina. Tanpa pikir panjang, Sam segera meninggalkan ballroom setelah pamit singkat pada Selina yang tampak sangat kebingungan.

- - -

biru kenapa hayooo~

(15 juli 2020)

Unsaid Words [END]Where stories live. Discover now