2. Gangguin Bapak Ganteng

4.6K 400 5
                                    


Entah sudah berapa kali gue menghapus setiap chat yang akan gue kirim ke Pak RT. Mulai dari salam, pura-pura bertanya, atau langsung menyuruh si bapak menyimpan nomor gue ini. Saat ini jam menunjukkan pukul setengah delapan malam. Kira-kira si bapak sedang apa ya? Kalau gue Whatsapp apa si bapak bakal balas?

Lima menit.

Delapan menit.

Sepuluh menit.

Setengah jam.

Gue menoleh ke arah jam dinding digital di atas nakas kamar, ternyata sudah jam delapan. Setengah jam gue buang-buang waktu hanya untuk bergalau ria. Sudahlah mau dibalas atau tidak──yang penting gue sudah berusaha. Toh kalau gagal juga gue harus berusaha lebih keras lagi. Gue pun akhirnya mulai mengetikkan beberapa kata untuk si bapak tercinta.

Sasya.A

Apa ini betul nomor bapak RT 02? Saya Sasya warga baru di blok I √√

Ceklis dua. Syukurlah──artinya si bapak sedang punya kuota. Tapi sayang sekali last seen tidak terlihat. Pasti sebelumnya memang banyak cewek iseng yang ingin chat juga sama si bapak. Huft──sepertinya gue memang akan harus menghadapi banyak saingan. Sambil menunggu balasan, gue iseng-iseng membuka laman Instagram. Siapa tahu saja bisa sekalian untuk stalk calon imam masa depan. Kalau kalian berpikir gue ingin stalk Pak RT ganteng──kalian salah besar.

Calon imam yang gue maksud adalah seseorang yang sulit untuk digapai. Saking sulitnya, gue sampai kehilangan kesempatan lagi untuk mengharapkan doi untuk jadi imam yang nyata saat ini. Tapi nggak tahu untuk di masa yang akan datang. Dia adalah Adam Bramana. Seorang aktivis mental health yang juga seorang psikolog ternama. Memiliki channel Youtube dan akun Instagram yang masih tetap membahas tentang kesehatan mental dan perbaikan diri. Selain itu, beberapa cabang klinik psikologi yang ia miliki juga saat ini sedang menjadi viral.

Pertama kali gue kagum sama dia itu kurang lebih empat tahun yang lalu. Saat itu, gue sedang mengalami masa-masa labil untuk pemilihan jurusan kuliah. Karena FK sudah mulai menjadi mustahil untuk gue. Teman-teman bilang, kalau gue itu cocok di psikologi karena kalau sedang memberi nasihat──selalu bijak dan melihat dari semua sudut pandang. Karena alasan itu pula, gue jadi sering menge-stalk tentang kuliah psikologi. Suatu ketika, gue melihat sebuah video di Youtube yang menayangkan tentang alasan memilih jurusan psikologi──dan orang yang sedang diwawancarai saat itu adalah Adam Bramana.

Gue pernah bertemu Adam sekali. Saat dia sedang mengisi seminar tentang 'self diagnose to avoid mental disease'. Sempat foto berdua juga. Namun seribu kali sayang, belum sempat gue menyimpan foto tersebut ke laptop──eh ponsel gue sudah hilang duluan. Setelah sekian lama menjomblo, akhirnya Adam sekarang memiliki tunangan. Nggak tanggung-tanggung lagi tunangannya. Dosen sis. Mana cantik lagi. Gue merasa ambyar melihat instastory Adam saat mereka sedang bertukar cincin. Entah kenapa, gue malah berharap Adam batal menikah atau mungkin akan menjadi duda beberapa tahun yang akan datang. Dosa nggak sih kalau gue berharap seperti itu?

Ketika sedang asyik menangis sambil meratapi foto Adam, tiba-tiba ada notifikasi dari Whatsapp. Refleks gue langsung berpindah laman.

Bapak Calon Iman Harapan

Iya benar. Ada perlu apa ya? Dan maaf ini siapa?

Sasya.A

Lah kan tadi sudah dibilang. Saya itu Sasya √√

Saya yang tadi sore ke rumah bapak √√

Bapak Calon Imam Harapan

Oh.

Setulus Cinta Pak RTDove le storie prendono vita. Scoprilo ora