DUA PULUH ENAM

15.6K 1.6K 124
                                    

"Deandra, demi Tuhan lo adalah cewek paling nggak waras yang pernah gue kenal!" kata Gea Anandita ketika Leonard Haryanto yang datang sepuluh menit yang lalu pamit untuk menerima telepon dari sekretaris pribadinya. "Bisa - bisanya lo nutupin fakta kalau Leonard adalah ayah biologis dari bayi dalam kandungan lo."

Aku mengedarkan kepalaku ke sekeliling dan menghela napas lega ketika orang - orang tidak terlalu peduli dengan keberadaan kami. "Jangan kenceng - kenceng bodoh. Kedengeran orang bisa repot."

"Why? Bukannya malah bagus kalau orang - orang tau sekarang Leonard lagi nunggu kelahiran anak keduanya?" tanya Gea dengan ekspresi binggungnya yang nampak terlihat jelas. "Wanita normal diluar sana pasti udah gelar konfrensi pers, ngumumin ke dunia kalau sekarang dia lagi hamil penerus tahta Haryanto. Cuma lo doang yang bahkan udah memasuki kehamilan enam bulan tapi masih nutupin kenyataan yang ada. Sumpah di titik ini gue nggak tau sama jalan pikiran lo Ndra!"

Aku mendecakkan lidah. Sekali lagi kepalaku mengedar, mengawasi sekitar. Memastikan bahwa tidak ada telinga yang mencuri dengan pembicaraan kami. "Lo lupa kalau gue bukan tipe orang yang suka drama?" tanyaku sembari menyandarkan punggungku pada sandaran kursi. "Baru tiga minggu yang lalu Leonard umumin pembatalan rencana pernikahan dia sama Laura. Trus kalau kondisi gue yang kayak sekarang diketahui publik apa nggak bikin gempar?"

"Udah pasti gempar lah gila. Bisa jadi skandal paling besar di paruh pertama tahun 2020."

Aku mengangguk setuju. Kedua tanganku terlipat di depan dada, pandanganku menatap ke arah langit Jakarta yang nampak begitu cerah. Aku terdiam untuk sejenak, menikmati mahakarya Tuhan yang begitu luar biasa.

"Bukannya gue kepedean tapi gue nggak suka kalau nantinya atensi orang - orang jadi ke arah gue. Gue siapa sih Ge? Cuma orang biasa yang nggak cantik, nggak keren, gue bahkan bukan sosialita, yang bahkan dulu keberadaan gue nggak di sadarin orang trus sekarang hanya karena gue hamil anak Leo, orang - orang jadi pada kepo sama kehidupan pribadi gue. Gue nggak suka sama perhatian kayak gitu,ngerepotin."

Gea mengangguk - anggukan kepalanya, mengerti. "Kalau itu alasan lo, gue paham sih kenapa lo milih buat nutupin fakta di balik kehamilan lo Ndra. Gue kenal lo bukan sekedar setahun dua tahun."

"Alasan utama gue bukan itu, itu hanya alasan ke tiga Ge. Lo mungkin nganggep gue goblok, tapi alasan utama gue karena gue nggak mengharapkan apapun dari Leonard. Pengakuan ataupun pertanggung jawaban." Aku menjeda kalimatku, arah pandanganku beralih pada Leonard yang masih sibuk dengan ponselnya, menatap punggung kokohnya yang dibalut kemeja putih dengan lengan yang terlipat hingga siku. Dari sudut itu aku tidak akan menampik fakta bahwa pria berumur tiga puluh delapan tahun itu terlihat begitu panas.

"I don't expect anything Ge. Gue nggak tau kalau partner one night stand gue enam bulan yang lalu adalah Leonard Haryanto, salah satu pengusaha muda yang berpengaruh di Indonesia. Tujuan gue saat itu gue cuma pengen hamil dan punya anak. Gue nggak mikir patner gue siapa bahkan gue nggak tau dia bersih apa enggak. Gue cuma gambling dengan bertaruh pada feeling gue doang," kataku sembari tersenyum pada Gea.

"Kalau dia ada penyakit gimana? Sumpah lo nekat banget Ndra."

"Ya gimana gue udah hopeless banget, berkali - kali gue minta Arkan buat ngehamilin gue tapi dia selalu nolak. Lo tau kan gimana insecure nya gue waktu itu? Selain pengen punya anak karena umur gue udah hampir tiga puluh tahun, gue juga butuh validasi kalau tubuh gue pun menarik di mata pria. Gue tau alasan gue sama sekali nggak masuk akal, tapi itu kenyataannya."

Satu hal lagi yang membuatku nyaman bersahabat dengan Gea dan Natasha adalah keduanya orang yang sangat menghargai apapun yang sudah menjadi keputusanku. Mereka tidak pernah menjudgeku dengan seenaknya, jikapun keputusan yang ku ambil tidak sesuai dengan diri mereka, mereka akan mengingatkan ku akan resikonya dan memintaku untuk memikirkannya kembali. Mereka adalah orang - orang hebat yang selalu mencoba berada di sepatu orang lain.

CURE | MOVE ON SERIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang