TUJUH BELAS

19.4K 1.7K 20
                                    

***

"Udah dbilang rumah sepi nggak ada kamu," jawabnya sembari membawaku kembali kedalam pelukannya. "Udah ayo tidur, nggak baik ibu hamil kebanyakan begadang. Good night sayang," lanjutnya setelah mematikan lampu utama dan menyalakan lampu nakas.

"Good night," balasku dengan senyum kecil yang terukir dibibirku. Arkan dan tindakan – tindakan kecilnya yang selalu membuatku merasa begitu di istimewakan.Yah senang sekali rasanya karena malam ini aku bisa tidur nyenyak karena berada di dalam pelukan orang yang tepat.

***

"Kamu harusnya istirahat, bukannya malah repot – repot ngurusin keperluan aku kaya gini," kata Arkan setelah aku selesaimemasangkan kancing terakhir kemeja putih yang dia kenakan.

Aku mendecakkan lidah, sekali lagi memastikan penampilan Arkan dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kamu itu mau ketemu orang vendor, penampilan tetep harus diperhatikan," jawabku, memandang puas pada kemeja putih slim fit yang melekat sempurna di badan atletis milik Arkan. Sementara itu ada celana semi jeans berwarna abu – abu yang mengantung sempurna dipinggul rampingnya sebagai bawahan.he is almost perfect, handsome and good looking. Terkadang aku bertanya – tanya, apa yang sudah kulakukan dimasa lalu sampai dikehidupanku yang sekarang aku dipertemukan dengan orang sebaik dan sesempurna Arkan Brawijaya.

"Lagian aku masih bisa istirahat setelah kamu berangkat. Istirahat seharian penuh malah, kalau kamu lupa." Aku cemberut kemudian melingkarkan kedua tanganku di lehernya.

Arkan terkekeh pelan sambil menjawil ujung hidungku. "Kamu terdengar nggak iklas banget disuruh cuti sebulan Ndra."

"Emang!" sahutku cepat. "Ya bayangin aja aku yang biasanya ngurus banyak hal dalam sehari tiba – tiba nggak ngelakuin apapun selain makan tidur makan tidur, begitu aja terus secara berulang. Baru bayangin aja aku udah bosen Ar."

Lagi – lagi Arkan terkekeh kemudian wajahnya maju untuk memberikan kecupan – kecupan ringan dibibirku. "Nggak papa lah, demi kebaikan kalian juga kan."

Kali ini aku mengangguk setuju. Satu – satunya alasan yang membuatku menerima usulan Arkan untuk pulang ke Jogja adalah ucapan dokter Ibrahim kemarin pagi. Beliau berpesan bahwa aku harus benar – benar menjaga gaya hidupku. Tidak boleh kelelahan, berpikir terlalu keras dan aku benar – benar harus menjaga asupan giziku. Kandunganku berada dalam kondisi high risk, sehingga aku harus banyak bad rest ditambah lagi kondisi psikisku di awal – awal kehamilan itu bisa membuatku kehilangan bayiku. Dan tentu saja aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, itulah alasan kenapa aku di sini sekarang.

Sekali lagi Arkan mendekatkan wajahnya kemudian bibirnya menyentuh bibirku. Awalnya hanya kecupan – kecupan ringan tapi lama kelamaan berubah menjadi lumatan – lumatan halus yang sesekali diselinggi dengan dengan hisapan kasar. Aku melenguh panjang saat jemarinya masuk ke dalam baju tidur warna biru yang kukenakan, pengusap perutku yang sudah sedikit membuncit sebentar sebelum akhirnya menangkup payudaraku yang tanpa bra.Sekali lagi aku mendesah lirih saat kurasakan jemarinya yang dingin meremas pelan payudaraku.

"Sakit?" bisiknya saat akumendorong pelan dadanya.

Aku menggeleng pelan, napasku putus – putus karena gairah. "Kamu bisa ketinggalan pesawat Ar," jawabku sambil mengarahkan dagu ke arah jam yang terletak tepat diatas pintu, pukul  empat pagi. Aku ingat semalam sebelum tidur Arkan memberitahuku jika pesawatnya akan take off jam enam pagi dan itu artinya mau tidak mau pukul lima dia harus sudah sampai bandara. Sementara waktu tempuh Kaliurang Bandara setidaknya membutuhkan sekitar setengah jam, tapi semoga saja bisa kurang dari itu mengingat ini masih terlalu pagi untuk orang – orang memulai aktivitas mereka.

CURE | MOVE ON SERIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang