14. Jangan nyerah

43.3K 4.5K 2.7K
                                    


Updatenya super telat banget karena ada banyak kepentingan dan sekarang juga udah masuk ajaran baru. Terlebih sekarang aku udah kelas 12 jadi harus banyak-banyak belajar, hufft so maaf kalo updatenya nggak setiap hari kayak biasanya hhe.

Absen dong kalian kelas berapa sekarang?

Kangen nggak sama Cacan dan Jaylani?

Mengapa Kita - Lyodra

Selamat membaca cerita JAYESA 🖤


"Sakit yang kamu beri tak sebanding dengan sakit yang kamu punya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sakit yang kamu beri tak sebanding dengan sakit yang kamu punya."


***

"Jayen," Suara bariton itu menghentikan langkah Jay, lelaki itu segera menghampiri Raden Helderman yang siap akan memarahinya. Biasanya Raden selalu memanggil Jay dengan sebutan "my son" diawal menyapa.

"Ya Dad?"

"Duduk." Lelaki itu menurut, takut bila Raden sudah berubah serius seperti ini. Jay tau penyebab Raden bersikap seperti ini padanya.

"Dokter Violin sudah cerita sama Daddy," ujar Raden serius, matanya menatap Jay dengan tegas seakan lelaki paruh baya itu meredam amarahnya.

Jay menatap malas Raden, berulang kali Raden membahas tentang Dokter Violin dan itu membuat Jay tidak suka.

"Dad enough, jangan bahas itu lagi."

Raden geram pada anak semata wayangnya ini. Dia tidak mengerti jalan pikir Jay yang selalu menganggap sepele masalah besar.

"Setidaknya kamu datang seminggu sekali, ini demi kamu Jayen," jeda Raden, "Mom akan marah dan sedih bila tau."

"Untuk apa Dad?" tanya Jay seakan ucapan itu adalah kepasrahan Jay.

"Hidup dan mati Jay Tuhan yang nentuin, bukan Dokter atau Daddy sekalipun." Lelaki itu bangkit lalu pergi sebelum penjelasan ini selesai.

Jay masuk ke dalam kamarnya, membuka pintu kecil yang di dalamnya terdapat ruangan rahasia, tempat di mana orang rumah tak akan menemukannya.

Lelaki itu berdiri di depan deretan foto yang sengaja ia tempel di dinding. Jay mengelus satu per satu foto itu. Jay punya hati, dia tau apa yang dia lakukan pada semua gadis-gadis ini adalah salah besar, tapi dia juga memiliki alasan mengapa berbuat sekeji ini pada gadis-gadis itu.

JayesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang