Yaitu meminta si pujaan hati untuk menjadi miliknya. Ya, kalau bisa sih sekalian lamaran dan mengikat janji suci gitu, tapi mengingat situasi yang pernah di alami oleh Maya, mungkin lamaran pernikahan bukanlah opsi yang tepat untuk dirinya lakukan pada saat ini. Sebab, sebelum melamar, maka ia perlu menyatakan perasaannya terlebih dahulu bukan?

Setidaknya memberitahukan isi hatinya kepada si pencuri hati, bahwa selama ini ada seorang pria yang selalu senantiasa menyayangi dan menjaga dirinya. Karena itu pulalah, ia pun memulai proyek kecil-kecilan yang akan mendukung dirinya dalam mengungkapkan rasa yang selama ini ia simpan di dalam hati.

Di mulai dari menentukan skenario seperti apa yang ia inginkan guna memuluskan prosesi pengungkapan isi hatinya tersebut. Sebuah skenario sederhana nan indah, yang tentunya akan membuat hati gadis pujaannya dapat tersentuh dengan kata-kata tulusnya itu. Rancangan skenario yang mampu membuatnya menghabiskan malam-malamnya dengan mencari berbagai ide, hingga ia pun menemukan ide yang sesuai dengan keinginan hatinya ini. Dan hal itu adalah Pandora Box.

Kotak ajaib yang berisikan seluruh kenangan yang akan mereka ciptakan bersama, bila Maya setuju untuk berjalan berdampingan dengannya nanti. Lalu, untuk membuat kotak tersebut terasa kian spesial, Radi pun memutuskan untuk membuat sendiri kotak kayu tersebut berdasarkan desain yang ia inginkan.

Setelahnya, secara diam-diam, ia mulai melakukan pencarian bahan serta desain unik nan cantik yang dapat ia gunakan sebagai acuan untuk kotak Pandoranya kelak. Kemudian, seusai menemukan segala aspek yang ia cari, maka dimulailah pembuatan kotak Pandora yang ternyata harus memakan waktu hingga nyaris sebulan tersebut. Hingga tanpa terasa, prosesi pernyataan cintanya harus bertepatan dengan pengumuman lolosnya tim yang ia dan Maya tengah bimbing itu.

"May, aku tahu mungkin ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengungkapkan hal ini, tetapi dengan intensitas kesibukan yang kita miliki, aku secara jujur tidak lagi dapat menemukan waktu yang sesuai untuk mengatakan hal ini kepada kamu."

Kini, keduanya tengah duduk bersama di ruang tamu milik Maya. Ruang tamu yang separuhnya telah dilingkupi oleh serakan kertas-kertas dan pensil kayu yang mereka gunakan kala keduanya membahas mengenai kompetisi yang sedang diikuti oleh fakultas mereka.

"Rad, kamu kenapa deh?" tanya Maya bingung.

"Aku cuma mau bilang, kalau aku sungguh-sungguh menyukaimu. Well, aku pikir kata suka bukanlah kata yang tepat, mungkin akan lebih tepat bila aku katakana aku teramat menyayangimu, May."

"Kamu ... kamu, sayang sama aku?"

"Ya, aku menyayangimu selayaknya perasaan sayang antara seorang pria kepada wanitanya."

"Sejak kapan?"

"Hm?"

"Sejak kapan kamu memendam rasa untukku, Rad?"

"Apakah kamu percaya bila kukatakan semenjak kita bertemu untuk pertama kalinya di kampus?"

"Tapi, itu kan sudah lama sekali."

"Memang," jawab Radi dengan enteng.

"Dan selama itu pula kamu telah memerhatikan aku?"

"Ya. Dan juga selalu berharap akan datangnya hari, di mana aku bisa berjalan mendekat kepada kamu. Hari di mana kamu juga menyadari kehadiranku di hidupmu itu. Yang rupanya, dikabulkan oleh Allah SWT, hingga di sinilah kita berdua berada sekarang."

"Kenapa? Kenapa kamu bisa jatuh hati sama aku, Rad?"

"Mungkin karena senyum ramah yang kamu berikan untukku kala itu? Bisa juga, karena tatapan teduhmu yang selalu saja bisa membuat diriku tenang. Atau suara tawamu yang merdu ketika kamu menertawakan lelucon-lelucon ganjil yang kerap kali aku lontarkan tatkala kita bersama. Bisa karena salah satunya atau justru semua hal tersebut beserta seluruh aspek yang ada di dirimulah yang membuatku perlahan-lahan jatuh hati kepadamu.

Namun yang terpenting bagiku adalah karena itu kamu, May. Karena hanya kamulah satu-satunya wanita yang dapat dengan begitu mudahnya menjerat hatiku ini. Sehingga, aku pun dengan suka rela menyerahkan hatiku untuk dirimu genggam dan kamu jaga," ujar Radi tenang.

"Tapi, aku ...."

"Aku ngerti, May. Kamu masih memiliki hal-hal yang mengganjal di hatimu itu kan? Hal-hal yang perlu kamu selesaikan terlebih dahulu sebelum kamu benar-benar dapat memikirkan dan mempertimbangkan jawabanmu atas pernyataanku ini," ucap Radi.

"Aku paham, sungguh. Karena itulah, aku hanya ingin menyatakan perasaanku ini kepadamu. Seperti apa pun hubungan yang akan kita miliki kelak, semuanya sungguh-sungguh tergantung dari keputusanmu sendiri. Aku tidak akan pernah memaksakan perasaanku kepada wanita yang aku cintai, sekalipun wanita tersebut tidak dapat membalas perasaanku ini

Aku hanya ingin menyatakan perasaan yang aku miliki, tanpa ingin membebani mau pun mendesak dirimu untuk memberikan sebuah kepastian atas perasaanku ini. Oleh karena itu, izinkanlah aku memberikan kotak ini kepada dirimu, May. Kamu maukan menerimanya? Ya, anggap saja itu sebagai tanda persahabatan yang selama ini telah terjalin di antara kita berdua."

Kemudian, dengan berani, Radi pun mengulurkan kotak Pandora buatan tangannya ke arah Maya, yang menatapnya terkejut. Terkejut dan juga terpana atas hadiah tak terduga yang Radi berikan kepada wanita tersebut.

"Rad, aku nggak bisa. Aku nggak bisa menerima kotak secantik ini dari kamu. Terlebih lagi saat aku sendiri pun tidak dapat memberikanmu sebuah jawaban pasti atas perasaan yang aku miliki terhadap dirimu itu," tolak Maya.

"May ...."

"Satu minggu," ucap Maya tiba-tiba.

"Ya?"

"Bisakah kamu memberikan aku waktu satu minggu untuk menjawab pernyataanmu ini?"

"Kamu yakin?"

"Ya," kata Maya tegas.

"Baiklah, kalau begitu. Aku akan memberikanmu waktu dan juga ruang, agar dirimu dapat memikirkan seluruh perasaan yang kamu miliki itu. Ingat, aku ingin keputusanmu nanti akan benar-benar di dasarkan atas perasaan serta kebahagiaan dirimu sendiri. Bukan karena kamu memikirkan perasaanku atau pun merasa tak enak jika dirimu tak memiliki rasa yang sama denganku. Bukan. Yang aku inginkan adalah membahagiakan kamu May, bukannya menyulitkan dirimu sendiri."

"Iya, aku ngerti kok Rad," ucap Maya sembari mengangguk paham, "terima kasih, ya. Terima kasih, karena kamu telah hadir di kehidupanku dan membawakan warna baru untuk hidupku ini. Dan terima kasih, karena kamu telah menyayangiku begitu dalamnya. Hingga pernyataanmu ini membuat diriku pun pada akhirnya tersadar, bahwa mungkin memang inilah saat yang tepat bagiku, untuk menutup lembaran kisah cintaku yang lama. Meninggalkannya di masa lalu dan mulai memandang masa depanku yang masih terbentang dengan luasnya itu."

"Sama-sama Maya. Aku harap kamu bisa membiarkan hal yang sudah terjadi di masa lalumu. Biarkanlah hal itu tetap tinggal di masa lalumu, agar ke depannya kamu pun dapat memiliki kisah cinta yang mungkin saja akan mengantarkanmu pada rasa bahagia yang selama ini tengah kamu cari," ujar Radi sembari tersenyum dengan teduh, sebelum pria itu dengan spontannya menepuk-nepuk puncak kepala sang gadis dan mengucapkan kata perpisahannya lantara waktu yang telah beranjak kian larut.

Meninggalkan si gadis dengan sebuah rasa hangat yang perlahan-lahan mulai menyebar di setiap nadi yang terdapat di dalam tubuhnya ini.

Mungkinkah, aku pun sesungguhnya telah memiliki rasa yang sama dengan dirimu, Raditya?

***

Love Project [TAMAT]Where stories live. Discover now