Dua

142 41 38
                                    

"Baik, jika tidak ada lagi pertanyaan yang ingin kalian tanyakan. Maka Saya cukupkan pertemuan kita pada hari ini. Jangan lupa untuk mengerjakan tugas terkait penataan di berbagai negara atau budaya ya. minggu depan, tugasnya akan Saya tagih dan kita bahas satu per satu. Selamat siang dan terima kasih," tutup Raditya.

Yang dibalas dengan sapaan sopan para mahasiswa yang bergegas untuk beranjak dari tempat duduk mereka dan melangkah menuju kantin atau berbagai kedai makanan lainnya yang tersebar di area kampus.

"Udah kelar bro, kelas lo?" sapa Mada, kala netranya menangkap sosok Radi yang berjalan keluar dari salah satu ruang kelas.

"Untuk sesi pertama sih udah kelar. Tapi, kalau yang buat sesi berikutnya, ya masih ada lagi. Bahkan jadwal kelas gue untuk hari ini hampir semuanya penuh. Dari sesi pagi, siang sampe sore, semuanya ada."

"Lengkap amat."

"Yoa."

"Ya udah kalau itu sih, selamat menikmati ajalah sob."

"Ho-oh. Lagian udah nggak bisa diapa-apain juga. Wong bagian akademiknya yang buat kaya gitu, gue mah pasrah ajalah ngejalaninnya."

"Yoi. Eh, tapi lo udah tahu kan kalau nanti jam tiga sore, kita ada rapat fakultas?" tanya Mada.

"Rapat fakultas?" sahut Radi bingung.

"Iya, jangan bilang lo nggak tahu."

"Lebih tepatnya sih, gue nggak inget, sob. Hehe."

"Ya, Allah Radi! Makanya, kalau punya HP itu dipergunakan dong. Masa ponselnya doang yang pintar, tapi penggunanya enggak? Kalau udah baca grup, mbok yo dipake aplikasi notes, reminder dan kalendernya. Buat agenda dan notifikasi di sana, biar kalau ada informasi apa pun, lo-nya nggak keteteran dan ketinggalan kaya begini."

"Hehe, ya maap. Abisnya, gue suka males sih, kalau ngotak-ngatik begituan. Biasanya gue tulis aja gitu di buku agenda atau post it. Biar tinggal di tempel di lemari es atau kubikel di ruang kerja dosen, terus gue baca deh."

"Iya, abis itu besoknya udah lupa lagi."

"Heheh, ya gitulah. Eh, tapi tumben-tumbenan fakultas ngadain rapat. Biasanya juga per tiga bulan sekali. Beda sama rapat jurusan yang per bulan."

"Rapat itu tuh diadain, gara-gara event nasional yang mulai menjamur. Mulai dari event seminar, penelitian, paper,perlombaan dan lain sebagainya. Makanya, fakultas sengaja ngumpulin semua dosen, biar bisa ke susun event apa aja dan dari jurusan mana aja yang akan ikut serta."

"Oh, gitu toh."

"Yoa. Dan katanya lagi, akhir tahun ini atau maksimal awal tahun depan, fakultas juga mau ngadain pameran sekaligus seminar yang terkait dengan bidang arsitektur, desain dan juga perencanaan."

"Sehingga, semua pembahasaan akan tumplek plek-plek, jadi satu di rapat kali ini. begitu kan?"

"Ya, nggak gitu juga, Jamet. Kalau semua dijadiin satu, kapan kelarnya itu rapat. Paling rapat ini bahas yang umum-umum aja dulu. Nah, di rapat selanjutnya baru dah, mulai dibahas satu-satu secara mendetail."

"Iya juga, ya. kalau semuanya di bahas, alamat nggak ada yang ngajar di sesi ketiga ya."

"Iyalah. Malah bisa-bisa kita disuruh nginep kali, buat ngebahas semuanya."

"Jangan dong, ogah banget gue kalau disuruh nginep di kampus," keluh Radi.

"Kenapa? Banyak setan, terus lo ketakutan ya?"

"Hush! Sembarangan aja. Gue nggak takut ya, sama makhluk-makhluk itu."

"Masa? Terus, yang teriak paling kenceng pas acara pendadaran mahasiswa siapa?"

"Ya, nggak tahulah. Lo kali," sangkal Raditya, sementara itu sahabatnya ini hanya tertawa tanpa suara melihat ekspresi dongkol yang sedang terpampang di wajahnya kini.

"Hahaha, nyantai dong, Rad. Nggak usah senewen gitu."

"Siapa yang senewen? Orang muka gue setelannya emang udah begini dari semenjak gue lahir."

"Iya dah, iya. Yang hobinya ngegas emang berdalah pokoknya. Oh, anyway jangan lupa sebelum rapat, lo sempetin dulu dah baca-baca modul kegiatan jurusan. Jadi lo nggak bakalan buta-buta amat soal event yang kemungkinan akan diikuti mau pun diselenggarakan oleh jurusan dan juga fakultas."

"Eh, seriusan lo?"

"Iyalah. Lo pikir modul setebel dan segede gitu ya buat apaan kalau bukan buat di baca dan dijadikan pedoman kegiatan selama satu tahun ajaran nanti. Buat jadiin ganjelan pintu, emangnya?"

"Yah, tapi modul gue udah entah kemana, Da. Nggak bisa apa ye, lo pinjemin modul lo ke gue. Atau ya, minimal kasih gue ringkasan sama kisi-kisinya?"

"HEH! Dikata lagi mau ujian, minta ringkasan dan kisi-kisi segala?"

"Ya, emang rada mirip sih menurut gue rapat ini sama ujian. Sama-sama suka dadakan dan sama-sama susah," ujar Radi, "eh, tapi boleh dong gue pinjem modul lo. Dua jam, satu jam, tiga puluh menit? Ya, ya? boleh ya?"

"Ck, rese banget dah lo sumpah."

"Gue bakalan lebih rese kalau lo nggak ngebolehin gue pinjem modul lo itu. boleh dong, Da. Kan lo orangnya baik serta berbudi pekerti luhur."

"Iye, iye, gue pinjemin. Tapi ambil sendiri ya, dikubikel gue."

"Siap, bosku! Makasih ya, Mada. Emang Mada itu lelaki terbaik tahun ini!"

"Serah! Udah sono, gue masih mau lanjut ngajar sesi berikutnya nih."

"Okaay, bye Mada. Semangat ya, ngajarnya."

"Idih, sok imut lo, Rad. Jijik gue!" kata Mada serya mengernyit protes, "dah, Radi. I'll see you at the meeting."

***

Hai! Part dua udah meluncur loh, gaes. Tuh, ternyata dosen juga sama kan dengan kalian, suka minta kisi-kisi juga! Anyway, terus tunggu kelanjutan kisah Radi-Maya di part selanjutnya ya, Manteman. See you tomorrow!

Love Project [TAMAT]Where stories live. Discover now