Tujuh

39 16 5
                                    

Keesokan harinya, sesuai dengan jam dan juga tempat yang tertera di dalam aplikasi chat, Radi pun melangkah dengan begitu ringan untuk menuju ke salah satu kafe yang kebetulan terletak tidak begitu jauh dari tempatnya bekerja.

Alih-alih berjanji di dalam kampus, yang mana akan sulit untuk menemukan sebuah ruang kosong yang nyaman untuk digunakan, keduanya sepakat untuk bertemu di luar kampus sembari mencicipi beberapa minuman dan juga kudapan lezat yang menjadi andalan dari salah satu kafe terkenal di sekitar kampus mereka tersebut.

"Saya nggak terlambat kan?" ujar Radi begitu dirinya memasuki kafe dan menemukan si wanita pujaannya telah terduduk dengan santai di salah satu sofa nyaman di sudut kafe tersebut.

"Oh, nggak kok, Pak. Saya sendiri juga baru sampai. Ya, sekitar lima menitlah sebelum kedatangan bapak."

"Oh, syukurlah kalau begitu. Saya pikir, Saya udah terlambat atau udah membuat Bu May menunggu terlalu lama."

"Nggak kok, Pak. Santai saja. Oh iya, ini bapak mau pesan apa?"

"Kita pesan bersama aja, Ibu juga belum pesan kan?"

"Iya," ucap Maya seraya membolak-balik buku menu yang ada di hadapan mereka.

"Hm, kayanya Saya mau pesen dessert sama sekalian menu makan siang deh. Kalau Pak Radi, mau pesen apa?"

"Kayanya saya sama dengan Ibu, tapi sepertinya untuk menu dessert akan saya ganti menjadi menu appetizer aja. Dan untuk minuman, mungkin minuman dingin seger kali ya, bu?"

"Kayanya sih begitu, Pak. Jakarta emang lagi panas-panasnya nih, entah kenapa. Apa udah mau masuk musim kemarau ya, jadinya panas begini. Udah jarang hujan juga kan sekarang?"

"Iya bu, sepertinya sih begitu. Jadi, kitanya juga mesti pinter-pinter untuk jaga kesehatan. Jangan sampai kena dehidrasi. Eh, iya ini gimana pesanan kita?"

"Bapak udah menentukan semua menu makanannya? Kalau udah ya, ayo kita pesan. Sebentar, saya panggilin waiter-nya dulu," kata Maya seraya melambaikan tangannya ke segala arah.

Kemudian, selepas mendapatkan perhatian dari salah seorang waiter yang segera saja melayani pesanan mereka, Maya dan Radi pun kembali terlibat perbincangan kecil. Sebelum pada akhirnya pria tersebut memberanikan diri untuk memulai percakapan yang menjadi tujuan keduanya untuk bertemu di kafe ini.

"Nah Bu May, karena kita udah bertemu di sini dan sembari menunggu pesanan kita tersaji di hadapan kita nanti, maka nggak masalah bukan jika Saya mulai membahas persoalan yang ingin kita bicarakan secara satu per satu?"

"Oh, iya. Silakan Pak," ucap Maya sopan.

"Yang pertama, kampus kita khususnya fakultas desain, arsitektur dan perencanaan akan ikut serta dalam kompetisi desain dan arsitektur yang akan di selenggarakan tiga bulan dari sekarang. Event ini bekerja sama dengan salah satu developer terkenal di kota Jakarta yang juga di danai oleh Pemerintah Kota Jakarta itu sendiri, begitu bukan?"

"Ya," jawab Maya tenang.

"Lalu?"

"Lalu, kompetisi ini di peruntukkan oleh pihak penyelenggara untuk para mahasiswa arsitektur dan desain se-DKI Jakartra, dengan tujuan untuk menyaring ide-ide kreatif yang mungkin saja dapat di gunakan untuk pembangunan daerah pemukiman di kota Jakarta pada masa yang akan datang. Dan sebagai pembimbing untuk kompetisi ini, para dosen dan juga ketua jurusan sepakat untuk melimpahkan tanggung jawab tersebut kepada kita berdua. Sampai sini, apakah masih ada informasi lain yang ingin bapak tanyakan terkait informasi umum seputar perlombaan tersebut?"

"Ya, masih. Saya ingin menanyakan soal jumlah peserta dan juga ketentuan perlombaan lainnya. Seperti tema perlombaan, ukuran atau tipe rumah dan ketentuan yang lain-lainnya."
"Sebelum membahas tem beserta ketentuannya, Saya akan menjelaskan terlebih dahulu tahapan pada perlombaan ini. Pada dasarnya perlombaan ini terbagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah penilaian dari segi gambar dan desain eksterior atau pun interior yang di gunakan oleh peserta. Sedangkan bagian kedua adalah penilaian dari segi maket hasil gambar dan desain yang telah ada."

"Jadi, untuk bisa melaju ke babak selanjutnya, haruslah lolos dalam penjurian di babak sebelumnya, begitu bukan?" sahut Radi.

"Ya. Dan untuk tema yang digunakan adalah tema rumah yang ramah lingkungan sekaligus hemat energi. Dengan ketentuan rumah tipe 60 untuk dua lantai dan rumah tipe 54 untuk satu lantai."

"Oh, begitu. Sepertinya jika diliat-liat, perlombaan ini memiliki orientasi perumahan urban yang cocok untuk keluarga menengah dan menengah ke atas, ya."

"Ya, apalagi untuk keluarga-keluarga besar yang memiliki anggota keluarga lebih dari tiga orang. Maka, tipe-tipe rumah seperti inilah yang paling banyak dicari dan diburu oleh masyarakat dari kalangan tersebut."

"Benar juga, keluarga yang telah mapan, biasanya akan lebih memilih pindah dari rumah minimalis mereka untuk mencari rumah yang jauh lebih luas, yang dapat menampung semua anggota keluarga. Dengan catatan, harga rumah tersebut harus dapat dijangkau oleh budget serta isi kantong mereka."

"Iya, sebab dengan jumlah anggota keluarga yang cukup banyak, tidak mungkin juga kan bila selamanya mereka tinggal di apartemen atau pun rumah dengan tipe dua puluh satu mau pun tiga enam. Akan sangat sempit dan terlalu penuh sesak juga untuk mereka, yang mana dapat membahayakan kesehatan psikologis si empunya rumah beserta keluarganya tersebut."

"Betul itu Bu," ujar Radi yang tanpa sengaja harus terpotong oleh kedatangan sang waitress yang membawa berbagai hidangan yang berasal dari pesanan mereka tadi.

Kemudian, setelah seluruh makanan tersaji, barulah Radi kembali menyambung pembicaraan mereka yang terputus itu. akan tetapi, alih-alih membahas soal pekerjaan seperti yang sudah-sudah, Radi malah mengalihkan pembicaraan mereka, dengan meminta ijin untuk terlebih dahulu mengisi perutnya yang telah meronta-ronta menahan rasa laparnya tersebut.

***
Hey! Raditya dan Maya udah meluncur loh. Menurut kalian, gimana nih pertemuan antara Radi dan Maya? Psst, yang udah baca jangan lupa vote dan komennya ya. Terima kasih dan selamat membaca 🌸

Love Project [TAMAT]Where stories live. Discover now