Enam

45 18 12
                                    

Seusai rapat fakultas telah selesai diselenggarakan, Dekan dan juga para ketua jurusan masing-masing bidang, mengingatkan kembali kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan selama satu periode termasuk siapa-siapa saja yang akan menjadi penanggung jawab sekaligus peserta di dalam kegiatan tersebut. Karenanya, mereka menghimbau kepada para dosen untuk segera berperan aktif dalam kegiatan yang telah disepakati tersebut. Sehingga, persiapan dapat disusun dan dengan cepat pula dapat dilaksanakan.

"Nah, karena pembahasan untuk agenda kegiatan kita selama satu periode telah selesai, maka rapat kita pada hari ini akan Saya tutup dan akhiri sampai sini saja. Untuk para dosen yang menjadi peserta mau pun penanggung jawab kegiatan, diharapkan untuk dapat berperan aktif dalam menyusun agenda persiapan. Terutama untuk para dosen yang bertanggung jawab pada kegiatan perlombaan. Saya harap kalian semua dapat mulai mencari ide dan saling bekerja sama untuk menentukan siapa-siapa saja di antara mahasiswa kita yang dapat ikut serta dalam kegiatan tersebut."

"Baik, Pak" sahut mereka menyetujui.

"Ya, sudah kalau begitu terima kasih atas kerja sama dan kehadiran kalian pada rapat kali ini, selamat bekerja kembali dan selamat siang," tutup Dekan fakultas.

Yang disambut dengan balasan yang serupa sebelum jajaran dekanat, para ketua jurusan dan juga seluruh dosen mulai beranjak dari kursi mereka dan satu per satu menghilang di balik pintu ruang rapat untuk melanjutkan kembali aktivitas mereka yang belum dilakukan mau pun yang sempat tertunda karena penyelenggaraan rapat pada kali ini.

Sementara itu, Raditya, yang masih saja berupaya menyambungkan segala informasi yang tengah didapatnya, hanya mampu duduk termangu sembari mengulang-ulang ingatannya demi mencari sepotong informasi yang tertinggal atau pun yang tidak ia ketahui. Informasi yang membuat dirinya tanpa sengaja menyetujui sebuah kegiatan perlombaan, yang akan membuat dirinya selangkah lebih maju lagi untuk mendekati si pencuri hati.

"Pak Radi, bapak nggak kembali ke ruangan?" tegur Maya yang melihat Radi malah tepekur di kursinya, alih-alih bangkit berdiri dan keluar dari ruang rapat tersebut.

"Eh? Oh, iya Bu May. Saya sebentar lagi juga udah mau keluar dari ruangan kok," jawab Radi gelagapan.

"Masa? Tapi, kok saya liat bapak masih terdiam begitu, termenung dan terpaku di tempat sembari menatapi agenda bapak? Apa ada masalah?" tanya Maya cemas.

"Oh ... oh, nggak kok, Bu May. Nggak ada apa-apa Sayanya, apalagi ada masalah. Nggak, beneran deh."

"Atau jangan-jangan bapak masih bingung ya, soal kegiatan perlombaan yang akan kita ikuti nanti?" tembak Maya.

Duh, Neng. Kalau nebak, mbok ya jangan tepat-tepat amat gitu. Guenya kan jadi malu. Ketahuan banget kalau gue nggak menyimak segala pembicaraan yang tengah berlangsung selama rapat tadi.

"Ah, itu ... itu,"

"Bapak butuh bantuan kan untuk dapat memahami dan mengerti informasi terkait perlombaan tersebut?" ucap Maya sambil menyembunyikan senyum gelinya, tatkala dirinya melihat Radi yang seperti salah tingkah dengan ucapannya tersebut, "Saya bisa kok, bantuin bapak. Tapi itu pun, kalau bapak mau ya."

"Ya, Saya sih mau, Bu. Tapi, bagaimana dengan Ibu Maya sendiri. Emangnya ibu udah nggak ada kelas lagi yang mau Ibu ajar di jam berikutnya?"

"Kebetulan kelas Saya udah Saya serahkan kepada salah satu asisten dosen. Sehingga, kelas tersebut akan tetap berjalan, meski Saya mengikuti rapat pada hari ini."

"Yah, jadwal kita bentrok, Bu. Saya malah baru mau ada kelas lagi. Yang sebelumnya memang udah dihandle sama asisten dosen, kaya yang Ibu Maya bilang, cuma jadwal ngajar Saya itu penuh banget Bu, sampe jam lima sore nanti. Terus, kalau begitu, kapan kita mau ketemu dan bahas-bahasnya? Kan nggak mungkin juga, Ibu nungguin Saya sampe kelar kelas."

"Hm, yaudah gini aja, besok bapak ada jadwal ngajar sampe jam berapa?"

"Besok? Kalau besok sih, jadwal saya cuma dua sesi aja, Bu. Dan dua-duanya hanya ada di jam pagi."

"Nah, kebetulan banget, tuh. Jadwal Saya juga sama persis dengan jadwal ngajarnya pak Radi."

"Ya udah, kalau begitu, besok aja ya Bu, kita taur lagi jadwal dan jam pertemuannya."

"Iya, Pak. Tapi sebelumnya, demi mempermudah dan memperlancar komunikasi kita, bagaimana kalau kita saling bertukar nomor ponsel?" saran Maya, yang hampir saja disambut dengan begitu antusias oleh Radi.

"Oh iya, bener banget itu, Bu. Hampir aja Saya lupa. Nah, silakan Bu masukan nomor ponsel Ibu ke ponsel Saya," kata Radi sambil menyodorkan ponsel genggamnya, yang segera di sambut secara cepat oleh Maya.

Kemudian, dengan tenang, Maya pun mulai mengetikkan setiap angka dari nomor ponselnya ke layar sentuh dari ponsel genggam milik pria tersebut, yang lalu ia simpan dengan namanya beserta keterangan jurusan dan juga pekerjaannya. Sehingga, Radi tidak akan kebingungan tatkala menemukan nama atau pun nomor ponselnya di dalam ponsel gengam milik pria itu. Setelah nomornya tersimpan di aplikasi buku telepon pria tersebut, barulah kemudian ia menelpon nomor ponselnya sendiri, guna mendapatkan nomor telepon pria teresebut.

"Nih, ponselnya. Nomor Saya udah tersimpan ya, di dalam aplikasi buku telepon bapak. Saya menamainya dengan nama, pekerjaan dan juga jurusan Saya. Begitu pula nomor bapak di ponsel Saya, saya akan menamainya seperti apa yang Saya lakukan pada nama Saya di ponsel bapak," jelas Maya seraya memperlihatkan layar ponselnya yang tengah mencantumkan nama pria tersebut di dalam aplikasi buku telepon miliknya.

Yah, formal banget sih, Neng, ngasih namanya. Nggak bisa gitu dirubah, jadi yang lebih imutan dikit? Calon suami kek, atau Cintaku gitu.

"Okay, makasih ya, Bu May. Kalau gitu, sampai jumpa esok hari."

"Iya, pak. Nanti saya hubungi via Whatsapp aja ya, untuk menentukan jam dan tempat pertemuan kita."

"Siap, Bu May. Silakan di atur aja."

"Baiklah, Saya permisi terlebih dahulu ya, Pak."

"Iya, Bu. Sampai jumpa lagi," balas Radi seraya tersenyum pelan.

"YES! Akhirnya, dapat juga gue nomor telepon si Maya. Ternyata emang ya, rejeki anak soleh itu pasti selalu datang di saat-saat yang tidak terduga, ihiw! Dan semoga aja, dengan keikut sertaan gue di dalam kompetisi ini, tidak hanya membuat nama Universitas menjadi semakin harum tetapi juga dapat mendekatkan gue dengan si doi kesayangan gue itu! Ya, Allah hamba berdoa semoga dialah jodoh hamba yang selama ini telah hamba tunggu kedatangannya! Aamiin."

***

Hayo, ngaku. Siapa yang suka kegirangan kalau diajak si Doi ngobrol kaya si Radi-Maya ini, gaes? Ternyata, meski udah jadi dosen, tingkahnya Radi itu ternyata sebelas dua belas ya sama anak muda jaman now 🤣 Oh iya, bagi yang membaca jangan lupa komen dan votenya. Aku tunggu, ya. Terima kasih dan Selamat membaca 🏵🏵🏵

Love Project [TAMAT]Where stories live. Discover now