CHAPTER 3 : KEPUTUSAN?

411 45 3
                                    

Setelah tertawa kitapun akhirnya memutuskan untuk melanjutkan makan bersama.

"Chi-Alex cepet duduk sini, kita makan biar kamu cepet tumbuh tinggi, masa udah mau 17 taun nggak tinggi tinggi," ledek ayah.

"Hmp, apa tadi ayah mau bilang Chibi ya?
"Nanti juga tinggi kok tenang aja, sekarang aku lagi masa pertumbuhan aja huuu." timpal ku pada ayah

"Haha kamu salah denger kali ayah gak bakal ngomong gitu kok, tapi kalau kamu pendek perempuan gak bakal ada yang mau loh." ledek ayahku lagi yang membuatku sedikit kesal.

"Hmmm, pendek juga gak papa lah yang penting ganteng," jawabku sembari duduk di kursi meja makan.

"Udah udah, cepet kalian makan nanti keburu dingin." Kata ibu pada kita berdua.

Kita pun akhirnya makan bersama dengan dipenuhi canda dan tawa.

"Yosh, makan udah selesai, sekarang ayah akan membicarakan hal penting padamu Alex," ucap ayah dengan wajah serius.

Aku pun mulai nervous dengan perkataan ayah itu, apa yang ingin dia bicarakan denganku.

"Baik ayah, apa yang ingin ayah bicarakan denganku?" jawabku sambil menatap ayah dengan serius.

"Kan kamu besok sudah mau umur 17 tahun, jadi kami memutuskan untuk kamu pergi ke Ibukota untuk Belajar di akademi sihir untuk mengenal lebih banyak sihir dan dunia luar. Selama ini kan kamu hanya tau hutan saja kan, jadi intinya kami ingin kamu untuk lebih mengenal tentang dunia luar, dan  juga tenang saja Akademi di Ibukota itu adalah Akademi yang menampung berbagai jenis penyihir, untuk lebih jelasnya nanti kamu akan tau sendiri." Jelas ayah panjang lebar

"Anu, tapi nanti ayah sama ibu bagaimana? Apa kalian juga ikut denganku?" Jawabku dengan nada bingung karena tiba tiba ayah mengatakan sesuatu yang sangat menurutku aneh.

"Ayah dan Ibu tidak akan ikut nak, kami udah tidak bisa kesana lagi." jawab ibu sedih

"Apa maksud Ibu tidak bisa kesana lagi? Apa ada masalah dengan Ibukota?" tanyaku pada ibu

"Tidak nak, lupakan saja ibu hanya ingin kamu mengenal dunia luar aja, nanti bila kamu menjadi penyihir yang hebat, Ibu dan Ayah akan sangat bangga padamu nak." Kata ibu sambil mengalihkan topik pembicaraan kemudian mengelus kepalaku.

"Ibu..." ucapku sedikit sedih

Aku tahu kalau Ibu dan Ayah sedang menyembunyikan sesuatu dariku tentang Ibukota tapi aku hanya diam saja, aku tidak ingin orang yang aku sayangi bersedih.

"Nah, jadi bagaimana Alex apakah kamu mau pergi?" tanya ayah sambil menepuk kepalaku.

"Aww, sakit tau Kakek tua, baiklah aku akan pergi ke ibukota dan menjadi penyihir yang hebat, maka dari itu Ibu jangan pernah bersedih lagi ya." ucapku sembari tersenyum

"Kamu emang anak yang sangat baik Alex, Ibu janji ibu gak akan bersedih lagi." ucap ibu sambil tersenyum

"Jadi sudah diputuskan ya?" Kata ayah menepuk kepalaku lagi

"Aww, Iya aku akan pergi dan menjadi penyihir yang hebat dan akan melampauimu Kakek Tua, hahahaha." ucapku sambil meledek ayahku

"Dasar CHIBI." ledek ayahku juga

"APA!!!!!" Kataku sedikit kesal

Ibu hanya tertawa melihat kekonyolan kita berdua.

"Jadi kapan aku pergi yah?" tanyaku pada ayah

"Besok." Jawab ayahku dengan santainya

"HAH Besok!! Kok dadakan banget yah," kataku kaget

"Ya mau gimana lagi kan orang besok hari terakhir pendaftaran di Akademi itu." jawab ayah dengan santainya

"Hadeuh, kenapa gak bilang dari kemarin kemarin sih, dasar kakek tua! Kalau udah begini aku mau siap siap dulu lah." Ucapku sambil buru buru untuk persiapan.

"Alex,jangan lupa mandi dulu ya sebelum siap siap." kata ibu kepadaku

Aku pun bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan siap siap untuk besok.

Alex's POV End

Sementara Alex sedang sibuk dengan urusannya Henry dan Lucy pun membicarakan sesuatu.

Henry's POV

"Neh sayang, apakah anak kita akan baik baik saja nanti disana?" Ucap lucy dengan wajah sedikit sedih.

"Tenang saja Lucy, anak kita akan baik baik saja, lagian juga kemampuan sihirnya jauh lebih kuat dari anak seusiannya, tapi aku gak bilang apa apa tentang kekuatan sihir yang luar biasa itu, karena jika aku bilang begitu mungkin dia akan berhenti berusaha," ucapku pada Lucy

"Iya sayang, aku juga merasakan energi yang sangat kuat dari dalam dirinya, mungkin dia bisa menjadi summoner dan magician sekaligus. Dan juga aku merasakan bahwa dia bisa men-summon monster legendaris yang tidak bisa aku panggil." Ucap Lucy sedikit senang.

"Baiklah sekarang aku akan melihat berapa energi sihir yang dia punya sekarang." Ucapku yang akan merapalkan sihir.

"Iya sayang coba kamu lihat energi sihir milik Alex." Timpal Lucy.

Wahai sang maha melihat tunjukanlah kebenarannya.
Detection Magic : Scan

"Scan merupakan sihir yang dapat medeteksi jumlah sihir pada target, sudah lama aku tidak menggunakan sihir ini, hahaha." ucapku sembari tertawa

"Jadi berapa energi sihir yang Alex miliki, Sayang?" Ucap Lucy penasaran.

"Baiklah, sini aku liha- Apa!!! Energinya sihirnya--" ucapku kaget melihat energi yang dimiliki Alex.

"Ehh, kenapa sayang? kok kamu terkejut, jangan-jangan energinya berada dibawah rata-rata ya?" kata Lucy dengan menunduk seduh

"Bukan begitu, tapi coba lihat sendiri!" kataku sembari menstranfer data energi sihir yang dimiliki Alex ke Lucy melalui Tranfer Mind Magic jarak dekat.

Note : Transfer Mind Magic adalah sihir yang dapat mengirim data yang Pengguna sihir tersebut lihat ke orang lain. Yang digunakan Henry yaitu yang jarak dekat jadi dia hanya bisa mentransfer jarak dekat saja.

"Uwahh, ini kan!!." wajah Lucy sesaat terlihat terkejut dan juga senang.

"Sepertinya kita tidak perlu Khawatir lagi ya sayang." Ucap Lucy sembari memeluku.

"Iya, kita serahkan saja semuanya pada dia sendiri, dan jalan seperti apa yang akan dia pilih kedepannya." kataku membalas pelukan Lucy juga.

Henry's POV End

To be continued..

Maaf ya teman teman misalnya sedikit membosankan.

Kalau misal ada kritik atau saran tinggal Comment aja ya😊😊

The Legendary Of MagicianWhere stories live. Discover now