"Bisa ngobrol sebentar?" ucap seorang pria sambil menyodorkan satu buah roti dan susu vanila kearah Viona.

"Sepertinya kita emang harus ngobrol Gem," ucap Viona tanpa menerima pemberian Gema.

"Kita akan bicara setelah kamu makan. Kamu berangkat pagi banget hari ini pasti belum sarapan," ucap Gema sambil meletakan makanan yang dibawanya di atas meja disebelah buku yang tadi Viona baca.

Viona tidak bisa menolak Gema pria itu bukan tipe yang mudah di bantah jika dia berkata akan bicara setelah Viona makan maka dia akan benar-benar melakukannya. Dua tahun bersama sudah cukup untuk Viona memahami karakter keras kepala milik mantan kekasihnya itu.

Tak butuh waktu lama bagi Viona untuk menghabiskan satu bungkus roti yang Gema berikan berikut dengan satu susu kotaknya juga.

"Gem, tolong jangan salah paham sama kedekatan aku sama Zevan aku sama dia cuma ada projek aja ga lebih. Jangan bertindak seperti kemarin lagi, aku gak ingin semua orang salah paham apa lagi Anya," ucap Viona sambil menatap Gema dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Gema tidak lantas segera menjawab ucapan Viona dia memilih menikmati tatapan baru yang Viona berikan padanya, ini bukan tatapan kecewa. Gema tak melihat sorot kekecewaandalam mata Viona untuk dirinya. Tatapan Viona kali ini benar-benar terlihat rapuh, seolah dia bisa saja hancur kapan saja.

"Vi, kamu baik-baik aja kan?" tanya Gema sambil mengusap pelan bahu Viona.

Entah kenapa pertanyaan sederhana dari Gema membuat air mata yang sudah Viona mati-matian sejak tadi menetes begitu saja. Viona benar-benar menumpahkam air matanya sekarang, semua sakit yang di tahannya seakan lepas hanya karena sebuah pertanyaan sederhana itu, ya sederhana namun sarat akan keperdulian.

Gema meraih Viona kedalam pelukannya, membiarkan Viona menumpahkam semua air matanya di dalam dekapannya. Gema menepuk pelan punggung Viona. Ini kali pertama Gema melihat Viona yang selalu dianggapnya gadis kuat itu menangis, Gema tidak menanyakan apapun dia membiarkan Viona menyelesaikan tangisnya dalam peluknya.

Biarkanlah seperti ini sebentar saja, biarkan Viona melupakan fakta jika Gema adalah mantan kekasihnya dan juga fakta jika Gema sudah memiliki Anya untuk kali ini saja. Viona butuh seseorang seperti Gema yang bisa menenangkan semua kekhawatirannya, yang peka pada kesedihannya, yang bahkan siap mendekapnya saat dunia terasa begitu kejam pada Viona kali ini. Tuhan tolong maafkan keegoisan Viona kali ini saja.

*****

Jam menunjukan pukul 16:45 saat Viona sedang berjalan kearah parkiran untuk menemui Zevan yang katanya akan menunggunya untuk mengambil beberapa foto terakhir untuk lombanya. Jujur Viona masih ingin menjaga jarak dengan Zevam, Viona tidak ingin rumor antara dia dan Zevan bertambah lagi. Cukuplah kesalah pahaman Gema dan Zevan Kemarin.

"Ayo kita berangkat sekarang," ucap Viona saat tiba dihadapan Viona.

Zevan tidak menjawab dia justru melepaskan jaketnya lalu memakaikannya kepada Viona.

"Udah sore pasti dingin. Kamu tumben ga pakai jaket," ucap Zevan yang kini beralih memakaikan helm pada Viona.

Viona menatap Zevan dengan pandangan terheran-heran, Viona tidak paham kenapa Zevan terus saja bertingkah manis kepadanya. Entah Viona yang memang gampang terbawa perasaan atau memang Zevan sudah terbiasa berinteraksi dengan perempuan seperti ini Viona tidak tau. Viona takut jika Zevan terus seperti ini, Viona takut dia sampai batasnya dan tidak menepati janjinya untuk tidak menyukai Zevan.

"Ayo naik," ucap Zevan setelah memasangkan helm Viona.

Viona tidak menjawab dia memilih langsung mendudukan diri di jok belakang Zevan, mencoba menenangkan detak jantungnya yang sekarang sepertinya ingin lompat keluar dari tempatnya.

CongratulationsWhere stories live. Discover now