64. Perubahan Membawa Kesakitan!

Magsimula sa umpisa
                                    

"Maaf menunggu lama, Kak."

"Tidak apa, Dik."

"Mau makan apa, Kak?"

"Biasa saja asal Adik yang pesan."

"Hahaha, Kakak biasa saja."

"Terus tersenyum aku suka."

Syafa sejatinya tahu Aziz mengikuti maka meminta bantuan Hero. Awalnya Dokter konsultan menolak tidak mau ada duri. Walau begitu tetap setuju akibat permintaan memohon. Alhasil begini akhirnya Syafa berhasil meminta Hero main-main.

Hero sendiri merasa jahat jadi orang ketiga walau hanya pura-pura. Dia juga hanya bisa menurut ketimbang terus diteror ini itu. Ia juga belum tahu siapa Suami pasiennya. Hingga dirinya melihat pria tinggi berpenampilan kasual datang. Nyaris Hero tersedak melihat Suami Syafa terlihat tinggi, berkarisma, rupawan dan punya badan atletis.

Rahang Aziz mengerat sempurna melihat Syafa dan pria itu semakin lengket. Bahkan Istrinya tersenyum renyah sambil menggoda si pria. Ia lihat pria itu punya paras cukup tampan, bisa dibilang tampan dan punya kulit putih bersih. Aziz jadi berang saat pria itu mengulurkan tangan untuk mengusap bibir Syafa.

Namun, cukup bersyukur saat Istrinya mengelak. Aziz yang tidak tahan akhirnya berlalu membawa duka. Dia tidak percaya Istrinya berani bersikap demikian. Ingin murka hanya saja tidak mungkin di tempat umum. Aziz lebih baik pulang ketimbang melihat Syafa dan pria itu mesra-mesraan.

"Terimakasih banyak ya, Dok. Maaf, maafkan saya melibatkan, Dokter."

"Tidak apa-apa, Nyonya. Suami Nyonya sangat berkarisma. Berpenampilan begitu saja keluar aura dewasa yang sangat memikat. Seperti model dan tampak tampan."

"Terimakasih banyak, Dok. Suami saya memang sangat tampan, maskulin dan sangat berkarisma. Mendapatkan dirinya begitu sulit bahkan teringat dua tahun lebih berusaha tidak mampu menggoyahkan pertahanannya. Saya sangat kagum padanya dan pastinya sangat cinta. Pemuda dingin aslinya memiliki sikap perhatian, lembut dan begitu teduh. Kalau bercerita Ayah si kembar pasti menghabiskan banyak waktu."

"Masya Allah, saya kagum mendengar semua. Lalu bagaimana dengan pekerjaannya?"

"Suami saya kerja sebagai Dokter."

"Wow, bagaimana bisa seorang berparas model kerja jadi, Dokter? Apa pasiennya tidak jantungan ditangani Suami, Nyonya?"

Pada akhirnya Syafa dan Hero bercakap-cakap mengenai Aziz sebelum ke inti. Mereka tampak akrab dengan panggilan di ganti jadi aku-kamu. Keduanya memutuskan menjalin pertemanan biar jadi enak jika melakukan konsultasi. Syafa juga sudah menganggap Hero sebagai Kakak layaknya Alvagra. Sedangkan Hero senang bisa punya pasien lucu.

Sedangkan Aziz uring-uringan ingat Syafa dengan pria itu. Dia sadar pria tadi muda pastinya menyenangkan. Tampang juga lumayan, walau begitu wajahnya lebih rupawan berkali-kali lipat. Gedek sendiri ingat kedekatan Istri dan orang tadi. Aziz akan berpikir positif mungkin Syafa hanya berteman tidak lebih.

....***....

"Dari mana saja?" Tanya Aziz sambil menatap TV.

"Restoran." Syafa melirik Aziz sudah ganti.

"Bertemu siapa?"

"Bukan urusan Mas aku bertemu siapa."

"Kenapa jawab begitu?"

"Bukan urusanmu!"

Aziz yang kesal berdiri lalu tanpa di duga mencengkeram lengan atas Syafa. Dia tatap sengit Istrinya berusaha mengintimidasi. Ia berharap semoga saja wanitanya tahu telah membuat kesakitan. Aziz yang kesal mengangkat dagu Syafa biar menatap.

Dalam Sajadah Cinta, Syafa! Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon