60 - Kenapa Bisa Pulang Cepat?

5.6K 391 57
                                    

Assalamu'alaikum.

Apa kabar semuanya?

Kangen ngga 12 hari tanpa Mas Aziz dan Dek Syafa?

Maaf ya aku lupa sumpah hehehehe.

Maaf banyak typo bertebaran dan kesalahan dalam penulisan di bawah ini.

....***....

Aziz dengan sopan menyalami ke-dua mertuanya. Dia bahkan tidak segan memeluk Ayah dan Alvagra penuh kehangatan. Untuk Arumi tidak apa karena ia anggap Mama sendiri. Ia tersenyum bisa pulang lebih awal hingga punya waktu libur beberapa saat. Aziz dengan kesederhanaan memberikan bingkisan pada mertuanya lalu memberikan kepada Mbak ipar.

Saat dekat dengan Zubair pria dewasa ini meminta halus ingin gendong. Alhasil Mbak ipar memberikan Keponakan untuk di gendong. Aziz yang sudah kepingen ank tentu saja begitu senang bisa menggendong anak bayi. Terkhusus Istri tercinta tengah mengandung àlhasil jadi tidak sabar menanti kedatangan si kecil. Kembali Aziz memberikan hadiah kepada keponakan kecil yang sangat manis.

Melihat Aziz bahagia melihat Zubair tentu saja Syafa senang sekali. Ia elus perut ratanya seolah ingin cepat tumbuh besar lalu lahiran punya momongan menggemaskan. Dia tidak sabar melihat Suaminya menerbitkan senyum terindah ketika menggendong bayi mungil. Aziz begitu bahagia sampai Syafa bisa melihat pancaran suka cita.

Syafa tidak sabar jika nanti melahirkan Aziz pastilah begitu cinta. Walaupun terkesan cuek badai nyatanya Suami tercinta begitu perhatian. Suaminya begitu penuh sayang terkhusus begitu menggemaskan saat meminta. Ya Allah, dia jadi mau cepat bisa gendong anaknya.

"Nak Aziz, kenapa bisa pulang cepat? Padahal waktu kurang dua pekan lagi," cetus Hardi memecahkan keheningan.

"Pihak Turki mengambil alih tugas para relawan Indonesia. Kami jadi pulang cepat," sahut Aziz.

"Serius? Tidak ada kejadian atau tragedi, 'kan?" Desak Arumi.

"Alhamdulillah, ada Ma tapi tidak berat," sahut Aziz pada akhirnya.

"Astaghfirullah, kejadian apa itu, Nak?" Panik Arumi layaknya tahu anaknya terluka.

"Hanya terluka sedikit di bahu kanan gara-gara menyelamatkan seorang pejuang muda begitu tangguh. Selebihnya saya baik-baik saja berkat doa Istri dan pastinya doa kalian semua," tutur Aziz kalem.

Sekeluarga Pak Hardi panik mendengar penuturan Aziz. Ank ini pasti kesakitan di balik kata baik-baik saja. Jelas mereka tahu watak orang datar dan dingin yang mandiri pastilah begitu. Tidak akan mengeluh jika sakit terlebih membebani atau pun membuat khawatir. Pak Hardi sekeluarga akhirnya tenang ketika Aziz berikan sedikit ketenangan.

Syafa yang tahu Aziz kurang nyaman diperlakukan begitu akhirnya memutuskan ke kamar. Dia sangat tahu Suaminya paling anti dikhawatirkan terlalu. Ia tahu Suaminya memang suka diperhatikan. Namun, tidak berlebihan alhasil kurang nyaman. Maka dari itu Syafa pinta Aziz ikut ke kamar dengan dalih pingen istirahat bentar.

Aziz akhirnya menyerahkan bayi mungil pada Mbak ipar. Kemudian menemani Istrinya masuk ke kamar karena merengek. Sungguh paham Istrinya begini menyelamatkan dirinya dari keadaan kurang nyaman. Dia berterima kasih telah berhasil menghindari obrolan paling menganggu. Aziz kurang nyaman jika diperhatikan terlalu maka dari itu berlalu ketimbang jadi bahan kasihan.

Sampai kamar Aziz mendekap Syafa dari belakang. Sedangkan Syafa mengusap lengan kekar Aziz. Akhirnya mereka saling berhadapan kemudian tersenyum bersama. Keduanya memutuskan duduk di tepi ranjang lalu tangan saling menaut tidak mau lepas. Hingga akhirnya si Istri menyandarkan kepala di bahu lebar Suami. Sedangkan Suami mengusap kepala Istri penuh sayang. Aziz dan Syafa menikmati kebersamaan dan rencana akan menginap beberapa hari.

Dalam Sajadah Cinta, Syafa! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang