6. Cinta Atas Nama Allah!

6.7K 478 271
                                    

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Apa kabar, semua?

Rose sangat cinta sama Story ini jadi maklum up tiap hari!

Maaf banyak typo's bertebaran dan kesalahan dalam penulisan di bawah ini!

❤❤❤

Langit begitu gelap dengan rintihan hujan mengguyur bumi. Tidak ada kehangatan karena udara sangat dingin. Di tambah hujan terus mengguyur tanpa mau berhenti.

Namun, bagi kedua insan beda gender ini tidak merasakan hawa dingin. Hawa dingin telah menjadi hangat akan kehangatan tubuh. Tidak ada yang bicara karena pria yang menggendong gadis mungil itu sosok dingin tanpa kata. Beda dengan sang gadis cerewet, tetapi tidak bisa bicara banyak.

Aziz memutuskan berhenti untuk istirahat beberapa saat. Jujur tangannya sedikit sakit gara-gara tergores sesuatu. Di bawah pohon pinus ia turunkan Syafa hati-hati. Ia berharap semoga saja tidak sakit atau nyeri pada otot dan tubuhnya.

Syafa terdiam merasa tidak enak pada Aziz menggendongnya begitu jauh tanpa lelah. Bahkan tidak terlihat raut lelah atau mengeluh. Dia memnag menginginkan saat tubuhnya ada dalam gendongannya. Namun, ia tidak mau pemuda dewasa itu kecapekaan.

"Pak," panggil Syafa hati-hati.

"...." Aziz hanya melihat tanpa menjawab.

Aziz membuka ransel untuk mengeluarkan air mineral. Dia sodorkan air mineral pada Syafa agar gadis ini melepas dahaga. Kalau di lihat sudah satu jam mereka berjalan tanpa berhenti. Kalau begini Aziz harus cepat, tetapi apa daya harus hati-hati atau jatuh kalau terburu-buru.

Syafa menerima air mineral itu lalu meminumnya beberapa teguk. Dia serahkan kembali botol aqua itu pasa Aziz dengan perasaan gugup. Hawa sejuk menyelimuti tubuh ketika pemuda di depannya meneguk air aqua bekasnya?

He? Tunggu dulu Pak Dosen itu minun air mineral dari bekasnya? Yang benar saja itu kan turahan darinya. Syafa jadi gugup sekaligus kaku tidak enak hati. Dia tidak bisa berkata saat pemuda itu cukup banyak menghabiskan air mineral itu.

Merasa di pandang intimidasi Aziz menengok ke arah Syafa dengan alis terangkat satu. Saat sadar ia mengukir senyum tipis bahkan tidak terlihat tersenyum. Dia hanya bawa air mineral terbatas harus hemat. Apa lagi perjalanan masih jauh dan pastinya membutuhkan tenaga.

"Kenapa Bapak melakukan ini?"

"Maksudnya?"

"Bapak benci saya, benar? Kenapa begitu dekat bahkan terlihat sangat khawatir? Apa Bapak sengaja membuat saya terus berharap?"

"Benar, karena Anda Mahasiswi saya. Sudah sepantasnya saya khawatir karena saya Dosen, Anda. Tidak ada unsur kesengajaan, bahkan jika ada Mahasiswi terluka saya juga akan melakukan hal sama. Jadi jangan salah paham!"

Hancur berkeping itulah perasaan Syafa untuk kali ini. Sakit sekali sampai air matanya luruh deras tanpa di sadarinya. Sedih sangat sakit mengingat setiap jawaban pria ini. Dia terlalu berharap ada setitik perasaan pada pria ini.

Apa yang di pikirkan seorang Aziz mau mencintainya? Rasanya sakit sekali membuatnya bergetar hebat demi menghalau isakan. Demi apa ia sudah sangat bahagia pria ini sangat perhatian. Memnag dasarnya Syafa polos menyalah artikan semua.

Dalam Sajadah Cinta, Syafa! Where stories live. Discover now