Chapter 36

91.8K 9.2K 4K
                                    

Haii... Masih pada nunggu? Happy Satnight, semuanya 😘 Terima kasih untuk vote dan komen di chapter sebelumnya 🙏🏻 Semoga masih pada betah mengikuti 🥰

Mohon koreksi kalau ada typo atau kalimat rancu 💜💜




Happy Reading




***
"Ayo, kita menikah."

Allea menegaskan sekali lagi—yang langsung membuat Rion tersenyum begitu lebar.

"Pilihan yang tepat." Ia tidak bisa menahan rasa bahagianya ketika mendengar jawaban yang teralun dingin dari bibir itu. "Kamu janji tidak akan pergi ke mana pun, kan?"

"Apa aku memiliki kesempatan untuk melarikan diri?"

Rion menggeleng, seraya membelai pipi Allea yang bersemu merah. Dia pasti sangat marah—ia yakin. "Jangan pernah berpikir melakukannya."

Allea menunduk, memilin ujung jas sekolahnya gugup. "Iya, aku janji. Selama anak kita masih kukandung, aku tidak akan pergi ke mana pun."

"Apa...?" dahi Rion mengernyit tidak puas, mencubit pipinya yang terlihat lebih chubby. "Allea, itu terdengar sangat jahat." Meski hati Rion menghangat mendengar kalimat 'Anak Kita'. Ia masih tidak percaya sekarang sudah resmi menjadi Calon Ayah.

"Bukankah kamu bilang masih sangat mencintai Kak Sandra? Aku juga tidak lupa pada janjiku, untuk menyatukan kalian berdua. Kamu berharap kita harus sejauh apa?"

Rion menepuk-nepuk pucuk kepala Allea, bibirnya tidak langsung menyahuti, sebelum menunduk untuk mengecup ujung hidungnya.

"Oke. Terserah apa katamu. Yang penting, anakku dalam perlindunganku. Dan jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dariku. Kamu tidak akan suka akibatnya." Dia memberi peringatan, menatap Allea sungguh-sungguh. "Dan jangan terlalu dekat dengan London maupun Kevin. Jujur, aku enggak suka."

Jantung Allea berdebar lebih cepat. Sesungguhnya ia tidak terbiasa dengan sikap Rion yang begitu dominan dan posesif. Masih sangat asing, dan ia dipaksa untuk terbiasa tenggelam lebih dalam pada kegelapannya. Seksi, tetapi menakutkan.

Rion merendahkan tubuh, menyejajarkan wajah mereka. "Mengerti, Allea sayang?"

Allea menepis tangan Rion dari rambutnya. "Berhenti bersikap seolah menginginkanku sebesar itu. Suka atau tidak kamu terhadap circle pertemananku, kupikir itu bukan urusanku juga. Aku tidak peduli."

"Bibirmu akhir-akhir ini sangat beracun, Lea," sambil memegang bibir bawah Allea, dengan mata yang terfokus di sana. "Aku lebih ingin menciummu, daripada mendengar kalimatmu yang menyakitkan."

Allea memundurkan kepala, entah mengapa tangan Rion terus singgah di bagian-bagian tubuhnya yang tidak pantas untuk disentuh bebas. Dia sangat kurang ajar!

"Aku juga sudah tidak mencintaimu sekarang. Kita bersama karena anak yang kukandung, bukan?" ucap Allea, dan ekspresi Rion seketika berubah mendung.

"Tidak ... mencintaiku?" kalimat itu cukup menghantam, sempat membuat otak Rion seolah membeku, dan tubuhnya berhenti bergerak. "Begitu...?"

"Hm," Allea menolehkan kepala ke arah lain. "Tidak lagi."

Rion menangkup wajah Allea, membalikkan ke arahnya. "Tatap aku dan katakan dengan jelas, benar kamu tidak mencintaiku lagi?"

"Iya! Iya! Aku tidak mencintai Orion Fucking Alexander sama sekali!" serunya lebih kencang tepat di depan wajahnya. "Dasar menyebalkan. Apa kamu tuli?!"

Bukannya marah, Rion malah terkekeh geli. Siapa yang akan marah jika Allea bersikap semenggemaskan itu?

"Apa liat-liat? Lebih baik cepat perbaiki pekerjaan Om dan Ayahku yang kamu kacaukan!"

Chasing YouWhere stories live. Discover now