Chapter 1

274K 10.6K 1.4K
                                    

Haii... apa kabar kalian semua? Sehat, kan? 🙈 Akhirnya... aku kembali lagi dengan cerita baru. Semoga cerita ini juga bisa menghibur kalian dengan segala konflik drama yang ada di dalamnya 😉😉

 Semoga cerita ini juga bisa menghibur kalian dengan segala konflik drama yang ada di dalamnya 😉😉

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






Happy Reading



***
"Lea, ayo buka mulut kamu. Makan dulu, setelah itu minum obat, supaya cepat sembuh."

Baby sitter itu terus membujuk gadis kecil di hadapannya, sementara Allea masih termangu kosong menatap rintik hujan di luar sambil memeluk bingkai foto keluarganya yang masih lengkap. Sodoran bubur satu sendok penuh itu tidak sama sekali dihiraukan.

"Lea, sedikit aja. Nanti Papa marah loh kamu nggak makan dari pagi."

Allea membuka masker yang sedari tadi digunakan, lantas mengetukkan telunjuknya di kaca jendela yang telah dibasahi air hujan yang kian menderas.

"Suster Tia, lihat, anak-anak itu bermain hujan-hujanan," bibir mungil itu tersenyum tipis, menatap ke arah lapangan basket kompleks tidak jauh dari rumahnya. "Apa mereka tidak takut sakit? Papa bilang aku nggak boleh terkena air hujan, nanti demam seperti sekarang."

"Nah, itu kamu tahu. Hujan-hujanan seperti itu memang nggak baik untuk kesehatan. Sakit, flu, batuk. Banyak deh akibatnya," jelasnya, sambil terus berusaha menyodorkan bubur itu ke mulutnya.

Allea menoleh, dan dengan binar polosnya, ia menatap baby sitter itu penuh tanya. "Aku nggak terkena air hujan, tapi ... kenapa tetap sakit?"

Sudah nyaris satu tahun Rumah Sakit seperti menjadi rumah keduanya. Ia harus bolak-balik ke sana mengikuti banyak prosedur pengobatan. Baru selama satu bulan terakhir ini Dokter menyatakan kondisinya sudah mulai membaik sehingga ia diperbolehkan untuk dirawat di rumah. Tapi, Ayahnya masih belum mengizinkan Allea untuk bisa bergabung bersama teman-temannya. Untuk sekolah saja tahun depan, rencananya ia harus Home Schooling. Sungguh, ia rindu bermain di luar ruangan seperti mereka.

Baby sitter itu kebingungan. Berjeda, ia menatap ke luar jendela untuk mencari sebuah jawaban yang masuk akal. "Begini, Lea, kondisi fisik kamu sekarang belum sehat betul," Ia menatap sepasang netra bulat itu, lalu membelai kepalanya yang tertutupi beanie pink. "Suster tanya, kamu makan aja susah. Gimana mau cepat sembuh dan bisa berlarian di bawah hujan seperti mereka? Lea nggak bisa cepat sembuh kalau susah makan seperti ini."

Gadis kecil itu mengembuskan napas pelan, lantas kembali menatap ke arah luar. "Atau, mungkin ... aku tidak akan sembuh."

"Bukan begitu...."

"Sus, aku mau nonton TV. Makannya nanti aja."

"Lea—"

"Can you please turn on the TV? Lea bosan." Ia menggumam, tetapi matanya masih tertuju pada sekumpulan anak-anak yang berlarian di luar.

Chasing YouWhere stories live. Discover now