Chapter 6

56.1K 6.6K 1K
                                    

Haii... nih, update lagi. Mohon koreksinya ya kalau ada typo atau kalimat rancu 🙏🏻 Belum sempat edit sama sekali dan baru selesai banget.






Happy Reading



Duduk di atas kloset toilet sekolahnya, Allea menatap balasan dari Rion yang berjanji akan mentraktirnya setelah ia memberitahu persetujuan Sandra untuk ikut makan malam. Rasanya bodoh, mengapa ia harus melakukannya? Ia juga mencintai Rion. Ia menginginkan Rion jauh lebih besar dari perempuan mana pun di dunia ini. Mengapa ia harus membantu mendekatkan mereka, sementara kini air mata berlinangan di pipinya?

Ia terluka, oh astaga...

Allea hanya tahu, bahwa dirinya tidak bisa menolak apa pun yang membuat Rion bahagia. Bahkan jika ia harus mengorbankan perasaannya. Bahkan jika ia harus terluka untuk kebahagiaan mereka. Lagipula, rasa yang ia miliki, mereka hanya anggap sebagai lelucon belaka. Ia merasa tidak sepantas itu menghalang-halangi perasaan suka Rion pada Sandra.

Oh, jadi gimana? Lea pulang jam berapa? Nanti Kak Ion jemput. Sekarang pikirin dulu mau makan apa, dan ntar jangan terlalu berisik ya haha

Allea tersenyum pahit, ketika Rion memperingatkan dirinya untuk tidak berisik. Dan bagaimana ia bisa memikirkan apa yang ingin dimakan, sementara sesak kini menguasai hatinya. Mengapa Rion seperti ini? Mengapa dia tidak bisa mengerti kalau perasaannya kini susah sekali untuk diatasi. Ia tidak bisa berpura-pura baik-baik saja. Ia pasti akan menjadi Allea kecil yang cuma bisa menangisi cinta sepihaknya—tidak berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya.

Mengatur napas, jemari yang gemetar itu mulai mengetikkan balasan. Allea tahu, ia tidak akan sanggup menjadi nyamuk di antara keduanya. Ia tidak akan bisa melihat bagaimana mereka saling membangun rasa—sehingga Allea memutuskan untuk menghindar. Ya, demi kebaikan. Paling tidak, sampai hatinya siap menerima kalau Rion masih belum mencintainya.

Maaf, Kak, sore ini aku ada latihan. Mungkin aku pulang agak maleman. Kak Sandra pulang jam enam ya... jgn lupa dijemput 😊

Tangannya tanpa henti mengusap bulir bening, meski berusaha sekuatnya tidak bersuara.

Tidak lama kemudian, balasan kembali masuk. Biasanya, Rion tidak langsung membalas. Bahkan chat-nya dari pagi yang berjumlah lebih dari sepuluh, dia abaikan dan baru dibaca sekarang. Sekali lagi, itu bukan karena dirinya. Tapi, karena Sandra. Karena chat yang ia kirim berisi informasi tentang sepupunya yang begitu sempurna. Sandra.

Allea sudah tidak mampu lagi membalas. Ia menangis, benar-benar menangis. Rion memaksanya ikut cuma untuk memenuhi janjinya. Rion memaksanya bergabung bukan karena dia ingin dirinya ada di sana.

Tidak boleh. Ia tidak seharusnya mengganggu malam mereka. Nanti, ia masih bisa makan sendiri. Ia bisa makan masakan Bibi di rumah yang tidak kalah lezat dari masakan restoran. Ia bisa sambil mendengarkan musik, belajar agar tidak bodoh, dan menonton serial TV favorite-nya. Ia bisa melakukan banyak hal menyenangkan, walau tanpa Rion di sisinya.

***
Tubuh Allea terhempas keras ke lantai ketika ia salah melakukan beberapa gerakan sesuai arahan pelatih. Keringat membanjiri tubuhnya, dan tank top yang ia kenakan telah basah di semua bagian. Celana sweatpants abu-abu yang satunya dinaikkan sampai lutut—memperlihatkan dengan jelas lebam kebiruan di sana. Dari pukul empat sore, Allea menari secara non-stop bahkan ketika teman yang lain sudah berlalu pergi dan berganti.

Chasing YouWhere stories live. Discover now