Chapter 30

98.7K 9.4K 5.1K
                                    

Haii... Ncan balik lagee 💃💃 Mana absen suaranya? 🙌🏻

Chapter ini panjang, 5,500 kata. Dibuatnya aja sampe 2 hari 😂 Jadi, kalau ada typo, mohon koreksinya ya. Dan kalau belum ketemu kata TBC, artinya punyamu kepotong. Silakan direfresh.

Mulmed: Waiting - Younha




Happy Reading



Aku mencintaimu, dengan cara yang tak terbayangkan.

Aku memujamu, dan mereka bilang itu teramat menjijikkan.

Aku tetap menginginkanmu, dan sungguh, aku tahu ini menyedihkan.

Mungkin akan ada saatnya, dimana kamu yang mencintai, dan aku yang sudah lelah menanti.

Mungkin akan ada saatnya, di mana kamu yang tersakiti, dan aku yang tak lagi peduli.

Dan mungkin juga akan ada masanya, di mana kamu yang menunggu, sementara aku yang berbalik pergi...

***
"Non Lea, sudah waktunya makan malam," ketukkan di pintu kamar, membuat kelopak mata sayu itu perlahan terbuka.

Satu bulan setelah hari itu, semuanya menjadi lebih dingin dari biasanya. Hidup Allea tak ubahnya seperti dunia yang tak berpenghuni. Sendirian. Atau barangkali, ia yang memilih untuk mengasingkan diri dari kehidupan semua orang. Lagipula, dirinya kini hanya seperti embusan angin. Meski mereka merasakan kehadirannya, tetapi tidak pernah dianggap seperti dirinya ada. Perlahan, ia mulai tidak terlihat. Semua orang marah besar, dan Allea pun kini sudah mulai pintar menghindar. Saat mereka makan, Allea lebih memilih menahan rasa laparnya dan menunggu mereka selesai. Dan saat mereka berkumpul, Allea berusaha tidak muncul di hadapan semuanya. Ia tidak ingin merusak hari mereka, ataupun melenyapkan nafsu makan semua orang yang tersakiti karena ulah bodohnya.

Ia hanya tidak ingin jadi perusak kebahagiaan siapa pun lagi. Itu saja.

"Non Lea, tolong segera turun ke bawah. Tuan ingin Nona bergabung ke meja makan. Ada yang ingin tuan bicarakan katanya." Bibi menjelaskan, kembali mengetuk. "Non Lea—"

Allea mengernyit samar, tumben sekali ia diinginkan kehadirannya oleh Ayahnya. Karena setelah tamparan itu, Allea jarang sekali melihat sisi wajahnya. Beliau lebih pendiam, lebih banyak menghindar, pun dengan dirinya yang memang memilih hidup bersama kesendirian yang kian mengikat erat. Tomy dan Olivia juga semakin disibukkan oleh persiapan pernah-pernik kelahiran anak pertama mereka. Setiap harinya, mereka jarang sekali di rumah. Sekalinya pulang, keduanya akan membawa banyak sekali barang.

Sangat jelas sekali, mereka tengah berbahagia menantikan kehadiran si buah hati tercinta. Sementara di sisi lainnya, seorang Allea tengah bersusah payah untuk bisa hidup sedikit lebih lama.

Tidak. Allea tidak merasa iri. Ia bahagia, selama mereka juga bahagia. Kehidupannya, sudah tidak lagi memiliki makna. Selama Tuhan masih memberinya nyawa, ia akan bertahan di sini ... selama mungkin, meski tak lagi tahu bertahannya untuk apa.

Tetaplah hidup ... itu yang diinginkan ibunya.

"Iya, bik, sebentar." Allea mengangkat handuk basah yang menempel di dahinya, lantas menyembunyikan ke dalam kolong ranjang sebelum menyingkap selimut dan turun dari sana. "Iya, sebentar, Lea keluar...."

Chasing YouWhere stories live. Discover now