Chapter 28

75.7K 8.9K 4.4K
                                    

Haii... lebih cepat update nih 💃💃 Masih pada belum tidur kan? 🙌🏻 

Mohon koreksi kalau ada typo. Baru selesai banget ditulis.

Mulmed: Pura-Pura Lupa - Petrus Mahendra




Happy Reading



Memasuki area dalam, kemeriahan pesta pertunangan itu semakin terasa. Mata Allea tidak bisa berhenti diedarkan pada setiap sudut ruangan yang banyak didominasi oleh lampu-lampu kecil dan terlihat mengagumkan. Tidak terkecuali mata para tamu yang kini menatapnya—barangkali disebabkan oleh kehadirannya yang bersanding dengan salah satu keturunan Xander.

Rasanya asing berada di tempat ini dengan tujuan untuk mengantarkan cinta pertamanya pada kebahagiaan sejatinya. Sedikit pun, hal ini tidak pernah dipikirkan Allea. Ia terlalu percaya diri, padahal seharusnya dari awal Allea sadar diri bahwa mundur adalah satu-satunya opsi.

Sebagian besar hatinya masih sulit percaya kalau ia datang ke acara lelaki yang dulu ia ikrarkan dengan kencang sebagai calon suaminya di masa depan. Sedang sebagian lainnya, tahu diri kalau ia tidak selayak itu untuk berjuang melawan kesempurnaan Sandra.

Tahu diri ... sadar diri, Allea. Tolol juga ada batasnya!

Everything is over. Totally over!

Allea tidak mengerti, apa yang masih membuatnya begitu berantakan? Mungkin karena ia memberikan lebih dari yang ia miliki terlalu banyak padanya. Atau, barangkali harapannya lah yang terlampau tinggi sehingga saat tak kesampaian, jatuhnya pun teramat menyakitinya. Saat ia masih kecil, Allea merasa dirinya bisa memantaskan diri untuk Rion. Tapi bahkan setelah dewasa, ternyata ia masih tidak layak bersanding dengannya. Ia semakin tahu kalau selamanya Rion hanya akan menjadi sosok yang bisa dikagumi, bukan dimiliki.

"London, ini ... siapa?" seorang perempuan dewasa bertubuh semampai dan berparas cantik dengan gaun malam tak kalah cantik mendekatinya. "Kekasihmu?"

"Mom, kenalkan, dia Allea. Kita sudah pernah bertemu sebelumnya," ucap London memperkenalkan keduanya.

"Oh, ya ampun, Allea yang itu?!" mata bulat itu berbinar, takjub. "Kamu terlihat berbeda sekali, nak. Dulu masih setinggi ini loh," sambil memeragakan. "Saya pikir London mengencani perempuan yang jauh lebih dewasa. Kamu kelihatan mempesona sekali sampai saya kesulitan mengenali, Allea."

Allea masih kebingungan, ia mengerjap pelan ketika sadar ia sempat bengong untuk beberapa saat. Di samping karena wajahnya yang teramat cantik, perempuan yang dipanggil 'mom' oleh London juga sangat hangat dan ramah.

"Maaf, ini tante Star?" Allea memastikan terlebih dahulu, lantas segera mengulurkan tangan seraya menyunggingkan senyum tidak enak hati. "Astaga, maafkan aku, tante. Maaf banget. Aku lupa." Allea memukul kepalanya kesal. "Aduh, bodoh sekali aku. Masa bisa lupa sama tante. Maaf ya...?"

Padahal ia pernah bertemu beberapa kali dengannya di masa lalu. Mungkin karena otaknya juga tengah berpencar, sehingga segalanya tampak buyar.

Star tersenyum hangat, membalas jabatan tangan Allea. "It's okay, saya mengerti. Saya juga kan sempat nggak mengenali kamu tadi. Terakhir kali kita bertemu lebih dari lima tahun lalu ya—di hari pertama London kami masuk sekolah."

"Iya, sepertinya begitu, tante. Di SMP, kan? Maaf, Lea agak lupa," Allea menggaruk kepalanya yang tidak gatal, terkekeh renyah. "Kalau kita ketemu lagi di masa depan, aku pastikan wajah tante Star akan kuingat banget."

"Ya iyalah. Masa muka calon mertua nggak diingat. Keterlaluan namanya. Jangan sampai deh ada ratapan ibu mertua." Chasen melewati dengan santai sambil memeluk camilannya di tupperware. "Eh, misi-misi yang punya pesta. Jangan menghalangi jalan gini dong," cicitan kembali terdengar seraya mengibaskan tangan pada Rion dan Sandra yang merasa menghalangi jalan, lantas berlalu begitu saja.

Chasing YouWhere stories live. Discover now