04. Mas Dari Bandung

5.7K 996 597
                                    

TAEYONG TERBANGUN dari tidurnya ketika ponselnya berdering. Saat menoleh ke sisi di sampingnya, ia seketika menghela napas pelan karena tidak mendapati sang suami.

Pertengkaran kecil mereka semalam nyatanya membuat si lelaki berlesung pipit ikut bersikap tak acuh, pikir Taeyong. Sebab biasanya, saat bangun di pagi hari, Jaehyun tak pernah absen membangunkannya terlebih dahulu. Namun kini suaminya itu telah pergi dari kamar. Entah kemana.

Mendengkus lalu bangkit dari posisinya, lelaki manis itu kemudian meraih benda persegi canggih miliknya di atas nakas. Mendapati bahwa nama kontak Bunda; sang Ibu mertua lah yang terpampang disana.

“Halo, Bun?” sapa Taeyong.

“Kamu baru bangun, nak? Bunda ganggu tidur kamu ya?”

“Enggak kok, Bun.” Taeyong terkekeh, “Tumben Bunda nelpon pagi-pagi. Hari Sabtu pula. Emang Ayah enggak minta ditemenin jogging lagi?”

“Justru Bunda nelpon kamu karena bosan nunggu Ayah, Yong.” tutur si wanita paruh baya, “Nungguin Ayah ngambil sepeda di garasi aja udah kayak ngerasain macet di Pasteur pas jam pulang kantor. Lama.”

Taeyong tertawa mendengar ocehan sang Ibu mertua, “Mungkin Ayah bersihin sepedanya dulu, Bun.”

Sebab setahunya, si pria paruh baya memang seorang pecinta kebersihan. Debu yang menempel di ujung sepatunya saja akan buru-buru ia bersihkan, apalagi ketika hendak bepergian.

“Kayaknya, nak. Kamu tahu sendiri Ayah mertua kamu itu gimana,” Bunda menghela napas pelan. “Oh iya, gimana baju yang Bunda beliin kemarin? Suka?”

“Suka kok, Bun. Suka banget,” Taeyong seketika teringat akan barang titipan mertuanya pada Mark yang ternyata berisi pakaian, “Makasih banyak ya, Bun. Bunda repot-repot banget, pake beliin Taeyong baju segala.”

Ah, enggak ngerepotin sama sekali. Kemarin kan Bunda belanja, pas lihat baju itu langsung kepikiran kamu. Jadi Bunda mikir, kalau kamu yang pakai pasti cocok banget.

“Bunda bisa aja.”

“Oh iya, Jaehyun udah bangun belum, nak?”

Mendengar sang Ibu mertua menyebut nama suaminya membuat Taeyong lantas menjatuhkan pundak, “Udah kok, Bun.”

Hm, Bunda kira Jaehyun masih ngorok. Marahin aja kalau dia malas-malasan di rumah ya, Yong.” ucap si wanita paruh baya di seberang sana, “Ya udah, Bunda matiin teleponnya sekarang. Pasti kamu mau masak. Ayah juga udah dateng tuh.”

“Iya, Bun.”

Setelah sambungan teleponnya terputus, Taeyong pun kembali meletakkan ponsel di atas nakas sebelum bergegas menuju ruang makan. Berharap dapat menemukan suaminya disana.

Namun sesampainya di samping meja makan, kening Taeyong seketika berkerut heran. Pasalnya ia tak mendapati Jaehyun dimana-mana. Kedua iris legamnya justru disuguhkan dengan pemandangan bagaimana Babah tengah mengganggu Mimih yang sedang menyiapkan menu sarapan di depan pantri. Hal itu pun diam-diam membuatnya merindukan tingkah manja sang suami.

Tapi kemana Jaehyun sepagi ini?

Tak ingin mengganggu Babah dan Mimih yang tengah dibalut kasih, Taeyong kemudian memilih untuk bersih-bersih. Ia mengambil sapu di samping galon, tak jauh dari tempatnya berdiri sebelum memulai kegiatan rutinnya setiap pagi; Membuat rumah lebih rapih dan bersih.

Setiap sudut rumah mulai dari ruang makan sampai ruang tengah pun disapu oleh si lelaki manis. Namun ketika kakinya kemudian menginjak ruang tamu, aktivitas Taeyong refleks terhenti. Matanya memicing tak suka kala ia mendapati Jaehyun justru sedang terduduk di atas sofa seraya sibuk memandangi ponselnya. Nampak jika sang suami tengah bermain game.

Hiraeth 3 : After | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now