15. Cafe

3.4K 651 244
                                    

TAEYONG TAK henti-henti memandangi sang suami yang tengah menyetir di sebelahnya. Masih nampak raut kesal di wajah Jaehyun yang seolah enggan hilang sejak semalam.

“Jangan cemberut gitu dong, Yang.” katanya lalu mencolek dagu si lelaki berlesung pipi.

Terkekeh pelan, Taeyong kemudian menoleh ke belakang. Mendapati Eden yang terduduk di car seat bayi masih tertidur pulas. Padahal mereka sudah nyaris sampai di rumah Bunda. Ia pun tersenyum kala melihat putri kecilnya tiba-tiba menggerak-gerakkan lidah. Seolah tengah meminum susu dari dotnya.

“Kayaknya Eden bosen enggak ada Teh Sunny yang nemenin,” ucap Taeyong.

“Mhm,” jawab Jaehyun dengan gumaman masih dengan pandangannya yang terfokus ke depan.

Tak lama berselang, laju mobil pun terhenti tepat di depan rumah megah dengan cat yang didominasi warna putih. Setelah mematikan mesin, Jaehyun lantas meregangkan otot-ototnya sejenak seraya menguap lebar. Tak lagi memiliki kekhawatiran untuk menjaga image nya di depan sang pujaan hati.

“Ngantuk banget,” gumam si lelaki berlesung pipi lalu memeluk suami kecilnya dari samping.

“Aku mau turun ih,” protes Taeyong.

Jaehyun berdecak, “Bentar doang, Yang. Inget, semalam kita enggak jadiㅡ”

“Iya, iya.”

Taeyong memotong ucapan suaminya. Sebab ia tahu bahwa Jaehyun lagi-lagi akan membahas mengenai hubungan intim mereka yang gagal terlaksana. Atau lebih tepatnya tertunda karena panggilan mendadak dari Bunda.

Alhasil, ia pun membiarkan pujaan hatinya itu mendekap erat tubuhnya selama beberapa saat.

“Yuk,” ucap Jaehyun setelah melepas pelukannya dari sang suami kecil.

Keduanya kemudian turun dari mobil. Setelahnya Taeyong lantas menggendong Eden hingga anak perempuan itu terbangun. Sementara Jaehyun mengambil tas berisi pakaiannya bersama sang pujaan hati dan anaknya. Juga alat makan Eden.

“Aaa... Kesayangan-kesayangannya Bunda udah datang,” si wanita paruh baya menyambut anak, menantu juga cucunya di depan pintu. “Sini, nak. Biar Bunda yang gendong Eden.”

Taeyong tersenyum lalu membiarkan Ibu mertuanya mengambil alih Eden. Sementara anak perempuan itu masih mengucek-ngucek matanya karena baru saja terbangun dari tidurnya.

“Ayah mana, Bun?” tanya Jaehyun seraya mengikuti Bunda yang menuntunnya dan sang suami kecil untuk masuk ke rumah.

“Ayah lagi mandi,” kata si wanita paruh baya, “Kalian udah sarapan belum?”

Jaehyun meletakkan tas nya di samping sofa ruang keluarga lalu duduk di sana. Ia kemudian mendengus seraya menatap Ibunya dengan tampang datar.

“Belum lah. Orang kita berangkat dari Bandung pas selesai salat Subuh.”

“Tapi kan tadi kamu makan roti isi yang aku bawa dari rumah, Yang.” celetuk Taeyong hingga Bunda terkekeh mendengarnya.

Jaehyun mencebik, “Roti mana bikin kenyang, Yang. Pengganjal perut doang itu mah.

“Ya udah, ya udah. Masuk sana, ke ruang makan.” kata Bunda, “Tadi si Bibi abis bikin nasi uduk.”

“Kalau gitu Taeyong ke belakang dulu ya, Bun. Mau bikinin Eden susu.” pamit si lelaki manis kepada sang mertua sebelum mengambil dot anaknya lalu melenggang ke arah dapur.

Sementara itu, Jaehyun yang tengah bersandar pada sofa lantas bertanya. “Syukurannya mulai jam berapa, Bun?”

“Entar malem, nak. Jam tujuh.”

Hiraeth 3 : After | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang