17. Serangan Jantung

4.1K 703 270
                                    

TAEYONG YANG baru saja kembali dari lantai dasar lantas menghela napas saat melihat Eden masih terlelap. Putri kecilnya itu tidur bersamanya dan Jaehyun di kamar mereka. Sebab sang anak tetap rewel meski demamnya telah perlahan reda.

Memeriksa keadaan Eden sejenak dengan memegangi keningnya, Taeyong pun mengukir senyum lega. Suhu tubuh malaikat kecilnya itu masih sedikit panas, namun tak setinggi yang semalam. Sebelum Eden meminum obat.

Ia kemudian mengalihkan pandangan ke arah sofa. Mendapati sang suami tengah terbaring. Masih mengenakan baju koko, sarung, juga peci. Pasalnya setelah salat subuh tadi Jaehyun tiba-tiba ketiduran saat sedang asik menonton televisi.

Nampak jika pujaan hatinya itu mengantuk berat akibat begadang semalaman demi menjaga Eden.

Menghampiri si lelaki berlesung pipi, Taeyong pun duduk melantai di samping sofa. Ia menatap wajah suaminya lekat-lekat sembari mengingat bagaimana mereka berselisih paham.

Bahkan ia dan Jaehyun sama-sama bungkam meskipun tengah menjaga Eden semalaman. Tak ada perbincangan meski banyak hal yang sebenarnya ingin Taeyong utarakan.

Sejenak Taeyong termenung sebelum perlahan mengecup pipi kanan Jaehyun. Membuat suaminya itu refleks melenguh lalu membuka mata.

“Udah jam enam, kamu enggak mau ke kantor?” tanya Taeyong.

Ia berusaha mencairkan gunung es yang sejak kemarin menjadi penghalang antara dirinya dengan sang suami. Namun entah akan bagaimana respon dari Jaehyun nanti. Taeyong hanya bisa berpasrah diri.

“Eden gimana? Masih panas?”

“Masih, tapi udah enggak tinggi kayak yang semalem.” jawab Taeyong, “Hari ini aku juga izin cuti sama Ibu Irene buat jagain Eden.”

“Mhm,” Jaehyun bergumam paham.

Taeyong yang melihat suaminya perlahan bangkit dari sofa lantas terdiam. Ia tiba-tiba kebingungan untuk sekedar melanjutkan percakapan. Jaehyun pun seolah masih belum bisa kembali bersikap jenaka seperti biasanya. Masih ada kesan canggung bahkan sungkan di antara mereka.

Hingga saat si pemilik lesung pipi melepas peci, baju juga sarung yang selalu digunakannya untuk beribadah. Berniat melipatnya lalu menyimpannya di tempat semula, Taeyong lantas kembali bersuara.

“Biar aku yang rapiin,” katanya. “Taroh aja di atas tempat tidur.”

Jaehyun mengangguk paham sebelum menuruti ucapan atau lebih tepatnya permintaan dari suami kecilnya. Ia yang kini hanya menggunakan baju kaos dan celana pendek rumahan sebatas lutut pun memutuskan untuk melenggang ke kamar mandi.

Sementara itu, Taeyong justru masih terduduk di tempatnya. Melantai di samping sofa seraya menatap kosong ke arah pintu kamar mandi yang telah ditutup oleh suaminya.

Namun hanya selang beberapa detik setelahnya, kedua alis Taeyong refleks terangkat. Sebab Jaehyun tiba-tiba kembali membuka pintu kamar mandi lalu berkata.

“Handuknya pada kemana?”

“Oh iya, bentar.”

Taeyong hampir lupa jika kemarin Teh Yuri mencuci semua handuk. Alhasil, setelah wanita itu melipatnya lalu membawanya ke kamar, si lelaki manis justru memasukkannya ke dalam lemari. Menyusunnya dengan teliti seperti yang selalu ia lakukan saat merapikan pakaian setiap hari.

“Ini,” ucap Taeyong lalu menyodorkan handuk pada Jaehyun yang berdiri di ambang pintu.

Ketika Jaehyun kemudian meraihnya, lelaki berlesung pipi itu lantas mengangkat alis. Pasalnya, alih-alih melepaskan genggamannya, Taeyong justru masih mencengkeram erat handuk itu. Seolah tak membiarkan sang suami mengambilnya.

Hiraeth 3 : After | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang