13. Belanja

3.5K 677 286
                                    

TAEYONG MELENGUH saat ponselnya di atas nakas berdering. Ia seketika meninggalkan alam mimpinya lalu membuka mata dan meraih benda persegi canggih miliknya. Mematikan alarm rutin yang selalu ia atur agar terbangun di sepertiga malam untuk beribadah.

Kala menolehkan kepala ke sisi kanannya, Taeyong refleks terbelalak. Pasalnya ia yang berharap mendapati Eden juga sang suami masih terlelap di sampingnya justru menghilang entah ke mana.

Alhasil, dengan sigap Taeyong bangkit dari tempat tidur. Keluar dari kamar guna turun ke lantai dasar rumahnya untuk mencari keberadaan dua malaikatnya.

Sesampainya di anak tangga terakhir, mulut si lelaki manis lantas menganga. Meski hanya lampu hias dengan cahaya kuning yang menyala, namun ia bisa melihat dengan jelas dari kejauhan bagaimana sang suami tengah menonton televisi. Tepatnya siaran bola.

Dan dalam pangkuan Jaehyun ada Eden yang bersandar pada dada Ayahnya. Anak perempuannya itu mengenakan baju hangat dengan kupluk. Padahal seingat Taeyong Eden hanya memakai kaos saat tertidur di kamar beberapa jam yang lalu.

“Yang,” panggil Taeyong sesaat setelah ia menghampiri Jaehyun yang terduduk pada sofa.

“Shhh,” si lelaki berlesung pipi meletakkan telunjuk di atas bibirnya, “Eden lagi bobo.”

Menghela napas pelan, Taeyong kemudian duduk di samping sang suami. Menatap Jaehyun dengan tampang kesal sekaligus kebingungan sebelum kembali bersuara.

“Kamu ngapain sih bawa Eden keluar kamar jam segini? Kan di sini dingin banget. Kamu pengen bikin dia pilek?” protes si lelaki manis.

“Tadi Eden kebangun, Yang.” jawab Jaehyun, “Kayaknya dia haus. Jadi aku gendong ke dapur terus bikinin susu, pas mau balik lagi ke kamar eh Eden nunjuk-nunjuk sofa.” jelasnya.

Taeyong mendengus, “Terus kenapa kamu enggak bangunin aku?”

“Aku mana tega, Yang.”

Jaehyun mengusap pipi suami kecilnya. Mencoba berucap dan bersikap selembut mungkin agar raut kesal Taeyong segera hilang dan berganti menjadi senyuman.

“Tadi kamu tidurnya nyenyak banget, mungkin gara-gara kecapean.” kata Jaehyun lagi, “Kamu sampe ileran loh, Yangㅡaduh!”

Lelaki berlesung pipi itu berusaha meredam suara saat Taeyong menepuk keras bahunya. Beruntung Eden tidak terusik sama sekali dan masih memejamkan matanya dengan damai.

“Kamu sama Eden udah berapa lama di sini?” Taeyong menautkan alis.

“Baru dua puluh menit kok, Yang.” Jaehyun menipiskan bibirnya sejenak, “Tapi Eden baru bobo lagi enggak lama sebelum kamu datang barusan.”

“Baru dua puluh menit cenah,” ucap Taeyong dengan nada kesal. “Bawa Eden ke kamar sekarang.”

“Siap, Papanya Eden.”

Jaehyun tersenyum melihat Taeyong dengan sigap mematikan televisi. Ia pun beranjak dari sofa seraya menggendong Eden kala suami kecilnya itu memberi instruksi agar mereka segera melenggang ke kamar di lantai dua.

Sesampainya di tempat tujuan, Jaehyun lantas merebahkan Eden di atas ranjang.  Seperti semula. Saat malaikat kecilnya terlelap di tengah-tengahnya dan Taeyong.

Setelah tinggal beberapa hari bersama Eden, Jaehyun merasa bahwa rumahnya terasa lebih ramai. Tingkah putri cantik mereka yang semakin hari juga semakin bertambah membuat ia dan Taeyong harus menjaganya lebih ekstra.

Beruntung esok hari baby sitter dan asisten rumah tangga yang telah ditemukan oleh Bunda akan datang lalu tinggal bersama mereka. Alhasil akan bertambah lagi orang-orang yang menemani Eden bermain sekaligus menjaganya.

Hiraeth 3 : After | Jaeyong ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora