╱╱ 15. Bimbang 🌿

74 21 36
                                    

NOW PLAYING | Selepas Kau Pergi- La Luna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

NOW PLAYING | Selepas Kau Pergi
- La Luna

0:00 ●───────── 4:04
↺ << ll >> ⋮≡

@melkiiimel

· · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·

Karamel POV

Sepulang mengantar pesanan koran dari pelanggan, kini aku sedang berada di sekitar sungai, menikmati senja yang hendak memunculkan semburat jingganya dan angin yang berhembus hingga anak rambutku berterbangan bebas.

Hari ini aku cukup lelah, banyak pesanan pelanggan yang tadi harus ku antar. Oh ya, kini aku tak mengayuh sepedaku, sepeda milikku sedang aku tuntun di sampingku.

Cklek,

Ku parkirkan sepeda usangku di samping sungai, sepeda kesayanganku, hadiah dari kakekku saat umurku menginjak dua belas tahun. Aku sangat menyayangi sepeda ini seperti aku menyayangi kakekku.

Walaupun sepeda ini sedikit berkarat, masih layak untuk di pakai kemana-mana kok.

Aku mendekat ke pembatas sungai, terlihat jelas sungai yang memantulkan cahaya jingga dari sang surya, sangat indah.

Sungai ini sangat bersih, tak seperti sungai yang sering aku lihat di jalan, banyak sekali sampah yang mengapung. Sepertinya warga disini sangat melestarikan ekosistem, aku cukup salut.

Angin sore mulai menerpa wajahku hingga rambut kepangku berterbangan. Sembari tersenyum tipis, menatap surya yang menenggelamkan dirinya di ufuk barat.

Aku memejamkan mataku, namun entah kenapa bayangan soal percakapan Leon dan Loura sepulang sekolah membuat hatiku kembali tersayat.

Pasti saat ini mereka sedang bersenang-senang jalan berdua. Aku heran, kenapa aku menjadi sering memikirkan lelaki menyebalkan itu?

Aku menghela nafas kasar, Leon hanyalah pacar bohonganku dan aku hanya di jadikan mainan untuknya. Seharusnya aku tak boleh terbawa perasaan begini, sangat tak boleh.

Tapi nyatanya ini sudah terlanjur.

Sepertinya aku mulai nyaman dengannya.

Betul kata pepatah, perasaan nyaman timbul karena terbiasa bersama.

Ck, aku heran, bisa-bisanya lelaki menyebalkan seperti Leon memenuhi pikiranku begini.

Tapi sepertinya aku harus menghempasnya jauh-jauh dari pikiranku, ini tak boleh terjadi.

Buktinya, kini Leon mulai tak memperdulikanku, kami seperti dulu yang tak saling mengenal, aku hanya bagaikan angin lalu untuknya.

Ya, seharusnya dari dahulu seperti itu.

KAMELEONWhere stories live. Discover now