Spasi: Hygge

1.1K 125 47
                                    

Mereka pernah mengukir cerita

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Mereka pernah mengukir cerita.
Pun kisah mereka masih tetap ada.
Untuk waktu yang lama.

---

Setelah begitu banyak purnama lewat, setelah banyak mimpi dengan ratap yang diganti pagi dengan harap, Na Boram cukup lama dibuat menunggu untuk beberapa hal krusial yang menentukan hidupnya ke depan.

Banyak janji yang dibuat oleh dirinya sendiri pun oleh orang-orang yang ia sayangi; menjanjikan suatu hari di mana sang bahagia yang selama ini ditunggu dapat merangsek dan menginvasi hatinya. Kendati untuk Boram, konsepsi bahagia adalah konsepsi paling rumit dan paling rentan di antara banyak hal-hal lain yang ada di dunia ini.

Bahagia itu tidak pernah bisa ditebak; kedatangannya tidak pernah dapat diprediksi pun kepergiannya terkadang terbang menjauh tanpa pamit, maaf, maupun terima kasih.

Kau tidak pernah sadar kapan bahagia itu datang dan pergi dari hidup.

Kebahagiaan itu rapuh; tatkala beberapa orang memilih untuk dengan mudah menghadirkannya dalam berbagai macam bentuk, ada beberapa yang juga mesti mencari entah di pelosok misteri hidup tertentu.

Kebahagiaan tidak ada untuk dijadikan kepemilikan. Kebahagiaan itu bebas. Liberasi absolut.

Bagi Na Boram, ia sudah menyerah dengan hal itu. Memutuskan untuk hidup dengan jauh lebih layak setelah beberapa tahun lulus dari Gyeonglim tanpa pikir kapan bahagia dan kapan sedih--menurutnya sudah jadi pilihan hidup terbaik.

Betul. Hidup dengan lebih baik sembari menunggu.

"Menikahlah denganku," adalah pegangan janji utuh yang pernah mengudara bersama angin musim gugur Toronto tiga tahun silam. Kendati janji itu tidak sepenuhnya hilang, sebab sang penutur janji tidak pernah benar-benar pergi setelahnya dari sisi Boram.

Kim Namjoon tidak pernah mengabsenkan kehadirannya, baik fisik maupun sekadar telinga yang siap mendengar lewat sambungan telepon. Setelah bertemu sang pujaan hati di Kanada, dambaan Namjoon untuk memiliki Boram sepenuhnya mulai membuncah. Meluap begitu banyak hingga sulit dibendung, bersamaan dengan tautan bibir yang membasahi keringnya musim gugur tiga tahun silam.

Boram juga menihilkan pemikiran untuk mencari tempat berlabuh selain pria Kim itu. Tidak ingin pindah rumah, sebab Kim Namjoon selalu menjadi cukup baginya untuk rehat. Untuk kembali diingatkan hal terpenting dalam hidup; Boram tidak pernah sendiri. Pun menjadi tidak sendirian di dalam hidup adalah hal paling indah meski tengah berjalan di atas semak belukar maupun di padang rumput teduh.

Namun, tentu hal menunggu pernikahan itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Belum lagi fakta bahwa Boram masih harus menuntaskan kontraknya dengan media Kanada dan Namjoon dengan karir yang selalu harus jadi prioritas di tanah air. Jarak fisik yang begitu jauh tidak meluputkan argumen-argumen dengan penyelesaian yang berbeda.

Panacea ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant