37. Love, Life

962 121 46
                                    








"Sorry gue baru kasih tau lo sekarang, Bim," ucap Dema dalam perjalanan mereka menyusul Yvonne ke Bandung, setelah pemuda itu dengan terburu-buru memaksanya meninggalkan kelas sore itu.

Alasannya?

"Gue nggak enak Yvonne bakal ngomong yang enggak-enggak ke Dinda, jadi kita mesti susul dia sekarang!"

Banyu bingung melihat panik dalam suara Dema, alasan kenapa dia tidak banyak bertanya saat mengikuti pemuda itu naik ke mobilnya. Dema memintanya untuk naik mobilnya, membuat Banyu akhirnya berkata pada Pak Dedi untuk mengikutinya saja.

     Banyu duduk diam di sebelahnya, menimbang-nimbang bagaimana memulai pertanyaan untuk ketidakjelasan mendadak itu, sebab Dema pun tampak serius berkonsentrasi dengan kemudinya. Ada rasa segan untuk bertanya sekarang, tapi terdiam sesaat, Dema lalu mengakhiri bisu itu dengan kalimat maaf.

     "Jadi ... apa yang sebenernya lo tau?" tanya Banyu.

     Dema mengerling sekilas padanya dan menjawab, "Yvonne suka sama lo, Bim."

     Dia tidak tahu bagaimana menanggapi pernyataan Dema. Dia terkejut, tentu saja, meski dia pernah mengira sebelumnya saat Yvonne tiba-tiba mencium pipinya waktu itu. Pun Banyu menyayangkan itu, karena dia tidak merasakan apa pun terhadap Yvonne selain sebagai seorang teman. 

     "Mungkin lo nggak ngerasa sama sekali. Yvonne suka sama lo dari kita SMP," lanjut Dema dengan pandangan tetap fokus ke depan. Sedetik kemudian dia menyeringai samar. "Tapi gue tau lo nggak lihat dia dengan cara yang sama, Bim. Dulu, ataupun sekarang. Tapi Yvonne ternyata masih lihat lo kayak gimana dulu dia selalu lihat lo ... dan ketemu Dinda, yang kita jelas tau lo sama dia nggak cuma temen biasa, ternyata nggak bikin Yvonne nyerah."

     Sekilas ingatan saat dia mengajak Adinda pergi menonton film dengan Dema dan Yvonne seperti menyentaknya pada sadar: seandainya mereka tidak pernah bertemu, mungkin segalanya akan berbeda.

     "Dari situ gue udah khawatir, Bim. Dari gimana Yvonne pura-pura nggak sadar sama kedekatan lo dan Dinda. She's quiet manipulative. Her bad side, yang cuma gue yang tau itu."

     "Dem ..."

     "Gue sayang sama dia, Bim. Iya ... gue sayang sama Yvonne, makanya gue udah ngerti buruknya dia gimana." Sekali lagi Dema mengulas seringai. "Gue udah curiga dia jadi deketin lo, ngajakin lo keluar, sementara lo selalu bilang Dinda lagi nggak pulang ke Jakarta tiap kita ngajakin kalian hang out ... like, it's been so long dari pertama lo ngajak Dinda ketemu kita."

     Banyu menggigit bibirnya cemas sementara mendengar Dema berbicara, menyelaraskan penjelasan itu dengan apa yang telah terlewat. Dalam benaknya terus-menerus berkata 'seandainya mereka tidak pernah bertemu ...' meski sudah tidak ada gunanya menyesalkan apa pun sekarang.

     "Gue sempet nggak sengaja lihat Yvonne kirim direct message ke Dinda lewat Instagram, yang kemudian gue tau kalo ternyata mereka udah saling follow. Yvonne bukan orang yang se-welcome itu sama orang baru apalagi sampai following akun media sosial mereka secepet itu. Iya bisa dimaklumi sih sebenernya karena Dinda temen lo, but still, it's kinda weird for me. And it's getting weirder pas kemaren gue nggak sengaja ketemu Dinda itu. Ada yang ganjil menurut gue ... dan ternyata emang iya 'kan?!" tutur Dema.

Malam Biru Where stories live. Discover now