8. Feelings

1K 121 45
                                    








"Ooops, Bim, sorry salah ngambil minum. Ini gelas lo kan?"

Yvonne menunjuk gelas minuman yang baru dia teguk.

"Oh, ya udah nggak papa. Lagian masih utuh kok gelas gue tadi," jawab Banyu.

"Gue pesenin lagi aja ya?"

"Nggak usah, nggak usah. Gue bisa share sama Dinda kok, hehe."

Dengan santai Banyu meraih gelas milik Adinda dan meminum dari sedotan bekasnya, praktis membuat Yvonne dan Dema memandang dengan alis terangkat.

Mereka berempat tengah menikmati makan malam seusai menonton film, di salah satu restoran sushi yang berada di plaza yang sama.

Sebenarnya Adinda tidak terlalu lapar, begitu juga dengan Banyu, tapi rasanya tidak enak untuk menolak ajakan Yvonne sehingga Adinda pun tidak keberatan untuk mengikuti usulan itu.

Awalnya Yvonne mengusulkan restoran ramen, tapi Banyu menolak idenya karena, "Jangan mie atau spaghetti, Von. Dinda nggak suka makan makanan itu."

"Kalo sushi aja gimana?" celetuk Dema, menoleh pada Adinda yang saat itu sedang berjalan di sisinya.

"Boleh," jawab Adinda, jadi sedikit canggung karena mereka mengalah demi mengikuti apa yang dia sukai.

"Ya udah, yuk. Kita makan sushi aja."

Mereka memesan beberapa set sushi beserta pendampingnya sambil mengobrol santai dan bergurau. Atau dalam situasi sebenarnya, Adinda lebih banyak diam dan mendengar obrolan Banyu, Yvonne, dan Dema.

Adinda sendiri bukan tipe introvert. Menjadi lebih sedikit berbicara bukan karena apa-apa tapi rasa canggung yang spontan muncul mengikuti naluri yang membuatnya bisa merasa dekat atau tidak dengan lawan bicara.

"Oh ... calon arsitek," komentar Dema, setelah dia sempat bertanya di mana Adinda kuliah dan Banyu menjawab lebih dulu. "Kalo gue bilang 'boleh nih diajak buat ngebangun masa depan' rasanya gombalan gue overheard nggak sih?"

"Basi!" sahut Banyu dan Yvonne bersamaan dan Adinda hanya tertawa pelan.

"Gimana ya, gue lemah lihat cewek imut. Bawaannya pengen gombalin tapi bakat ngegombal gue payah."

"Ya udah, diem aja makanya," sahut Yvonne.

Adinda menjepit sushi dan membawanya ke mulut ketika Banyu dengan sigap menangkap tangannya dan mengarahkan ke mulutnya sendiri, melahap sushi itu tanpa dosa.

"Tsk, Bim!"

"Hm-hm," Banyu hanya tersenyum dengan pipi membulat karena sushi dalam mulut.

"Haha ... rese banget nih, Banyu. Betah ya Dinda ngadepin tingkah Banyu kayak gini," ujar Yvonne.

"Baru juga gini, Von. Biasanya malah gue yang jadi budaknya, jangan salah," sahut Banyu.

"Bucin maksud lo, Bim?" tanya Dema, dan Banyu hanya mengatupkan bibir sambil mengerling pada Adinda.

"Tau. Iya kali," dia menjawab dengan seringai tipis, membuat Adinda sempat memandang tak mengerti.

  Ini manusia mending jangan ngomong yang aneh-aneh deh, batin Adinda, sembari meraih gelas minuman dan meneguk pelan.

  "Eh, Dinda, jangan dihabisin!"

  "Bim—" Baru tiga teguk dan Banyu merebut gelasnya begitu saja, mengosongkan hingga tandas menimbulkan bunyi berderak dalam gelas.

Malam Biru Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt