14. Spasi

908 115 72
                                    





     "Dan gimana kalo justru lo yang bakal suka sama cewek lain?!"

   Yvonne menatap dengan cara yang lebih serius sebelum kemudian mengulas senyum samar. "Forget it."

     Tapi Banyu ingin mendengar lebih banyak. Karena itu dia bertanya, "... gimana, Von?"

     Gadis itu tampak menghela napas, tidak sedikitpun memudarkan senyum. "Bim, kalo lo nyebut Dinda temen, lo juga nggak boleh ngarepin apa-apa ke dia lebih dari temen. Begitupun sebaliknya. Dinda nggak bisa ngarepin apa-apa dari lo, dan nggak perlu janjiin apa-apa ke lo lebih dari seharusnya seorang temen. Iya kan? But ... it's all up to you. Gue nggak ada maksud apa-apa sih."

     Sejenak Banyu berpikir, lalu perlahan mengangguk. "Gue tau apa yang gue lakuin, Von."

     Selama sisa perjalanan, mereka akhirnya membahas topik lain. Tapi kata-kata Yvonne masih berputar jelas di benak hingga mereka berpisah dan Banyu kembali pulang.

     Dia bersandar di kursi, memandang gemerlap lampu jalanan ibukota hingga beberapa saat kemudian dia tersentak oleh getar di ponselnya.

     "Dinda?"

     "Bim, lagi apa?"

     Pertanyaan sederhana itu membawa bibirnya melengkungkan senyum. "Ini lagi di jalan, baru nganterin Yvonne pulang."

     "Oh, baru keluar sama Yvonne?"

     "Iya, diajakin Dema kemaren."

     "Gue tadi juga keluar sama Jamie, dateng ke festival, nonton Brian tampil sama temen-temennya."

     "Oh ya? Seru pasti."

     "Hehe ... ya gitu deh, Bim," jawab Adinda. "Tadi diajakin Dema kemana?"

     "Mm, ke acara opening kafe punya sepupu dia."

     "Wah ... bagus, Bim, tempatnya?"

     "Bagus kok. Kalo lo di Jakarta gue ajakin deh ke sana."

     "Boleh, boleh."

     "Iya, trus tadi karena Yvonne nggak dijemput dan Dema nggak bisa nganter, jadi gue yang nganterin dia pulang," jelasnya, entah penting atau tidak penjelasan itu untuk Adinda, tapi Banyu hanya merasa perlu memberitahu.

     "Iya, Bim."

     "Dinda ..."

     "Iya?"

     " ... malem ini ... jangan ditutup ya teleponnya," ujar Banyu, menggigit bibir sekilas dan meneruskan, "Jangan ditutup sampai lo tidur. Nggak papa 'kan?"

     Ada jeda singkat terasa sebelum terdengar Adinda menjawab, "Sure. Let's talk about anything."



***


              
     "Rencananya Dinda nggak pulang loh, Ma, minggu ini."

     Adinda menjawab mamanya sambil mengangkat gelas yang telah terisi air, meneguk cepat.

    "Lagi? Bulan lalu kamu diminta buat jadi bridesmaid di nikahannya Kak Hani, Sayang nggak lupa kan?"

     Adinda tercekat, menepuk keningnya. "Lho, bukannya masih bulan depan, Ma?"

Malam Biru Where stories live. Discover now