27. Parallel

1.1K 115 95
                                    








     "Eh, itu cewenya Brian 'kan?"

    "Iyaaa .... Asli, gue udah curiga Brian suka snapgram-ing cewek trus mention nggak sekali dua kali!"

    "Suka berangkat pulang boncengan sama Brian 'kan, taunya emang ceweknya."

    "Iya Brian mana pernah sih getol banget deket-deket sama cewek?!"

    "Dulu sih pernah. Tapi duluuuuu banget, awal-awal jadi maba. Abis itu nggak keliatan tuh gandeng sama cewek sampe sekarang."

      "Ya ini ceweknya cakep, pantes doi bucin!"

    "Ssh! Jangan keras-keras, ngelihatin kita tuh ntar anaknya."

    Kasak-kusuk seperti itu terdengar beberapa kali sejak Adinda turun dari mobil yang mengantarnya ke kampus. Adinda berusaha keras untuk mengabaikan meski percakapan-percakapan lirih yang mengiringi langkahnya menuju fakultas pagi itu terasa menggelitik pendengaran.

    Seharusnya tidak mengejutkan jika gosip itu menjadi topik di antara para mahasiswa mengingat pamor Brian sendiri yang cukup dikenal. Hanya saja itu hari Senin dan masih sangat pagi untuk mereka membicarakan tentang dirinya dan Brian. Darimana mereka bahkan menyimpulkan bahwa dirinya dan Brian berpacaran? Karena Brian tidak menyebutkan secara gamblang di postingan media sosialnya tentang siapa dirinya.

    "Lo tau darimana mereka pacaran? Perasaan kemaren gue ngintip story Brian nggak ada nyebut soal pacar, deh?"

    Adinda menajamkan telinga sambil memperlambat langkah, berpura-pura berkutat dengan ponselnya.

    "Ada yang iseng DM Brian tau! Trus sama Brian dijawab iya, itu pacarnya, haduuuu ... mereka yang pacaran, gue yang deg-degan, njir!"

    "Siapa sih ceweknya? Namanya, namanya,"

    "Siapa ya kemaren, gue lupa. Dinda? Adinda? Pokoknya itu deh, gue cuma tau username IG-nya."

    "Ada yang coba lihat profil ceweknya Brian nggak?"

    "Napa emang?"

    "Duh, doi punya abang ganteng banget, sumpah!"

    "Yeuuu ... dasar!"

     Adinda kembali mempercepat langkah sambil menyandang tasnya yang berat. Jarinya mengetuk layar membuka pesan dari Jamie. Mendekatkan ponsel, Adinda mengirim balasan suara pada sahabatnya itu,

     "Gue ada kelas ini, ntar siang aja kita ketemu di kantin, atau terserah lo di mana, oke? Jam dua."

     Dan baru saja Adinda melangkah menuju kelas pertamanya, dia berhenti karena pandangannya terantuk pada sosok Brian yang berdiri beberapa meter darinya.

     "Lho? Kok di sini?"

     Pemuda itu menyunggingkan senyum sambil menunjukkan tumbler di tangannya. "Kemaren lupa kebawa."

     "Ah, haha ... iya, kelupaan," jawab Adinda, menerima kembali tumbler miliknya yang tertinggal di motor Brian setelah mereka menghabiskan waktu bersama menemani pemuda itu berlatih di studio dengan teman-temannya kemarin.

     "Udah sarapan?"

     "Ud—"

     "Nih," Brian menyodorkan lunch box berwarna transparan padanya.

     "Uh?" Adinda menerima kotak itu dengan kening terkernyit.

     "Kakak pulang semalem. Jadi pagi-pagi pasti masak sarapan buat kita. Ini buat kamu," kata Brian. "Kalo udah sarapan, ya ini buat makan siang aja."

Malam Biru Where stories live. Discover now