39. Scar Is Timeless

330 44 5
                                    










A hectic day. Unstable just like me.
I try to use them up but even then,
one is left untouched
Not sure if it's my time or my feelings?














     "Mas Bima ...." Anjani, dengan suara kecilnya, membuka pintu kamar Banyu pagi itu dan memanggilnya hati-hati.

Banyu, yang terbangun dari subuh, atau sebenarnya dia hanya tidur dua jam saja semalam, memutar kursi belajarnya menghadap pada Jani.

"Udah rapi nih?" tanya Banyu, tersenyum melihat Anjani melangkah masuk dengan memakai seragam sekolahnya. Rambutnya belum tersisir rapi, namun tidak begitu terlihat berantakan. "Mau ngajak Mas Bima sarapan, hm?"

Berhenti di hadapannya, Jani menatap Banyu dengan serius.

"Mas Bima tau nggak?"

"Apa?"

"Jani mau ulang tahun lho," kata Jani.

Tentu saja Banyu ingat. "Masa sih? Bukannya masih lama ya?"

"Enggak ... kata Mama hari Minggu Jani mau ulang tahun."

"Iya ya? Trus, ke sini mau minta hadiah dari Mas nih?"

Jani menatap tanpa antusias, membuat Banyu mengerutkan keningnya samar.

"Mas Bima ... Kak Dinda kapan pulang ya?"

Banyu mencelos.

"Emang Kak Dinda lama nggak telfon Jani?"

Adik kecilnya itu menggeleng. "Kata Mama 'kan Kak Dinda sibuk sekolah, tapi kok lama nggak pulang ya? Nggak kayak dulu."

Mengulas senyumnya simpul, Banyu mengusap rambut Jani dan mencolek ujung hidungnya. "Berarti Kak Dinda sibuk dan belum bisa pulang."

"Oh ...." Jani menyahut dengan wajah yang masih menyiratkan tanya.

"Rambutnya mau Mas sisirin nggak?" tanya Banyu kemudian.

"Enggak, biar disisirin Mama aja."

"Kenapa? Mas bisa kok."

Jani menggeleng.

"Jani!" Mamanya terdengar memanggil setelah itu.

"Iya, Ma! Jani di kamar Mas Bima!" Jani menjawab seraya berbalik dan keluar.

"Emang Mas udah bangun?"

"Udah kok."

"Ajak sarapan dong," kata sang mama, mengikuti sosoknya yang kemudian muncul di pintu kamar dengan seulas senyum menghiasi wajah. "Udah bangun, Mas? Sarapan, gih!"

"Iya, Ma. Banyu cuci muka dulu."

Beranjak dari duduknya, Banyu melangkah pelan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya lagi. Dia juga menyikat giginya demi mengusir suara-suara percakapannya dengan Jani yang kembali berputar dalam kepala, dan juga suara percakapan-percakapan lain yang mendadak bermunculan saling bersahutan.

Malam Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang