"Kebetulan ada. Baru di bawa masuk."

"Trimakasih."

Gue duduk di ruang tunggu sambil nangis. Asli, gue takut.

"Na," kak Mingyu jongkok di depan gue. "Doyoung ga bakalan kenapa-napa. Dia orangnya kuat."

"Kita ga tau takdir."

"Kita pulang dulu, yuk. Kamu basah kuyup gini. Nanti sakit."

"Gue mau tunggu kak Doyoung."

"Kalau kamu sakit nanti ga bisa jaga Doyoung."

Gue ga jawab. Pikiran gue ke kak Doyoung seorang.

"Aku telponin Yuta dulu kalau gitu."

Tetap gue ga jawab. Terserah dia mau ngapain. Yang pasti gue mau nunggu kak Doyoung.

"Aku udah telpon Yuta. Dia bakalan nyampein ke keluarga Doyoung."



"Yana."

Gue liat kak Atuy, Jisung, bunda, dan Renjun datang. Mereka tergesa-gesa jalannya.

"Gimana keadaan Doyoung?"

Gue geleng-geleng. Ga tau harus jawab apa. Bunda menghela napasnya.

"Bawa pulang Yana dulu. Dia kehujanan. Takutnya sakit. Gue pulang dulu. Kalau perlu apa-apa, hubungin aja," kata kak Mingyu ke kak Atuy.

Perlahan kak Mingyu deketin gue. "Aku pulang dulu. Kamu juga pulang, mandi. Kalau kamu sakit, Doyoung pasti marah. Tolong dengerin kali ini. Aku pergi."

Dia berdiri. Tapi gue tahan tangannya. "Makasih. Maaf ngerepotin."

Dia senyum. "Iya, gapapa. Jaga kesehatan ya," perlahan dia pergi meninggalkan banyak kerinduan di diri gue. Iya, gue rindu dia. Cuma rindu, bukan berarti gue masih cinta sama dia. Hubungan singkat kita termasuk gampang untuk di ingat. Walaupun posesif, dia tetap ngejaga gue gimana pun itu.

Astaghfirullah.

Udah, Yana. Ini bukan saatnya untuk ingat itu semua. Sekarang yang harus di pikirin kak Doyoung. Pacar lo sekarang.

"Ayo pulang dulu, Na," omongan kak Atuy membuyarkan lamunan gue.

"Tapi—"

"Ada kita bertiga di sini. Kamu pulang dulu, mandi," kata bunda.

Hhhh

Gue pun ngeiyain perkataan bunda.

Kak, gue harap pas balik ke sini lagi, lo udah siuman atau gak kondisi lo membaik. Tapi kalau kabar buruk yang gue denger, kita putus.

💫💫💫

Gue udah siap. Kita-gue sama kak Atuy-balik ke rumah sakit lagi. Tapi sekarang lagi macet.

"Bentar," kak Atuy nyentuh dahi gue. "Hhh, bener kan demam. Kita ke apotik dulu."

"Ga usah. Ntar juga sembuh. Gue gapapa. Ayo ke rumah sakit."

"Lagian masih macet gini. Mumpung bisa mutar balik ke apotik, Na."

"Gue—"

"Atau ga gue anter ke sana," tatapan kak Atuy mulai ngeri menurut gue. Udahlah, ga bisa dibantah kalau gitu.

"Cepetan tapi."

"Sakit aja masih bisa bawel," kata kak Atuy sambil mutar balik mobilnya.

Udah sampe di depan apotik, kak Atuy turun. Gue nunggu di mobil sambil liat ke luar jendela.

Gimana keadaan kak Doyoung sekarang? Dia bakalan baik-baik aja kan? Dia cuma pingsan kan? Please, jawabannya harus iya.

"Nih," kak Atuy masuk dan nyodorin botol mineral sama obatnya.

Selesai gue minum obat, kak Atuy tiba-tiba nempelin sesuatu di jidat gue. Gue auto liat cermin.

"Ini bye bye fever?"

"Iya."

"Anjrit! Ngapain kasih beginian? Buat bocah ini mah," protes gue.

"Lo kalau sakit kek bocah. Udah, pake aja. Ga usah protes. Siapa tau ampuh."

Hhhhh

Iyain ajalah ah. Capek lama-lama. Sabarkan hamba menghadapi si Atuy Suratuy ini....:')

Makasih yang masih setia baca Love & Hate ini😇

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Makasih yang masih setia baca Love & Hate ini😇

Stay healthy 🥰

Jangan lupa voment✌🏻

Love and Hate ; KIM DOYOUNG✅Where stories live. Discover now