8. Birthday

65 46 10
                                    

Semua memang sulit tuk ku jelaskan
Bagaimana mungkin aku mampu
Hadirkan berjuta kebahagiaan
Dengan segala keterbatasanku
Seberapa besar kasihku padamu
Seberapa tulus ku menyayangimu
Kau takkan pernah percaya itu
Kau selalu menganggap aku “bosan”
Padahal TIDAK !
Pernahkah ku tinggalkanmu dalam tangismu ?
Pernahkah ku lelah mendengar keluh kesahmu ?
Karna kau terlalu berharga untukku

Masih ingatkah janjiku semalam ?
“jika ku tak mampu buatmu tersenyum
Maka aku akan menangis bersamamu”
Mungkin kau telah lupakan itu

Aku sangat sadar dan tau diri
Aku tak seperti lampion-lampion di sekelilingmu
Yang menyinarimu dengan segala kelebihannya
Aku hanya sebatang lilin kecil
Yang mencoba menyinarimu
Meski harus terbakar
Dan akhirnya akan padam
Bukan karna aku bosan
Tapi karna kau meniupku
Atau tuhan telah memanggilku
Dan saat itulah aku berharap
Deret kata-kata ini akan mengingatkanmu padaku
Bahwa pada suatu masa
Ada seorang adik yang begitu menyayangimu
~vhieynaora~

♡♡♡

Puisi itu menutup pesan berantai yang sengaja aku kirimkan pada Arka. Jika keputusannya adalah mengakhiri hubungan ini, oke aku akan menerimanya. Aku tidak akan menghubunginya lagi. Juga, aku akan mengikis rasa ini perlahan. Sembari ku pandangi dua buah boneka pompom berbentuk beruang, yang susah payah aku buat dari sebulan lalu dan tepat sore ini aku berhasil menyelesaikannya. Salah satu boneka itu berukuran lebih besar dari yang lain. Ia berwarna hitam-ungu, memegang love bertuliskan Tembem dan beruang kecil berwarna coklat-krem, memegang love bertuliskan Buncit, tertata rapi dalam sebuah box dengan sisi depan transparan. Happy 19th Birthday, begitu susunan alpabet terpajang di background box.

Aku memalingkan pandangan pada jemariku. Beberapa luka karna silet dan jarum masih berbekas disana. Aku memandangnya dengan tatapan nanar. Huuft, mungkin aku ditakdirkan untuk menyimpannya sendiri. Menyimpan boneka ini, menyimpan kenangan kita selama ini, dan juga cinta yang mungkin hanya aku yang memiliki.


Ddddddrrrrrtttt

Maaf, kakak udah egois

Begitu isi pesan Arka yang baru saja aku terima.

Antara kesal dan senang, kedua rasa itu begelut di hati.

Membalasnya dengan iya kak nggakpapa, rasanya terlalu gampangan banget. Enak saja, setelah cuekin aku berhari-hari, sekarang Cuma bilang maaf. Meskipun sebenarnya ini yang aku harapkan-Arka membalas pesanku-, tapi kesal dihati membuatku urung untuk membalas.

Tiba-tiba aku terilhami suatu rencana. Besok adalah Ulang tahun Arka. Momen yang tepat untuk ngeprank doi.
Oke, cuekin aja deh pesannya.

Ddddddddrrrrrttt

Maafin kakak :(

Isi pesen kedua Arka.

Karena tidak segera mendapat balasan, Arka berusaha menelponku. Lagi-lagi aku mengabaikannya. Tidak putus asa, berulangkalipun Arka terus menelponku bagai renternir pinjaman online yang menagih nasabahnya yang sudah jatuh tempo. Mengesalkan.
Aku menonaktifkan ponselku.

Aku gelagapan terbangun dari tidurku. Bergegas mencari ponsel dan mengaktifkannya kembali. Pukul berapa sekarang ? Ku mohon saat ini jangan lewat tengah malam. Sungguh aku berharap cemas. Jangan-jangan sudah terlewat. Jangan.

23.45

Huft. Melegakan masih tersisa 15 menit lagi menuju hari baru.

Ddddddrrrŕttttt

Panggilan masuk dari Arka.
Apa sejak tadi dia berusaha menghubungiku?

"Halo, adik
Maaafin kakak!" Arka terisak disana.

Astaga ini kali kedua aku mendengarnya menangis.

"Kakak sungguh minta maaaf.
Jangan tinggalin kakak, kakak mohon." Lanjutnya.

Arka lagi-lagi kau membuatku melayang, sepenting itukah aku bagimu. Aku berusaha mengendalikan diriku. Rencana ini nggak boleh gagal.

“Buat apa kak, Rara Cuma ada di dunia maya kakak. Rara nggak bisa setiap saat ada untuk kakak seperti temen-temen kakak yang lain. Kakak akan baik-baik aja kok tanpa Rara.” Jawabku-Aktingku.

Jujur akupun belum siap jika Arka mengiyakan kalimatku.

"Tapi kakak lebih bahagia dengan adek. Pliiis maafin kakak"

Aku terus menimpali seolah-olah sudah enggan dengannya. Hanya untuk mengulur-ngulur waktu. Ayolah, berlalu dengan cepat.

“Happy birthday kak Buncit. Cie tambah tua” Seruku dalam bisikan.

"Huuuaaaa..." Tangis Arka semakin menjadi.

“Udah dong kak, tadi itu Rara Cuma bercanda, Rara cuma ngerjain kakak aja. Selamat ulang tahun yaa.”

"Apapun itu, jangan tinggalin kakak. Kakak bahagia bersama adek." Jawab Arka dan doi masih menangis. Gemas sekali rasanya. Sungguh aku ingin memeluknya saat ini.

“iya kak, udah malem, Rara mau tidur ya. Selamat malam kak dan sekali lagi selamat ulang tahun kak Buncit."

"Makasih ya buat ucapannya, selamat malam dan mimpi indah."

Panggilan telpon terputus. Lega rasanya apa yang aku rencanain berjalan mulus. Hmmm Arka terlalu manis saat ia menangis. Apa itu tandanya dia berhati lembut ?. Ini kedua kalinya aku mendengarnya menangis. Dia sungguh beda dari semua teman lelakiku, terutama si nyebelin Kak Bintang. Andai dia tau, semakin hari, semakin jauh aku berharap. Apa dia tau ?. Tidak. Dia selalu menganggapku Adik. Apa selamanya aku hanya adik baginya ??


EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang