13 | Kecelakaan

Mulai dari awal
                                    

"Saya dok" ucap ayah dan ibu Alea secara bersamaan. "Mari ikut saya" lanjut sang dokter seraya melangkah menuju ruangannya.

"Orang tua Revan?" Tanya dokter satunya lagi yang bername tag "DR. Argo"

"Saya dok." Ujar mamah Revan.

Diruangan yang berbeda mereka berdua saling membicarakan tentang keadaan Revan Dan Alea.

"Alea mengalami luka berat dibagian perutnya bu, untung saja ia cepat dibawa kerumah sakit, jika tidak mungkin nyawa Alea tidak akan terselamatkan, tapi dengan kecepatan para warga yang membawanya, dan penanganan yang cukup, Alea maish baik baik saja hanya saja butuh istirahat yang cukup, namun Alea masih dalam keadaan koma" Ujar Dokter panjang lebar. Kedua orang tua Alea hanya mengangguk tanda mengerti

"Revan mengalami luka berat dibagian kepala, itu bisa menyebabkan amnesia pada dirinya, namun.. masih dapat disembuhkan dengan cara diingatkan pada kejadian kejadian yang membuatnya senang atau membuatnya bahagia, tapi saat ini Revan masih koma, bu" ujar sang dokter, suara tangisan dari mamah Revan semakin menjadi jadi ia sangat takut terjadi apa apa pada anaknya.

Devan mengelus pelan punggung mamahnya itu, ia pun masih syok melihat keadaan kakanya.

•••

Mendengar Alea dan Revan dirawat, Siska, Bianca,Rio dan Bagas pun bergegas menuju rumah sakit pelita tempat Revan dan Alea dirawat. Mereka pergi menggunakan mobil milik Rio dan Bagas, Rio bersama Siska dan Bianca bersama Bagas.

"Bi." Ujar Bagas saat mereka berdua menuju ke rumah sakit pelita.

"Hm?" Balas Bianca seraya memainkan ponselnya dan sesekali menatap ke arah Bagas.

"Gu..gue suka sama lo" lanjutnya memberanikan diri.

Sejujurnya Bagas telah menyukai Bianca sejak dulu, namun karena kebencian Revan kepada Alea, Bagas menjadi Ragu ragu untuk menyatakan cintanya kepada Bianca.

Bianca masih menganga ditempat, matanya masih menatap Bagas dalam dalam. Namun Bagas masih terus fokus dengan jalanan walau dalam hatinya tak karuan.

"Lo..se--" belum sempat Bianca melanjutkan kata katanya namun Bagas dengan cepat sudah menjawabnya, karena ia sudah menduga Bianca akan berbicara apa.

"Ya gue serius, banget malah" ucap Bagas.

Bianca menarik nafasnya dalam dalam dan mengembuskannya dengan pelan. "Ya gue..ma..mau" balasnya tersipu malu.

Bagas tersenyum dan menatap ke arah Bianca. "Makasih."ujarnya.

10menit berlalu akhirnya mereka berempat tiba dirumah sakit pelita. Dengan langkah gontai Bianca langsung masuk matanya mengelilingi sekitar mencari lift ia sudah diberi tahu oleh orang tua Revan, nomor ruangan Alea dan Revan.

Bianca sangat cemas dengan keadaan sahabatnya itu, sebenarnya sedari tadi saat ia mendengar kabar bahwa Alea kecelakaan, air matanya terus saja mengalir, namun dibalik kesedihannya ia juga bahagia karena Bagas menembaknya sebagai kekasih.

Setelah Bianca masuk kedalam lift dan diikuti oleh Bagas,Siska dan Rio. Ia pun memencet lantai nomer 29 tempat dimana ruangan Alea dan Revan berada.

"Bi, udah dong, Alea baik baik aja pasti." Ujar Bagas seraya merangkul pundak kekasihnya itu.

Rio dan Siska bingung dibuatnya, mereka sangat terlihat romantis. "Kalian?-" ujar Siska terpotong diakhir kalimat. "Iya gue tadi nembak Bianca." Balas Bagas dengan santai.

Lagi lagi Rio dan Siska menganga sampai tak bisa berkata apa apa. "Really?".

Ting
Pintu lift terbuka dengan kecepatan kilat mereka semua berlari ke arah lorong yang menunjukan kamar 561 vvip. Alea dan Revan dirawat satu ruangan. Dikarenakan orang tua Alea dan Revan lah yang memintanya.

Tok tok tok
Suara ketukan pintu yang berasal dari luar membuat ayah Revan beralih menatap pintu itu, ia bisa melihat wajah Bianca yang amat cemas dari kaca kecil yang berada ditengah pintu, tanpa basa basi apapun dengan langkah lebar ia membukakan pintu itu.

Mereka semua langsung menyalimi tangan punggung ayah Revan, lalu beralih ke ibu Revan, dan orangtua Alea. "Tante keadaan Alea sama Revan gimana?" Tanya Siska seraya menatap mereka berdua bergantian.

"Revan amnesia ringan, sayang" ujar mamah Revan sambil terus menahan isak tangisnya. "Alea masih koma" jawab mamah Alea dengan tangan yang masih mengepal kuat menahan air matanya yang hendak jatuh tanpa cegahan.

Mereka semua menarik nafasnya dalam dalam,kedua sahabatnya akhirnya mereka semua pulang kerumahnya masing masing, dan diruangan 561 sangatlah sunyi, hanya ada suara isak tangisan yang menghiasi.

Detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam. Sudah tepat 1 Bulan Alea dan Revan tidak menyadarkan diri, mereka masih dalam keadaan koma. Dan hingga saat ini kedua orangtuanya masih saja larut dalam kesedihannya.

• • •

QUOTE

"Semesta kadang suka bercanda.
Aku yang berjuang dengan gigih.
Namun dia menjadi yang terpilih"


Tbc-

Badboy Vs Fuckgirl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang