╱╱ O7. Pesta Melanie 🌿

Start from the beginning
                                    

Leon memandang Melanie enggan, segera ia hempaskan gadis itu. Enak saja gelayutan di lengan, di kira pohon dan dia monyetnya apa?

"Apaan sih!" Ketus Leon tak suka, apalagi di tonton oleh teman-teman kelasnya. Sangat tak pantas.

"Ihh Leon mah gituu! Jangan jutek-jutek dong aku mau ulang tahun nih ... oh iya Leon, aku kasih kamu undangan spesial, beda dari yang lain!" Melanie memberikan undangan pesta ulang tahunnya, namun kini berbeda dengan yang lain, ini berwarna emas!

Namun tiba-tiba bel masuk berbunyi, sebelum bubar dan masuk ke kelas masing-masing. Melanie menahan Leon, ia pun berpesan membuat lelaki itu bergidik ngeri seketika.

"Dateng ya Leon, kadonya jangan lupa! Muachh!" Melanie melemparkan flying kiss padanya dan langsung masuk ke dalam kelas.

🌿🌿🌿

Karamel berjalan di sepanjang koridor, kelas sudah selesai lima menit yang lalu. Ia berjalan gontai sembari menatap sendu undangan ulang tahun Melanie besok. Ia sangat ingin datang ke pesta itu. Tapi nasib berkata lain, ia tak punya gaun bagus seperti teman-temannya yang lain. Gaun branded, warna-warni, mahal ... Karamel menghembuskan nafas panjang.

Mana mampu dia membeli semua itu, sepatunya saja sudah tak diganti sejak kelas sepuluh. Boro-boro beli gaun pesta! Uang hasil part time juga mana cukup, tak mungkin juga ia meminta uang pada kakeknya hanya untuk membeli gaun pesta.

"Gimana ini? Apa gak usah dateng aja ya? Tapi nggak enak sama Melanie ... tapi kalau dateng? Aishh, masa iya aku pakai baju buluk? Baru injek kaki disana pasti udah di tendang sama sekuriti ... terus di kira orang gembel nyasar."

Gini banget ya jadi orang miskin.

Ga usah datang deh, Melanie juga ga peduli.

Karamel terlonjak kaget mendapat tepukan pundak dari seseorang, ia pun mendengus saat mengetahui orang itu Leon, si lelaki paling menyebalkan.

"Apaan sih suka banget ngagetin!"

Leon tampak acuh, kemudian ia melirik benda yang digenggam Karamel.

"Kenapa di lihatin terus undangannya?"

"Bukan urusan kamu!"

"Lo dateng ke pesta dia?"

Karamel menghendikkan bahu, tanda tak tahu.

"Oke, nanti gue jemput."

Seketika mata Karamel membulat, "apaan sih! Aku kan belum tahu, bukan berarti aku dateng ke pesta itu!"

"Gue ga mau tau. Kalau gue udah sampai di rumah lo, kudu harus udah beres. Bye!" Leon pun melangkah cepat meninggalkan Karamel yang terpelongo.

Dasar gendeng!

Karamel mendesis pelan, ia mengelus dadanya. "Sabar Mel, sabar ... orang kayak gitu harus banyak-banyak di istigfarin biar musnah!"

🌿🌿🌿

Tok tok tok !

"Woy cupu cepetan! Dandan aja kayak putri keraton lo!" Leon mengetuk pintu rumah Karamel dengan keras. Sudah sepuluh menit ia menunggu di luar, namun Karamel tak juga kunjung melihatkan batang hidungnya.

Menunggu memang tak enak, apalagi di luar begini. Banyak nyamuk!

"Dandan kayak apaan sih dia? Dasar cewek, gue tinggal main ps juga belum kelar kayaknya." Leon menggerutu di balik pintu rumah Karamel. Memang benar, ia pernah menunggu kakak perempuannya yang berdandan, lebih parahnya sampai dua jam belum kelar juga.

Inilah yang diherankan kaum adam.

Kalian para betina ngapain aja sih kalo dandan? Udah kayak nunggu ayam bertelor aja!

Klek,

Pintu terbuka, menampilkan Karamel dengan cengiran tanpa dosanya. Karamel cukup tertegun melihat penampilan Leon dengan balutan jas hitamnya.

Uhm, cukup tampan.

Eh, eh ga jadi! Tarik kembali ucapannya, bisa besar kepala lelaki itu kalau di puji tampan.

"Yuk buruan!"

Leon menggeleng-gelengkan kepala melihat penampilan si cupu dari atas hingga bawah. Sangat tidak wow atau biasa yang disebut tidak keren! Biasa aja! Jelek!

Karamel mengenakan kemeja biru garis-garis dan celana panjang denim, juga sendal selop cokelat polosan terpasang di kakinya. Tak lupa dengan kepang dua di rambutnya dan kacamata bulat yang selalu bertengger di hidungnya. Sudah itu saja.

Leon kira bakalan wow banget sampai pingsan!

Apa dia kira mau bermain di sawah?

"Ckck, lo dandan apaan sih? Sangat kampungan. Ga layak di pandang. Apalagi kalau dateng ke acara pesta besar gitu!"

Karamel melotot, "apa kamu bilang? Ini baju paling baru yang aku punya!" Kemudian ia menunduk sedih, "ya udah kalo kamu malu berangkat sama aku. Kamu duluan aja, aku nggak ikut!"

Karamel hendak masuk kembali ke rumahnya, namun tangannya terasa tercekal, siapa lagi kalau bukan Leon.

"Apa lagi? Mau ngejek lagi?"

Leon mendengus, ia melirik arloji di tangannya. Lalu dengan cepat Leon menarik tangan Karamel masuk ke dalam mobilnya.

"Kamu apa-apaan sih main tarik gitu aja!"

"Ssttt, udah lo diem aja!"

Leon pun menancap gas mobilnya, melaju membelah jalanan yang lumayan ramai. Lalu mobilnya berhenti di sebuah toko besar. Entahlah, toko apa itu Karamel tak tahu.

"Ini rumah Melanie? Kok kayak toko?" Tanya Karamel heran, setahunya rumah Melanie itu sangat besar bak istana. Sejak kapan berubah menjadi toko begini?

"Ini toko butik milik mama gue."

"Heh? Ngapain kesini? Kan kita mau ke pesta ulang tahun Melanie?"

Leon tak memperdulikan ocehan gadis disampingnya, ia membawa Karamel masuk ke toko butik milik mama-nya. Lalu ia pun sibuk memilih gaun-gaun yang tergantung berjejer rapi, mengabaikan Karamel yang masih mengoceh tak jelas.

Senyuman Leon mengembang ketika mendapat gaun pilihannya, ia pun memberikan gaun itu ke gadis cupu.

"Pakai ini."

To Be Continued . . .

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
KAMELEONWhere stories live. Discover now