Bab 43

2.5K 194 67
                                    

"Kesalahan terbesar dan yang paling aku sesali adalah bagian ini. Maka, selamat membaca dan semoga tidak ikut menyesal." -Reana.

"Re, ga bareng sama Rifki?" Itulah kalimat pertama yang aku dapatkan saat memasuki kelas dengan wajah yang masam.

Aku mengedikkan bahu acuh. Walaupun sebenarnya aku kesal. Kesal sekali. Aku sudah menunggu lelaki itu sebelum setengah tujuh, tetapi dia tidak kunjung datang, untung saja aku tidak terlambat ke Sekolah.

"Kira-kira Rifki kemana ya Re? Dari kemarin ga masuk, kayaknya hari ini juga" tanya Pricilla.

Aku menggeleng. Benar-benar memperburuk situasi hatiku jika membahas Rifki saat ini. Dari kemarin dia tidak bersekolah, tetapi tidak satu kabar pun yang aku dengar darinya. Kata seksi absensi, Rifki ada urusan keluarga dan sudah menghubungi wali kelas. Tetapi, berkali-kali aku menelpon dan mengirim pesan kepadanya, tidak ada yang dibalas.

"Udah nyoba dateng ke rumahnya?" Tanya Pricilla lagi.

Aku menggeleng tegas, "buat apa dicari segitunya Cil? Dia bukan pacar atau pun keluarga aku. Kalo aku penting buat dia, dia pasti ngasih tau kok. Lagian kalo emang dia ada urusan keluarga, mungkin dia ada di Jakarta dan rumahnya kosong."

Pricilla hanya mengangguk-anggukan kepalanya seakan mengerti, walaupun raut wajahnya menunjukan bahwa sebernarnya dia masih ingin membantah argumen milikku.

"Reana bener Cil, Rifki udah bukan anak kecil lagi yang harus dicari. Dia udah gede, udah tau mana yang harus jadi prioritas, mungkin Reana bukan prioritasnya. Lagian Re, sebentar lagi masa SMA habis, lo masih mau ngarepin dia yang ga pasti?"

"Ah, udahlah. Ga usah bahas Rifki lagi, aku males bahas dia" jawabku.

Pricilla mengangguk, mencoba mencari topik lain untuk dibahas, "Re, kamu seriusan ga ambil SNMPTN? Padahal rapot kamu kan bagus banget Re."

Aku mengangguk, "justru karena nilai aku bagus, jadi aku ga daftar. Kalo aku keterima dan ga diambil, kasihan adik tingkat nanti."

"Kenapa ga lo ambil emang?" Tanya Mia.

"Emm sebenernya aku mau daftar kedinadan di Sekolah Tinggi Perikanan."

"HAH?!"

"SERIUS LO?!"

Tanya Pricilla dan Mia kompak.

Inilah alasan aku tidak mau memberitahu mereka dari dulu, pasti akan mengundang banyak pertanyaan, tidak seperti Rifki yang mudah mengerti.

"Re serius? Di sana semi militer loh Re" tanya Pricilla.

Aku mengangguk, "itu jalan satu-satunya supaya aku bisa tinggal di Jakarta."

"Gue ngerti sih Re, tapi itu artinya kita jadi jauh dong. Terus pasti susah ketemu karena lo ga bisa bebas di sana" kali ini Mia yang berbicara.

"Iya Mi, tapi kita bisa Vc atau telfonan, kan?"

"Apapun keputusan kamu, kita pasti dukung kok Re" jawab Pricilla sambil tersenyum.

"Oh iya, kalian jadi daftar Unpad?" Tanyaku lagi.

Iya, Pricilla dan Mia memang sudah mendaftar SNMPTN di UNPAD meskipun dengan jurusan yang berbeda. Senang sepertinya bisa satu kampus kembali dengan sahabat, tapi kerinduanku kepada keluarga di Jakarta juga tidak bisa aku tahan lebih lama lagi. Setidaknya jika nanti mendapat pesiar, aku bisa bertemu bangkipkip di sana.

🗺🗺🗺


Aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur tanpa melepas pakaian seragam SMA ku. Tadi, aku diantar pulang oleh Bagas, sama seperti kemarin.

SKALA (Reana) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang