Bab 19

3.4K 239 4
                                    

"Beralih mencintaimu, bukanlah hal sulit, aku rasa." -Reana.

Setelah kejadian kemarin, mau tidak mau aku harus kembali bersekolah. Tentu saja seperti biasa Rifki menjemputku.

"Hari ini eskul kan Re?" Tanyanya.

"Iya."

"Gue temenin ya?"

"Gausah ah. Kayak anak kecil aja."

"Pokonya gue temenin Re, ga pake koma yah. Apalagi lo lagi patah hati gitu, siapa tau nanti berniat bunuh diri."

Aku menoyor kepala Rifki dengan tanganku. Dia pikir, apa aku sepicik itu?

"Enak aja tu mulut!" Aku mendengus kesal, sedangkan Rifki malah tertawa meledek. Dasar teman kurang ajar!

Setelah sampai di parkiran Sekolah, aku dan Rifki berjalan beriringan menuju kelas bersama.

"Re, nyalin tugas lo ya?"

Aku mendelik. Setiap ada tugas, pasti dia menyalin punya ku. Apa susahnya mengerjakan sendiri? Bahkan, tugas yang mudah pun dia mencontek, katanya malas jika harus berfikir. Dasar orang aneh!!

"Iya" jawabku.

Aku bilang iya atau tidak pun, itu jawaban yang sama menurut Rifki. Percuma juga jika aku menjawab tidak.

"Ki, gue lebih seneng kalau gue ajarin lo atau kita kerjain bareng-bareng tugasnya" ucapku.

Dia menatap ke arahku,  "ga usah lah Re, otak gue ga bakal nyambung kalau diajak ngerjain soal."

Akhirnya aku mengalah. Percuma rasanya aku mengatakan apapun kepada si kepala batu itu.

"Reana!" Panggil seseorang dibelakangku.

Aku dan Rifki menoleh. Ternyata dia adalah siswa laki-laki yang kemarin menjadi tontonan siswa SMU Bakti Nusa. Lelaki yang sempat begitu ingin aku dapatkan. Namun kini, dia telah menjadi kekasih sahabatku.

"Iya ka?" Tanyaku berusaha sopan.

"Boleh bicara?" Aku hanya mengangguk walaupun terpaksa,
"Berdua" lanjut kak Daffa.

Rifki yang sadar dengan kode tersebut pun segera melihat ke arahku.

"Ga bisa. Mau ngomong apa lo? Sekarang aja" bantah Rifki.

"Gue rasa lo tau privasi kan?" Tanya kak Daffa sinis.

"Udahlah Ki, gue gapapa. Mau nyalin tugas gue kan?" Aku mencoba menengahi mereka agar kejadian tiga bulan yang lalu tidak terulang lagi.
"Sekalian bawain tas gue ya ke kelas?"

Kulihat Rifki hendak protes, namun akhirnya hanya mendengus kesal sambil menerima tas yang aku berikan kepadanya.

"Jangan lama-lama" ucap Rifki sebelum melangkah menjauh, dan aku sempat mengangguk.

"Pacar lo kayaknya sayang banget sama lo ya?" Tanya kak Daffa.

Aku terkesiap. Bahkan, aku sempat tertawa mendengar ucapannya.
"Dia? Mana mungkin jadi pacar aku."

"Bukan pacar lo?" Aku menggeleng sebagai jawaban.
"Kemarin waktu gue WA, lo bilang lagi sama pacar. Gue kira, yang tadi pacar lo."

Itu sudah pasti kerjaan Rifki. Apa-apaan sih dia ini? Pasti sekarang kak Daffa berpikiran negatif tentang aku. Dia pasti menarik kesimpulan, bahwa aku wanita yang dekat dengan banyak lelaki.

"Ah itu mah bisa-bisanya si Rifki aja, ga penting juga buat dibahas. Jadi mau apa?"

Kak Daffa hanya terlihat mengangguk,  "gue cuman mau berterimakasih aja sama lo, ahirnya gue bisa pacaran sama Pricilla. Kalau lo ada waktu, bisa gue ajak keluar? Gue traktir, itung-itung pajak jadian."

SKALA (Reana) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang