Bab 37

2.8K 214 59
                                    

"Tidak ada salahnya untuk sedikit lebih egois. Karena pada nyatanya, hanya kamu sendiri yang dapat menyelamatkan hatimu." -Reana

Hari ini aku kembali bersekolah setelah dua hari libur. Upacara bendera memang selalu menjadi hal yang membosankan.

Setelah upacara bendera selesai, aku segera kembali ke kelas dengan Mia dan Pricilla.

"Eh Re, Rifki ga nge WA gitu? Kan udah putus tuh dia" tanya Pricilla.

Saat ini keadaan kelas memang masih kosong, hanya ada beberapa orang saja. Karena yang lain sudah berhamburan pergi ke Kantin. Biasanya ada waktu  kosong sekitar 30 menit, karena guru selalu mengadakan brifing sehabis upacara.

Aku menggeleng. "Engga. Tapi pas hari minggu dia dateng ke rumah."

"Terus?" Tanya Pricilla.

"Aku diem di kamar, nyuruh ayah bilang masih tidur. Terus dia pulang deh" jawabku.

"Sehabis putus sama Stella aja, dia baru tuh datengin rumah lo lagi. Kemaren-kemaren kemana tuh bocah!" Sulut Mia.

"Ga gitu juga kali Mi. Menurut aku, ga ada salahnya kalo kamu memperbaiki hubungan sama Rifki Re" ucap Pricilla tidak setuju dengan  pernyataan Mia.

"Ih apaan sih Cil?! Apa yang harus di perbaiki coba? Udahlah Re, diemin aja dia" Mia juga nampaknya tidak setuju dengan apa yang dikatakan Pricilla.

"Tapikan Mi, sebelum putus sama Stella, aku rasa Rifki udah berusaha minta maaf. Buktinya dia selalu ngajak pulang Reana, cuman Rea nya aja yang ga mau kan? Dia juta pasti bingung salah dia di mana. Pemikiran cewe sama cowo kan beda" Pricilla nampaknya memperkuat ucapan sebelumnya.

Aku membuang napas kasar,
"Tapi, aku penasaran kenapa Rifki sama Stella putus?"

Mia menatap tidak suka ke arahku, "Lo masih suka dan ngarep ya Re sama Rifki?-----Aduh Re, udah disakitin masih aja! Meningan juga lo sama si Bagas, dia ga terlalu berpotensi nyakitin lo Re."

"Ih Mia! Kenapa sih? Reana kan cuman nanya" bela Pricilla.

"Ah elo Cil, kaya yang bukan cewe aja. Menurut lo, apa alasan Rea nanya gitu selain dia masih peduli sama Rifki?"

Aku jadi hanya diam saja mendengarkan obrolan Mia dan Pricilla. Mereka mengobrol, seolah aku tidak ada diantara mereka. Jujur ucapan Mia sedikit membuat hatiku tidak terima, tapi apa yang dikatannya juga realistis. Lagipula, aku malas jika membangun angan yang nantinya akan dihancurkan oleh kenyataan.

Lalu tidak lama dari itu, Galang dan Rifki masuk ke dalam Kelas. Aku yakin mereka sehabis dari Kantin Sekolah.

"Lagi ngobrolin apa sih Mi?" Tanya Galang yang menghampiri meja tempat aku, Pricilla dan Mia.

Sedangkan aku tidak fokus dengan apa jawaban Mia. Pandanganku jatuh kepada lelaki yang saat ini tidak jauh berada di depanku, namanya Rifki Ramadhan, kalian tentu sudah sangat mengenalnya. Dia nampak lebih banyak diam dari biasanya. Aku yakin, putus dari Stella yang menjadi alasan kenapa dia murung seperti itu.

"Diem mulu lo Ki!" Ucap Pricilla kepada Rifki.

Rifki tidak menjawab saat itu, dia hanya tersenyum tipis, seakan memberitahu bahwa dirinya baik-baik saja. Aku jadi sedikit kasian juga terhadapnya. Dulu, saat aku mempunyai masalah dia pasti selalu ada untukku. Tetapi sekarang aku malah tidak ada untuknya, bahkan menjauhinya. Apakah aku pantas disebut jahat?

🗺🗺🗺

Saat bel pulang Sekolah berbunyi, seperti biasa Rifki menghampiri mejaku.
Tapi kali ini dia tidak mengajakku pulang, melainkan mengatakan sesuatu kepada Pricilla dan Mia.

SKALA (Reana) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang