Bab 21

3.2K 217 7
                                    

"Kadang wanita hanya perlu kamu untuk berada di sisi nya. Bukannya menjadi sok jagoan."-Reana.

Hari itu aku bersekolah seperti biasanya, tapi Rifki tidak datang menjemput aku. Kalau tidak salah, saat malamnya dia telah mengabariku akan sedikit telat hari itu, ahh aku lupa karena apa yang jelas aku berangkat bersama ayah.

Tapi saat aku mulai melangkah memasuki gerbang Sekolah, sepertinya banyak mata yang menatap ke arah ku dengan berbisik-bisik ataupun tertawa. Aku segera melihat pantulan wajahku di layar ponsel, tapi aku rasa tidak ada yang aneh, sama seperti biasanya.

Sepanjang koridor menuju kelas pun banyak yang menatap aku lalu menahan tawa, aku semakin mempercepat langkah menuju kelas.
Tapi saat melewati kelas XII IPS 1, golongan kak Roni menertawakan aku dengan sangat jelas dan lantang. Entah kenapa nyaliku menciut saat itu juga.

"SOK SEKSI ANJIR, HAHA!"

"Sekalian aja entar malem main sama gue, mau ga?"

"BAYARANNYA BERAPA SEMALAM?"

"Goceng goler itu mah, murahan!"

"Sikat aja bos!"

"BODY RATA AJA BANGGA, HAHA!"

Aku segera berlari menuju kelas, aku bingung dengan apa yang dikatakan kak Roni dan teman-temannya kepadaku. Air mataku juga sudah tumpah ruah.
Aku malu, marah, dan bingung. Aku malu karena sampai saat aku tiba di kelas masih banyak mata yang menatapku dengan aneh, aku marah kepada Roni dan teman-temannya karena lancang berbicara seperti itu, namun aku juga bingung kenapa bisa seperti ini.

Rifki dimana? Gue butuh lo.
Entah apa yang ada di pikiranku, tiba-tiba hanya Rifki yang aku inginkan sekarang.

Mia memelukku saat aku baru duduk di sebelahnya, begitupun Pricilla yang mendekatiku.

"Lo kenapa? Kenapa nangis?" Tanya Mia.

"Cerita Re" tambah Pricilla.

Aku melepaskan pelukan Mia dan membenarkan rambutku yang berantakan. Lalu menceritakan apa yang baru saja terjadi.

"Reana kenapa?" Tanya Galang yang baru sampai.

"Biasalah golongan si Roni tuh" jawab Mia.

"Harus dikasih pelajaran tu orang!"

"Apaan sih Lang" Mia tidak terima.

Lalu aku lihat Rifki datang dan langsung berjalan ke arahku.
Pricilla yang mengerti langsung menjauh, membiarkan Rifki yang berada di samping aku.

Dia langsung membuka jaketnya dan memberikannya kepadaku.
"Udah jangan nangis, pake jaketnya."

"Kenapa?" Tanyaku bingung melihat ke arahnya dengan mata yang sembab.

"Daleman lo hari ini keliatan banget" jawab Rifki.

Di situlah aku mengetahui alasan kenapa hari ini begitu menyebalkan. Jujur aku malu, malu sekali. Dengan perasaan yang campur aduk, aku memakai jaket yang diberikan Rifki.

"Mau pulang" ucapku.

Dia mengangguk.

"Mi, tolong izinin gue sama Reana ya" sahut Rifki kepada Mia yang memang seksi absensi di kelasnya.

"Oke."

"Gara-gara si Roni tuh itu! Ga mau dikasih pelajaran aja Ki?" Tanya Galang mengompori.

"Gue anter Rea pulang" jawab Rifki dan segera menuntun tanganku.

Ketika berjalan menuju parkiran, masih banyak tatapan yang menghunus ke arahku. Aku benci tatapan itu.

"Nanti jangan berantem ya sama kak Roni" ucapku ketika kami sedang di atas motor Rifki menuju rumah ku.

SKALA (Reana) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang