The Masquerade PRINCE | Chapter 57 - Drive Me Crazy

Start from the beginning
                                    

"Tidak apa-apa. Tapi, mengapa aku harus lewat gerbang belakang?"

Kakak Anna tersenyum. "Di depan ada orang gila. Penjaga sudah berulang kali mengusir, tapi belum juga mau pergi."

"Baiklah, Calon Kakak Ipar. Aku pergi dulu." Dave lalu membukuk di depan Anna seraya mengangsurkan telapak tangan. "Dengan segala kehormatan, maukah Tuan Putri menggenggam tanganku?"

Gadis itu menjadi salah tingkah ditatap geli Alessa. Namun, ia tetap menyambut tangan Dave. Lelaki itu segera menegakkan badan dan mengeratkan genggaman, sebelum mengajak Anna pergi tanpa melunturkan senyum manis.

Dave benar-benar memperlakukannya bak putri dalam negeri dongeng; membukakan pintu, melindungi kepala Anna ketika masuk mobil, hingga memasangkan sabuk pengaman. Seminggu mengenal sosok Dave, Anna menjadi tahu bahwa lelaki itu mempunyai perangai yang sangat baik. Dave tidak pernah lupa mengingatkannya makan, tidur, olahraga, bahkan hal-hal remeh yang sering ia lupakan.

Pernah beberapa hari lalu ia kesepian kala Alessa dan Abraham bekerja, pemilik mata cokelat teduh itu langsung datang dan mengajaknya memasak banyak kue kesukaannya. Bukan hanya itu, hampir setiap pagi Dave juga mengirimkannya rose tea dan beragam olahan berbahan dasar mawar.

Seharusnya Anna yakin, ia tidak akan salah memilih, mengingat betapa baiknya Dave sejak dulu.

***


Sejak seminggu yang lalu, mobil hitam di luar gerbang mansion Shovkovsky tidak pernah beranjak. Semakin diusir, pemilik mobil tersebut justru semakin keras kepala.

Ponsel di atas dashboard bergetar, lelaki itu meraihnya tanpa mengalihkan pandangan dari gerbang tinggi tak jauh dari mobil terparkir. Ia harus memasang radar pengawasan setajam mungkin setelah mengetahui ada sebuah mobil asing yang diperbolehkan masuk setengah jam yang lalu dan hingga saat ini tak kunjung keluar.

"Di mana kau?"

Pertanyaan bernada ketus menyapa begitu ia menempelkan ponsel di telinga. "Di tempat seharusnya aku berada."

Alex terdengar mengumpat. "Apa yang kau lakukan berhari-hari di sana, Dexter sialan? Kau bahkan menyuruh orang yang kusuruh mengatar makanan pulang. Kau pikir kau manusia kuat yang mampu bertahan hanya dengan meminum kopi? Di mana otakmu? Sialan. Bagaimana bisa Aunty Karlen mempunyai anak keras kepala sepertimu, huh?"

"Mereka tidak pernah mengizinkanku satu meter lebih dekat dari gerbang, tapi aku sering melihat mobil asing keluar-masuk secara bebas. Lalu kau pikir aku bisa tenang bersantai-santai di hotel?"

"Kau sakit?" Pertanyaan Alex malah keluar topik. Ia hanya membalas dengkusan malas. "Suaramu terdengar lemah." Lawan bicara di seberang telepon mendesah kesal.

Dexter sudah akan membalas kalimat sarkas, namun yang keluar justru ringisan.

Sialan.

Perutnya terasa diremas di waktu yang tidak tepat. Tanpa menjawab lagi, Dexter melemparkan ponsel yang masih terhubung telepon ke bangku di sampingnya dan memilih menyandarkan kepala di setir. Sejak kemarin perutnya memang terasa perih, tetapi tak disangka kali ini sakitnya dapat bertambah berkali-kali lipat. Mungkin ini efek tidak mengonsumsi apa pun selain kopi selama seminggu belakangan.

"Lihat? Sekarang kau baru merasakan efeknya, bukan?" Samar-samar suara Alex masih terdengar memaki. "Apa yang akan terjadi bila ibumu sampai tahu kau jatuh sakit seperti ini, huh?"

"Ini semua karena Alessa sialanmu itu! Kalau saja ia mengizinkanku bertemu Anna baik-baik, aku tidak akan melakukan ini!" jawabnya sesekali meringis dan mencengkram perutnya kencang.

The Masquerade PRINCE [COMPLETED]Where stories live. Discover now