Bab 52 : Gejolak Istana

5.9K 643 17
                                    

Setelah sebulan lalu kegemparan terjadi di Istana akibat lamaran yang dikirimkan Saudagar Li Zheng dari Ming, hari ini Istana kembali diramaikan oleh petisi yang diajukan empat kandidat calon istri Putra Mahkota. Selain Hanna, para Nona Bangsawan itu meminta Raja untuk membatalkan kompetisi. Dipelopori oleh Kwon Mi Rae, seluruh kandidat yang dipilihkan Raja memohon dengan sangat agar dibebaskan dari keharusan menjadi istri Putra Mahkota. Tentu saja alasan dibalik petisi itu adalah ketidakmampuan mereka menghadapi kebengisan dan kekejaman Rae Yu.

Biasanya, Istana selalu menutupi konflik yang terjadi melibatkan anggota keluarga kerajaan. Hal tersebut dimaksudkan agar kehormatan penguasa tetap terjaga dan tak terjadi krisis kepercayaan di pemerintahan. Namun, segala hal buruk yang berhubungan dengan Putra Mahkota tampaknya tak menganut sistem kebiasaan itu. Selalu saja ada yang menyebarkan berita terkini tentang kekejaman calon Penguasa Joseon. Seolah pihak yang mendalanginya ingin citra Putra Mahkota Lee Rae Yu tetap buruk dan akan selalu buruk di mata publik.

Adapun di aula pertemuan kerajaan, Raja duduk di singgasananya sambil memijat kening--lagi-lagi. Para Menteri masih sibuk membuka forum diskusi sendiri, mengabaikan Raja yang sudah tak bisa berkata-kata mengenai putra keduanya. Suasana yang ricuh itu berubah senyap ketika Raja membentak anggota kabinetnya agar tak melupakan tata krama mereka. Perdana Menteri Jo yang biasanya menjadi penengah, pada pertemuan kali ini diam seribu bahasa. Bagaimanapun, cucunya adalah satu dari empat gadis bangsawan itu. Pria tua itu tentu tak bisa menenangkan Menteri lainnya disaat ia sendiri masih tak tahu harus bagaimana mengambil sikap.

Di lain pihak, ada Kim Hae Bin yang berdiri tenang di tempatnya. Dia tak ikut menyumbang kericuhan karena bukan tabiatnya seperti itu. Meski hubungan kekeluargaannya dengan Hye Jin erat, Hae Bin tak ingin menghancurkan reputasinya dengan bersikap bar-bar. Lagipula Hye Jin sendiri yang memutuskan ikut ambil bagian dalam kompetisi. Kali ini pun Hye Jin sendiri juga yang mengajukan petisi pada Raja. Jika Ayah gadis itu saja tidak tahu menahu mengenai rencana Hye Jin, bagaimana Hae Bin yang hingga hari ini belum bisa bertatap muka dengan keponakannya itu bisa tahu?

Hye Jin bukan anak-anak lagi. Selain itu, Hae Bin sangat yakin Hanna akan melakukan sesuatu bila Hye Jin mendapatkan masalah. Apalagi Ayahnya, Bangsawan Kim Seok Hwan, tak lagi membicarakan masalah Hye Jin dengan raut keras. Walau pria paruh baya itu tak mengatakan apapun, Hae Bin tahu ada yang sudah terjadi. Pertemuan Ayahnya dan Putra Mahkota beberapa minggu lalu lah penyebabnya. Entah apa yang kedua lelaki berbeda generasi itu bicarakan, yang pasti pembicaraan antara keduanya bisa membuat kegelisahan Bangsawan Kim lenyap seluruhnya.

Karena itu, Hae Bin berusaha tenang meski ia penasaran setengah mati kenapa Hanna tak ikut mengajukan petisi. Satu-satunya alasan yang dapat Hae Bin pikirkan adalah karena adiknya itu merasa tak pantas mengajukannya. Saudagar Li lah yang mengirim lamaran. Jika Hanna ikut menolak menjadi istri Putra Mahkota, sama saja seperti menelan kembali ludah yang sudah dibuang ke tanah. Tapi--mengingat karakter Hanna--Hae Bin ragu hal itu yang sebenarnya terjadi. Ada sesuatu yang disembunyikan adiknya itu. Dan entah kegilaan apa yang merasuki Hae Bin, lelaki itu yakin Putra Mahkota ada hubungannya dengan ini.

"Kita tidak berkumpul di sini untuk berdebat, tapi mencari solusi! Kalau kalian tak bisa berpikir jernih, masalah ini akan semakin pelik!" Raja menggebrak mejanya dan menatap Para Menteri dengan raut dingin. Dengan wajah seperti itu, kemiripan antara Raja dan Putra Mahkota tak dapat dielakkan. Mereka bagai pinang dibelah dua. "Jika kalian tetap berdebat tak jelas seperti tadi, aku akan mengambil keputusan sendiri! Jangan harap aku akan mendengarkan rengekan kalian lagi!"

Raja Lee Rae Wook mungkin bukan Raja yang terkenal akan kebijaksanaannya, tapi kehati-hatiannya dalam mengambil keputusan sudah membuatnya bertahan di lingkungan pemerintahan yang kejam selama lima belas tahun terakhir. Masa pemerintahan yang lebih lama dari pendahulunya yang lalu. Walau banyak pemberontakan disana-sini, Raja masih tetap duduk di singgasananya sampai hari ini. Mengingat musuh keluarga kerajaan ada dimana-mana, lamanya beliau memerintah sudah termasuk prestasi yang membanggakan mengingat Raja yang memerintah sebelumnya wafat akibat diracun.

"Maafkan kami, Yang Mulia. Hal ini tidak akan terjadi lagi." Perdana Menteri Jo akhirnya bersuara. "Petisi yang diajukan oleh empat kandidat cukup mengejutkan. Saya tidak berani mengatakan jika itu hal wajar, karena bagaimanapun andalah yang memilih mereka. Mengajukan petisi berarti menolak perintah anda. Dan menolak perintah Raja hukumannya adalah kematian."

Suasana kembali ricuh sesaat setelah Perdana Menteri Jo membawa-bawa hukuman mati. Tapi keadaan itu tak bertahan lama karena Raja menghunuskan tatapan tajam pada para Menterinya.

"Walau begitu," Perdana Menteri Jo melanjutkan pendapatnya. "Situasi yang para Nona muda ini alami pasti sangat memberatkan jika mereka sampai mengajukan petisi kepada anda. Yang Mulia, anda adalah Raja Negeri ini dan juga Ayah dari Putra Mahkota. Saya tahu setiap Ayah akan melindungi anak-anaknya, tapi Putra Mahkota memang memiliki watak keras yang membuat gadis manapun enggan mendekat."

Raja menaikkan sebelah alis matanya. "Jadi maksudmu, Putra Mahkota tak ditakdirkan memiliki istri, begitu?"

"Bukan begitu Yang Mulia!"

"Lalu?"

"Saya pikir Putra Mahkota masih membutuhkan waktu untuk menyiapkan diri. Kasus Putri Mahkota Han mungkin masih membekas di ingatannya. Memaksa Putra Mahkota juga bukan pilihan yang baik, Yang Mulia."

"Benar Yang Mulia! Membatalkan pemilihan Putri Mahkota mungkin adalah pilihan tepat!" Menteri Perpajakan Kwon menyambung. Putri kesayangannya sedang berjuang di dalam istana, jadi sebagai Ayah yang baik Kwon So Dong harus memanfaatkan kesempatan yang ada untuk membantu Mi Rae.

Raja mengusap dagunya. Memikirkan saran Perdana Menteri Jo. Jika keempat gadis pilihannya menolak menjadi calon istri Rae Yu, otomatis Hanna lah yang akan menyandang gelar Putri Mahkota. Tak peduli gadis itu sudah siap atau belum. Sementara kompetisi ini diselenggarakan agar Hanna yang memiliki kekuatan ekonomi besar di belakangnya tak memihak Putra Mahkota. Bagaimanapun, Raja masih ingin putra kesayangannya yang mewarisi takhta. Membatalkan pemilihan Putri Mahkota mungkin satu-satunya jalan. Tapi tetap saja, risiko menyinggung Saudagar Li masih ada.

Raja menghela nafas panjang. Dia mungkin memang harus bicara pada pembuat onar terlebih dahulu. Rae Yu memang Putra Mahkota paling kejam dan paling pembangkang dalam sejarah Joseon, tapi lelaki itu tetap saja putranya. Tak peduli Raja menyukai kehadirannya atau tidak, perannya sebagai Ayah harus sampai kepada Rae Yu.

"Aku akan memikirkan saran kalian." Raja bangkit berdiri. "Pertemuan selesai. Aku harus bicara pada Putra Mahkota sebelum mengambil keputusan." Mengibaskan pakaian kebesarannya, Raja berlalu meninggalkan para Menteri yang membungkuk hormat mengiringi langkahnya.

Don't Forget to Vote and Comment

Nawir-Chan

HANNA'S WORLDWhere stories live. Discover now