Bab 26 : Kakak dan Adik

9.6K 1K 3
                                    

Hanna membuka mata saat matahari sudah meninggi. Mengingat ia baru tertidur ketika malam sudah menghabiskan sepertiganya di langit Joseon, bangun siang seperti ini bukan hal mengejutkan. Hanna menatap sekeliling dan tidak menemukan Rae Yu dimanapun. Kelihatannya lelaki itu sudah pergi lebih dulu. Hanna bangkit dan memanggil pelayan untuk membantunya bersiap.

Setelah selesai membersihkan diri dan berpakaian, Hanna memakan sarapannya yang terlambat. Dari Kepala Pelayan Ji, Hanna mengetahui kalau sebelum berangkat ke istana Hae Bin sempat mengunjungi kamarnya karena ia tak kunjung datang untuk sarapan. Tapi karena Hanna masih tertidur nyenyak, Hae Bin melarang pelayan membangunkannya. Lelaki itu pasti beranggapan suasana hati Hanna masih tak baik karena kedatangan Tae Hyun. Dia tak ingin memaksa Hanna lebih jauh. Padahal sebenarnya suasana hati Hanna teramat cerah setelah pembicaraannya dengan Rae Yu sepanjang malam.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Hanna berjalan santai menyusuri kediaman Hae Bin. Hitung-hitung olahraga setelah makan terlalu banyak. Walau taman Kediaman Li di Ming jauh lebih besar dan ramai oleh tanaman, Hanna tak bisa tak menyukai taman Kediaman Hae Bin. Para pelayan juga tak tampak bergosip seperti pelayan-pelayan di kediaman Bangsawan lain. Jelas Hae Bin mendidik pekerjanya dengan sangat baik. Ketika mata Hanna menangkap keberadaan pohon besar di samping perpustakaan, ia menghentikan langkah dan memilih memandangi pohon itu. Tak tahu kenapa ia merasa ada sesuatu mengenai pohon itu yang menahannya. Seolah ia terikat. Begitu banyak kenangan yang bahkan tak bisa diingat.

"Dulu Eomonim selalu membacakan cerita di bawah pohon itu."

Hanna tersentak dan langsung memandang ke sumber suara. Dia menemukan Hae Bin yang masih mengenakan pakaian dinasnya tengah menatap sendu objek yang sedari tadi menarik perhatian Hanna.

"Kau akan duduk di pangkuan Eomonim, sementara aku dan tiga saudara kita yang lain berebut mencari posisi terdekat denganmu." Hae Bin menatap adiknya dengan sorot rindu yang tak ditutupi. "Kau mungkin tidak ingat, tapi saat kau kecil semua orang berebut menarik perhatianmu. Kau selalu mendapat apapun yang kau mau. Selalu disayang dan dicintai siapapun."

Hanna hanya mendengarkan ucapan  Orabeoni-nya tanpa berniat menyela.

"Abeoji bahkan menghadiahkan sepetak tanah sebagai hadiah ulang tahun ke-lima mu. Tapi dengan polosnya, kala itu kau mengatakan bahwa dibanding tanah kau lebih suka Abeoji membawakan sepuluh buku cerita agar Eomonim bisa menceritakan banyak kisah padamu. Hari itu Abeoji tertawa keras dan menciumi wajahmu penuh semangat." Mata Hae Bin tampak menerawang. "Aku lupa kapan terakhir Abeoji tertawa selebar itu lagi."

Hanna kembali menatap pohon itu dan tersenyum tipis. Mengetahui pemilik tubuh sebelumnya pernah merasakan cinta keluarga walau hanya bertahan di usianya yang ke tujuh tahun, Hanna bersyukur. Setidaknya masa kecil Kim Hae Na lebih membahagiakan daripada masa kecil Kim Hanna di masa depan.

Tapi tiba-tiba Hanna tersadar akan sesuatu setelah mendengar cerita Hae Bin. "Tunggu dulu." Tahannya sambil mengerutkan kening. "Kalau pohon itu menjadi saksi kebahagiaan keluarga Kim saat aku kecil, bukankah kediaman ini..."

Hanna tak meneruskan kata-katanya setelah mendapat anggukan dari Orabeoni-nya.

"Ya. Kediamanku dulunya adalah kediaman utama Keluarga Kim." Hae Bin memperhatikan ekspresi tak percaya di wajah cantik Hanna. "Setelah kejadian itu, Abeoji memindahkan Kediaman utama Keluarga Kim di ujung Hanyang. Dia menjual kediaman ini dan aku membelinya. Tiga tahun lalu aku memutuskan untuk menempati kediaman ini."

Hanna tersenyum miris. "Pria tua itu sungguh membenciku." Gumamnya pelan. Dia menghela nafas dan menatap Hae Bin dengan getir. "Apa benar aku adalah alasanmu keluar dari kediaman utama Kim?"

HANNA'S WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang