Bab 9 : Ra Eun

13.4K 1.3K 10
                                    

Ra Eun memperhatikan hanbok satin di tangannya dengan senyum tipis. Walau bukan hanbok terbaik, ini pertama kalinya Ra Eun diberi kesempatan mengenakan pakaian bagus di Joseon. Saat dirinya masih bekerja di bawah perintah Keluarga Kim, jangankan diberi posisi layak, ia malah diasingkan bersama putri penyakitan di desa terpencil. Padahal Ra Eun bukan pelayan yang buruk. Kinerjanya justru sangat baik. Dia bahkan mampu membaca dan menulis. Namun karena banyak pelayan yang iri dengan kecantikan dan ketekunannya, Ra Eun yang kala itu masih begitu muda dan polos, disingkirkan tanpa perlawanan sama sekali.

Untungnya nona muda Kim bukanlah seseorang yang sulit dilayani. Walau tak bisa berbicara, Nona Hae Na memiliki kepribadian yang lembut dan baik. Ketika Ayah Ra Eun terbunuh karena konflik budak dan majikan, Hae Na yang memeluk dan menenangkannya. Ra Eun benar-benar merasa Nonanya adalah sosok malaikat. Ketika Hae Na meninggal dunia, Ra Eun menangis keras hingga tenggorokannya terasa sakit.

Dia tak berbohong saat mengatakan kepada Hae Bin kalau dirinya sangat bersyukur Nona mudanya kembali membuka mata.

Lagipula, Nonanya juga yang membuat Ra Eun sampai di posisinya sekarang. Mengikuti Hanna adalah keputusan terbaik sepanjang hidup Ra Eun. Panggilan Eonni yang disematkan Hanna padanya terasa seperti mukjizat sampai hari ini. Ia pernah bersumpah, bukan hanya kesetiaan, Hanna juga berhak atas nyawa Ra Eun sepenuhnya.

"Eonni!"

Ra Eun mengangkat wajah dan menegakkan tubuh saat melihat Hanna di depan pintu kamarnya. "Ya, Agasshi."

Hanna masuk ke dalam kamar Ra Eun dan memperhatikan hanbok yang masih ada di tangan perempuan itu. "Hm, ini pakaian yang disiapkan dayang untuk nanti malam?"

Ra Eun mengangguk. Mereka berdua akan ikut menghadiri jamuan kerajaan sebagai utusan yang datang bersama Pangeran Yuan.

"Bagus, tapi tidak cantik." Komentar Hanna.

Jika ada dayang istana yang mendengar ucapan Hanna, mungkin mereka akan tersedak tak percaya. Di Joseon, pelayan sering disamakan dengan budak. Memberi mereka pakaian berbahan satin sudah sangat luar biasa. Jika tidak melihat perlakuan Pangeran Yuan kepada Ra Eun cukup baik, mungkin tak akan ada yang berinisiatif mengantarkan pakaian ini untuknya.

"Ayo, Eonni. Kita belanja." Ajak Hanna sambil tersenyum lebar.

Ra Eun buru-buru menggeleng. "Tak perlu Agasshi. Saya sudah merasa pakaian ini bagus untuk acara nanti malam."

Hanna menggeleng cepat. "Tidak. Pakaian ini tak layak dipakai oleh perempuan cantik sepertimu. Kau harus tampil menawan untuk menggaet para bangsawan yang ikut perjamuan."

Ra Eun baru akan melayangkan protes saat Hanna menyipitkan mata.

"Tak ada penolakan! Aku akan sangat marah padamu kalau kau menolak pemberianku." Ujarnya. "Lagipula aku juga butuh pakaian layak karena mereka juga memberiku pakaian yang sama sepertimu. Bahkan warnanya membuatku sakit mata."

Ra Eun menghela nafas dan mengangguk pasrah. Dia hampir lupa Nonanya ini diberi kamar tepat di sebelahnya. Karena Hanna mengenalkan diri hanya sebagai penerjemah, tak ada anggota kerajaan yang menganggap posisinya penting. Pangeran Yuan yang berada di sisi lain istana juga tak bisa membantu. Lagipula Ra Eun yakin Hanna tak memberitahu identitas aslinya karena tak ingin repot diikuti banyak penjaga. Langkah Hanna tak terprediksi. Dianggap penting hanya membuat gerakannya dibatasi.

"Tadashi-san tak ikut kita Agasshi?"

Hanna menunjukkan medali identitasnya sebagai utusan Ming kepada penjaga, dan mereka membiarkan keduanya lewat. "Aku menyuruh Paman Tadashi menjaga Pangeran Yuan. Aku tidak bisa menyerahkan keselamatannya pada sembarang orang. Ini Joseon, bukan Ming."

"Lalu keselamatan Agasshi?" Ra Eun membeo.

Hanna menarik Ra Eun ke tempat sepi sebelum menepuk tangannya sebanyak dua kali. Dua orang pria berpakaian hitam tertutup muncul tak lama di hadapan mereka. Hanna tersenyum menatap Ra Eun yang terperangah. "Eonni, kenalkan. Mereka berdua adalah ninja yang akan menjaga kita berkeliling Hanyang hari ini. Yang kanan Saka, yang kiri Ruka."

Ra Eun mengangguk takjub. "Hello, my name is Ra Eun."

Hanna terkekeh pelan. "Mereka orang Sengoku, Eonni. Bukan Inggris."

"Eh?" Pipi Ra Eun memerah malu. Cepat-cepat ia membungkukkan tubuh. "Konichiwa Saka-san, Ruka-san."

Keduanya ikut membungkuk.

Hanna bicara sebentar pada kedua pengawalnya sebelum menyuruh mereka kembali menyembunyikan diri.

Melihat kepergian pengawal secepat kemunculannya membuat Ra Eun kembali terpana. "Mereka sangat cepat, Agasshi."

Hanna mengangguk. "Tentu saja, mereka berdua memang yang terbaik di kelompoknya."

Karena matahari semakin tinggi, keduanya segera memulai kegiatan belanja mereka. Ra Eun hanya bisa pasrah ketika Hanna menariknya ke sana kemari untuk mencoba pakaian ini, pakaian itu, aksesoris ini, aksesoris itu. Dan tentu saja membeli semua barang yang dianggap bagus oleh Hanna. Sangking banyaknya barang belanjaan, Hanna menyuruh pengantar barang untuk mengantar langsung belanjaannya ke istana. Dengan memakai nama Pangeran Yuan, tak akan ada yang berani bermain-main dengan barang-barangnya.

"Agasshi, matahari sudah hampir terbenam. Kita akan melewatkan jamuan makan malam jika tak segera kembali ke istana."

Hanna yang sedang memperhatikan beberapa hairpin yang terpajang di toko ke sekian hanya bergumam tak jelas.

Ra Eun menghela nafas. Percuma mengingatkan Nonanya yang sedang menikmati dunia. Ra Eun mengedarkan pandangan ke jalanan lalu terpaku pada satu wajah. Wajah tampan seorang lelaki bertubuh jangkung berpakaian hitam yang sedang berjalan menuju restoran. Meski wajah lelaki yang ada disebelah lelaki jangkung itu lebih tampan, Ra Eun tak mampu memalingkan wajah. "Gon..." Lirih perempuan itu kemudian.

"Hm? Gon? Siapa?" Hanna yang ternyata sudah selesai memilih menatap Ra Eun yang sedang memandang seseorang.

Ra Eun yang terkejut mendengar pertanyaan itu menggeleng pelan. "Bukan siapa-siapa Agasshi."

Hanna menyipitkan mata. Jiwa detektifnya muncul. "Kenalan Eonni?"

Ra Eun tak menjawab.

Hanna yang penasaran langsung menarik perempuan itu menuju restoran. "Akan kutanya sendiri pada lelaki itu."

"Eeh? J-jangan Agasshi." Dengan sekuat tenaga Ra Eun menahan Hanna agar tak ikut masuk ke restoran. Ra Eun belum siap bertemu lelaki itu. Dia belum siap menerima penolakan. Tidak. Yang benar adalah ia tak akan pernah siap.

"Ah, ayolah Eonni~ aku ingin tahu seperti apa lelaki yang bisa menarik perhatianmu." Hanna membujuk. Matanya berbinar penuh semangat.

Ra Eun menarik tangannya dari kurungan Hanna dan menggeleng. "Kita harus kembali ke istana, Agasshi." Dengan cepat Ra Eun berlari kecil sebelum Hanna kembali memaksanya masuk ke dalam restoran. Perempuan itu sempat mendengar tawa Hanna untuknya, tapi ia tak menoleh ke arah Nonanya itu. Ia terus berlari hingga sadar sesuatu yang dilupakannya. Ra Eun membalikkan tubuh dan tak melihat Hanna di belakangnya. "Agasshi?"

Bonpict : Ra Eun in hanbok

Don't Forget to Vote and Comment

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Don't Forget to Vote and Comment

Nawir-Chan

HANNA'S WORLDWhere stories live. Discover now