Bab 40 : Pilihan

7.9K 799 33
                                    

Hanna masuk ke dalam penginapan yang di sewa Saudagar Li setelah mengganti pakaiannya. Sang Kakek sedang bicara dengan Tadashi di luar ketika menyuruh Hanna masuk. Sudah ada Rae Yu--yang juga berpakaian normal--di dalam kamar. Melihat Rae Yu yang berwajah tak terbaca sedang menatapnya membuat perasaan tak enak melingkupi Hanna. Sambil menggigit bibir bawahnya, Hanna duduk ragu di sebelah lelaki itu. "Rae-ah ... Mian." Hanna menundukkan kepalanya.

Rae Yu tersenyum tipis. Satu tangannya meraih tangan Hanna ke dalam genggaman sementara tangan yang lain mengelus kepala gadisnya. "Hari ini aku sangat bahagia Hanna-ya." Ujarnya seolah tak mendengar permintaan maaf Hanna. "Menghabiskan satu hari bersamamu membuatku tak lagi menyesali apapun. Masa laluku terjadi karena di masa ini kau hadir menawarkan seluruh lukaku." Rae Yu tersenyum lebar. "Terimakasih."

Hanna terpaku sejenak sebelum ikut tersenyum, "Tapi kita tak bisa melihat matahari terbenam di tempat yang indah."

"Siapa bilang kita tak bisa?" Rae Yu bangkit dan menarik Hanna ikut berdiri. Ia membawa Hanna berdiri di depan jendela dan bersama mereka menyaksikan sinar jingga itu turun ke peraduannya. "Tak peduli dari manapun aku melihatnya," Rae Yu menunjuk matahari dengan dagunya sebelum kembali menatap Hanna. "Asal itu bersamamu, semua tempat terlihat indah."

Lagi-lagi Hanna terpaku. Lelaki ini ... benar-benar. "Kenapa mulutmu pandai sekali berkata manis? Gula darahku bisa naik jika berlama-lama bicara denganmu." Hanna menggerutu, tapi tak dapat menyembunyikan rona merah di pipinya.

Rae Yu hanya menepuk pelan kepala gadisnya tanpa berkata apapun. Melihat itu, Hanna tergerak untuk mendekatkan diri pada Rae Yu. Memilih menikmati matahari terbenam di lantai dua sebuah kamar penginapan dalam pelukan sang kekasih.

"Sudah siap bicara?"

Satu menit setelah matahari terbenam sepenuhnya, suara Saudagar Li terdengar menyentak Hanna dan Rae Yu kembali pada kenyataan.

Hanna menatap Rae Yu sejenak sebelum menarik diri dan mengangguk pada kakeknya yang sudah menunggu.

"Kalau begitu, mari kita duduk." Saudagar Li tersenyum ringan. Pria tua itu berjalan memasuki kamar lalu duduk di depan meja kecil yang tersedia di sana. Di belakangnya Ra Eun mengikuti tanpa kata.

"Eonni juga ikut?" Hanna kebingungan saat melihat sang pelayan ikut masuk. Padahal dia mengira kakeknya ingin menginterogasi mereke berdua secara pribadi.

"Dia akan menerjemahkan ucapan pemuda ini padaku, Na'er." Sebelum Hanna sempat protes, Saudagar Li sudah melanjutkan. "Kau itu tersangka, mana bisa berperan sebagai penerjemah sekaligus."

Hanna memutar bola mata.

Saudagar Li terkekeh pelan. "Duduklah,"

Hanna dan Rae Yu akhirnya menurut. Mereka berdua duduk berdampingan di depan Saudagar Li.

"Jadi Na'er, siapa pemuda tampan ini? Melihat reaksi abdi Putra Mahkota Joseon tadi, aku curiga dia bukan Menteri Kim yang disebut-sebut Yuan dalam suratnya."

Ah, jadi Yuan lah yang melatarbelakangi kemunculan Saudagar Li di tempat ini. Hanna tak heran lagi. Sejak ia berstatus sebagai cucu angkat Saudagar Li Zheng, atensi pemuda Ming selalu tercurah padanya. Penolakan lamaran Saudagar Li tak lain tak bukan karena Hanna sendiri yang enggan berhubungan dengan pemuda-pemuda itu. Padahal bukan satu-dua pelamar yang memenuhi kriteria cucu menantu di matanya. Hanna saja yang terlalu pasif dalam hubungan romansa. Membuat Saudagar Li mengkhawatirkan masa depannya. Sekuat apapun Hanna, dia tetaplah seorang perempuan yang membutuhkan laki-laki sebagai pelindung. Tak heran saat mendengar berita kedekatan Hanna dan Menteri Kim Hae Bin, Saudagar Li langsung berlayar ke Joseon. Ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri laki-laki hebat yang mampu meruntuhkan tembok kokoh di hati sang cucu. Siapa sangka kenyataan di lapangan jauh lebih mengejutkan seperti ini?

HANNA'S WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang