"Kasihan .. capek ya bu?"

Karamel mendongakkan kepala-nya, mendapati Leon yang tersenyum mengejek padanya. Karamel menggeram, kemudian memukul bahu lelaki itu bertubi-tubi.

"Dasar caper minta banget di kejar! Hosh ... hoshh ..."

"Situ yang ngejar."

"Terserah! Aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

Leon mendecih, "kalo gue ga mau gimana?"

"Harus mau!"

"Ga."

"Aku putusin nih?"

"Yang berhak mutusin itu gue!"

"Ya udah, putusin aku."

"Ga mau."

Karamel menggeram, ia pun menarik tangan Leon untuk duduk di bangku yang tersedia dipinggir jalanan.

"Apaan sih tarik-tarik?" Leon menghempaskan tangan Karamel.

Karamel mengatur nafasnya yang tak beraturan, lelah sekali berhadapan dengan lelaki ini.

"Mau ngomong apa lo?"

Karamel meneguk ludahnya, "ehm a-aku ..."

"Apa?"

"Aku mau ..."

"Apaan sih ga jelas. Udah lah gue pergi dulu, ga penting!"

Dengan cepat Karamel menahan tangan Leon, "tungguin!"

Leon menghela nafasnya, "cepetan!"

"Aku mau minta maaf sama kamu."

Terlihat kerutan di kening Leon, "maaf soal apaan?"

"Yang tadi di UKS ... aku udah nuduh kamu yang tidak-tidak."

"Nah itu sadar!"

"Ya udah aku minta maaf. Sebagai ucapan terima kasih ... aku ada ini buat kamu,"

Karamel memberikan wafer dua ribuan ke Leon. Wafer rasa coklat karamel.

Leon terdiam, kemudian ia terkekeh.

"Apaan banget wafer dua ribuan? Elit dikit dong!"

Karamel mencibir, "di kasih hati malah minta jantung, ya kamu!"

"Ya udah kasih jantung lo aja sini."

Karamel menahan nafasnya dalam-dalam. Benar-benar berhadapan dengan lelaki seperti Leon membuatnya darah tinggi. Mungkin nenek-nenek jika berhadapan dengan Leon ia yakin pasti akan innalillahi di tempat.

"Ya udah kalo ga mau, aku ambil lagi." Karamel hendak memasukkan wafer itu ke saku-nya kembali, namun Leon menahannya.

"Siapa yang bilang ga mau? Siniin." Leon pun merebut wafer tersebut dari tangan Karamel.

Karamel berdecak, "oke urusanku udah selesai. Kamu menerima wafer itu tandanya kamu udah maafin aku." Kemudian ia pun berdiri dan melangkahkan kakinya pergi dengan perasaan yang menggebu. Amarahnya sudah mencapai ubun-ubun!

Leon tersenyum tipis mengamati wafer berasa coklat karamel yang di berikan Karamel. Ia pun memasukkan wafer itu ke dalam sakunya dan beranjak pergi dari sana.

🌿🌿🌿

Karamel memparkirkan sepeda usangnya di halaman parkir rumah sakit. Di tangannya sudah ada bubur ayam untuk kakeknya. Ya, kakek Karamel sedang di rawat di rumah sakit ini. Dan Karamel setiap hari selalu datang menjenguknya.

KAMELEONWhere stories live. Discover now