04 | Bertemu Dengannya

Start from the beginning
                                    

Keduanya melewati kerumunan, bahu mereka kadang bertubrukan, ada juga yang memprotes kelakuan tidak sopan mereka. Budaya kesopanan diacuhkan begitu saja oleh Ayame hanya karena ingin membawa Kaori melihat apa yang mereka lihat.

Ayame tersenyum lebar, saat akhirnya ia telah berhasil membawa Kaori menuju di barisan paling depan. Protesan demi protesan yang mereka layangkan ia acuhkan begitu saja. Yang penting, dengan ini ia bisa membuka pikiran Kaori yang tertutup.

Ayame membalikkan badannya, ia hanya tersenyum simpul saat melihat Kaori kebingungan. Namun, selain itu ia melihat kemarahan banyak orang. Ayame jadi tidak enak hati, Ayame menarik Kaori untuk ikut berbalik. Keduanya membungkuk bersamaan dan mengucapkan permintaan maaf mereka.

"Sumi-masen, minna san!" ujar keduanya bersamaan dengan sopan. Entah dimaafkan atau tidak, yang terpenting mereka sudah meminta maaf.

Kebanyakan dari mereka hanya bergumam tidak jelas, mereka ketahuan sekali kalau tidak rela memaafkan tingkah tidak sopan Ayame dan Kaori. Tak mau ambil pusing, Ayame kembali menarik Kaori untuk menghadap ke lapangan. Kaori menurut begitu saja seperti hewan peliharaan kepada majikannya. Kaori sudah terlampau malas untuk menggabungkan protesannya.

Ayame nampak begitu semangat menonton pertandingan bola basket di depannya. Begitu menyenangkan sekali, apalagi kebanyakan pemainnya adalah laki-laki tampan—tentunya menyenangkan sekali, sekalian cuci mata dengan melihat yang indah-indah seperti saat ini.

"Ganbatte, Ryuga-senpai!"

"Kau pasti bisa memenangkan pertandingan kali ini!"

"Cetak poin sebanyak-banyaknya!"

"Kami selalu mendukungmu, Ryuga-senpai!

Berada di dalam kerumunan seperti saat ini bukanlah keputusan yang bijak menurut Kaori. Selain tidak ada gunanya, hal ini juga bisa saja membuat telinganya terkena masalah karena suara teriakan nyaring yang tercampur aduk di telinganya. Gadis itu saja bahkan tidak fokus melihat pertandingan di depannya, Kaori lebih sibuk menutup telinganya sambil menundukkan kepalanya.

"Kita pergi saja, Ayame!" pintanya setengah berteriak sambil menarik lengan Ayame yang begitu fokus pada pertandingan basket di depan sana.

"Tidak mau! Ini seru sekali! Lihatlah, Ryuga-senpai begitu menawan melewati lawannya sambil menggiring bola," tolak Ayame yang terkena virus kepopuleran Ryuga-senpai itu.

Kaori mendesah, ia saja tidak tahu Ryuga yang mana? Bagaimana ia bisa menikmati pertandingan ini sekaligus melihat peforma laki-laki itu? Kaori juga sudah terlanjur jengkel dengan laki-laki bernama Ryuga itu. Selain karena fansnya, laki-laki yang entah siapa itu juga berhasil memikat temannya.

"Ayame! Aku tidak tahu Ryuga-senpai yang mana! Bisakah kau memberitahuku? Aku benar-benar buta tentangnya."

"Laki-laki yang paling tampan dan keren adalah Ryuga-senpai. Coba kau lihat sendiri. Kata kuncinya, dia yang paling tampan."

Kaori berdecak, matanya meneliti semua laki-laki yang bertanding di dalam lapangan itu. Bagaimana bisa ia menyimpulkan seseorang yang bernama Ryuga itu? Jika semua di sana adalah laki-laki yang memiliki wajah relatif cukup menawan. Tunggu ... kata kuncinya, dia yang paling tampan. Baiklah, Kaori akan mencari mana laki-laki yang benar-benar paling tampan. Kalau salah orang, itu bukan salahnya. Salahkan Ayame yang tak memberitahunya.

Paling tampan, ya?

Satu persatu wajah ia teliti. Ia bandingkan satu sama lain, guna mencari mana yang paling tampan dari mereka. Suara teriakan di sekelilingnya berubah seperti hembusan angin, itu semua adalah akibat karena Kaori terlalu fokus mencari siapa yang paling tampan di antara mereka.

Matanya melebar, jantungnya berdebar saat menemukan sesosok laki-laki yang paling tampan di antara mereka. Bukan paling tampan, melainkan laki-laki yang menjadi magnet tersendiri di antara antara banyaknya orang. Apa itu yang namanya Ryuga, ya? Pantas saja banyak yang menyukainya, ternyata hanya karena melihat wajahnya Kaori bisa berubah secepat ini. Eh, tapi ... bisa saja 'kan Kaori salah orang? Semoga itu bukan si Ryuga, kalau benar ... sama saja Kaori menjilat ludahnya sendiri.

"Hm ... sekarang kau terpesona, Isihara-san."

Kaori mengabaikan ejekan Ayame padanya, gadis itu sibuk menatap Ryuga yang begitu menawan saat melihat lawannya. Kaori menjadi tertarik, padahal tidak ada magnet sama sekali yang menariknya. Salah, laki-laki itu adalah magnet yang sebenarnya.

Astaga! Kenapa jadi blank begini hanya karena setelah melihat laki-laki itu? Kaori merasa ini bukan dirinya. Ini pasti Kaori lain yang mengambil alih tubuhnya.

Ingat ya, Kaori sebelumnya tidak pernah bertemu dengan Ryuga itu. Kaori juga tak pernah melihat wajah laki-laki itu sebelumnya. Kenapa efeknya seluar biasa ini hanya karena Kaori berhasil menatap wajahnya? Aneh sekali, bukan? Ini bukan semacam novel-novel klise yang dapat jatuh cinta hanya sekali memandang mata. Berbeda sekali, astaga! Kenapa jadinya seperti ini?!

"Jangan hanya melamun, Kaori-chan! Pertandingan telah usai! Ayo ke kelas!"

"Ha?!" pekik Kaori terkejut, loh? Bagaimana pertandingan sudah selesai secepat ini? Kaori hanya melamun beberapa saat saja.

"Astaga! Kau ini kenapa? Apa wajah tampan Ryuga-senpai mengacaukan pikiranmu?"

Ingin sekali Kaori menjawab, iya. Namun, kalau jujur sama saja Kaori menghancurkan opininya, dan itu tentu akan membuat Ayame semakin puas mengejeknya. "Tidak!" Akhirnya Kaori memilih berbohong, daripada berkata yang sebenarnya.

"Ya sudah, ayo ke kelas," ajak Ayame yang sudah melingkarkan tangannya di lengan Kaori.

Kaori mengangguk, mengikuti langkah Ayame yang menariknya. Karena penasaran dan juga ingin menjawab kebingungannya, Kaori menoleh ke belakang. Matanya menatap sekumpulan laki-laki yang tampak beristirahat setelah usai melakukan pertandingan basket. Wajah tampan Ryuga kembali menjadi fokus utamanya, melihat semakin lama wajah itu membuat Kaori teringat akan satu hal.

Wajahnya berubah pias saat Ryuga nampak memergoki kelakuannya, Kaori kembali menatap ke depan dengan kedua pipinya yang memerah. Aish! Kenapa dirinya ceroboh sekali? Untung saja  Ryuga tidak mengenalnya, dan semoga saja tadi tidak sampai melihatnya. Kalau itu terjadi, habislah riwayatnya.

Tunggu dulu ... Kaori tiba-tiba teringat akan sesuatu.

Bukankah laki-laki itu laki-laki yang sama pada waktu itu?

Eh, apa Kaori salah lihat ya? Tapi, kalau bukan laki-laki yang sama. Kenapa Kaori bisa merasakan perasaan yang sama untuk kedua kalinya hanya karena ia dapat menatap wajahnya?

•••

AM PEDIA :

1. Senpai : biasanya ditujukan untuk memanggil kakak kelas, atau orang yang lebih berpengalaman.

2. San : panggilan untuk orang lain secara sopan. Tidak tergantung pada gender. Biasanya digunakan untuk orang yang lebih tua, atau orangnya yang tidak kenal dekat dengan kita.

3. Sumi-masen minna san : maaf semuanya (permintaan maaf secara formal)

Sampai di sini dulu ya marathon updatenya, tunggu part-part selanjutnya. Sampai jumpa lain waktu 🤗🤗

Vote and commentnya jangan lupa ya🤗🤗

Autumn Memories (COMPLETED) Where stories live. Discover now