70. Merebut Kembali

931 227 19
                                    

Satu jam sebelumnya

Asap dan debu masih beterbangan memenuhi pandangan mata, menutupi siluet tiga sosok yang berdiri di hadapanku.

Menara London sudah tidak bersisa apa-apa lagi selain reruntuhan jauh di belakang sana. Dengan tenang dan tanpa suara, aku mencabut pisau dari sarungnya di betisku. Meski tertutup debu dan pasir yang membutakan, mataku masih bisa melihat energi dalam tiga warna murni meliuk-liuk di udara tepat di hadapanku, berasal tepat dari ketiga sosok itu.

Dari jumlahnya yang sangat banyak, mereka jelas sangat kuat.

Dengan Oryziel sudah menghadapi Azran di belakang, pikiranku mulai menerka-nerka siapa yang mungkin menghalangiku di sini.

Ketika asap itu sudah menghilang seutuhnya, aku dihadapkan pada dua orang pria dan satu wanita dewasa. Ekspresi mereka bertiga tak gentar, tubuh mereka bergeming, dan di pinggang mereka masing-masing sudah ada satu iaraghi dan satu xifos yang bersiaga, siap untuk diacungkan kepadaku kapan saja.

"Persis seperti perkiraan kita sebelumnya, akan ada yang muncul ketika menara itu kita hancurkan. Tapi siapa ini? Apa dia benar Lazarus? Dia agak lebih kecil dari perkiraanku sebelumnya." Sang wanita menyapa terlebih dulu. Matanya berpendar dalam warna biru pucat yang sedikit mengingatkanku pada warna mata air yang jernih. Rambutnya yang berwarna merah membara seperti langit senja tampak bergerak dalam gelombang yang teratur.

Seiring dengan senyum pongah sang wanita yang mengembang, angin di sekitarku berubah tak tenang dan suhu menurun jauh, menjadikan napasku yang berembus dari mulut keluar menjadi gumpalan asap putih pucat di udara.

"Dia boleh kecil dan kelihatan lemah, tapi reaksinya di luar perkiraanku. Dia terlalu tenang, tidakkah kau pikir begitu, Klaid?" Salah satu pria dewasa, yang berdiri di sebelah kiri sang wanita, berbicara. Matanya yang menatapku tenang. Meski begitu, ada sesuatu yang tak mengenakkan yang mengintip keluar dari mata violetnya yang berpendar lebih terang dibanding kedua orang lain.

"Benar, Bastili. Jadi, biar kutebak, Lazarus Muda." Pandanganku berpindah ke pria lain yang berdiri di sebelah kanan sang wanita. Pria dengan mantel berbulu putih tebal yang tampak tak cocok di iklim London yang belum memasuki musim dingin. Mata kelabunya berpendar pucat dalam aura yang tak mengenakkan. "Kau sudah mengira akan disambut di sini dan mengira menara ini akan jatuh?"

Selagi memikirkan jawaban terbaik, benakku berpacu. Suhu di sekelilingku berubah tak menentu. Panas dan dingin menyatu dan menari-nari di udara. Energi sihir ketiga orang ini tidak bisa dianggap remeh. Energi sihir mereka berada jauh di atas penyihir kebanyakan yang sudah kutemui, tapi tidak jauh berbeda dari energi sihir Azran dan Oryziel.

Hanya ada satu jawaban yang bisa kupikirkan, satu jawaban yang terpancing karena ada dua nama sudah disebut oleh mulut-mulut mereka yang hobi sekali bicara itu.

"Tidak juga, aku tidak mengira menara itu akan jatuh," jawabku terus terang, tak menutup-nutupi pisau yang ada di dalam genggaman tanganku. Tapi tak sesuai bayangan, fokus ketiga orang itu tidak beralih sedikit pun pada senjataku, seakan apa yang aku genggam saat ini sama sekali bukan masalah bagi mereka.

Jika memang mereka merasa aku bukan masalah, mereka benar-benar monster. Tapi aku tidak bisa mengharapkan yang kurang daripada ini, karena mereka juga bukan lawan yang enteng sama sekali.

Sang wanita terlihat heran untuk beberapa saat. "Kalau begitu, apa kau benar Lazarus?"

Lazarus, entah kenapa aku mulai tidak suka dengan panggilan itu.

"Benar," jawabku tanpa keraguan sama sekali. Senyum mengembang di bibirku. Namun aku yakin, senyum yang ada di sana sama sekali tak mendekati kategori senyum yang indah. "Suatu kehormatan bisa disambut oleh ketiga raja sekaligus." Aku menatap pria bermata kelabu pucat itu. "Klaid." Lalu berpindah ke pria berambut pirang dengan mata violet itu. "Bastili." Dan terakhir menatap sang wanita berambut merah membara. "Dan kau, Ma'am, pastilah Eusena."

Lazarus ChestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang