[6] Melemahnya Agaz

Start from the beginning
                                    

"AHH LAMA BANGET! BURUAN TOLONGIN!"

"Tolongin dia, dia pingsan," ucap Runa yang sekarang berada tepat di samping tubuh Agaz yang tergeletak di tanah.

Mereka membopong Agaz bersama-sama menuju gerbang, keadaan yang tidak memungkinkan membuat mereka memesan taksi online untuk mengantar Agaz pulang, sedangkan Runa langsung beranjak pergi menuju mobil yang menjemputnya.

"Gaz, bangun woi!" Dirham menepuk-nepuk pipi Agaz pelan di sepanjang perjalanan.

"Ham, tadi kok tiba-tiba Runa duluan yang nemuin Agaz? Padahal kan pas kita keluar uks dia masih di sana," tanya Erik penasaran.

"Yaa mana gue tau," Jawab Dirham singkat. "dah sampai, bantu gue bopong nih anak," lanjutnya.

Mereka segera membawa Agaz masuk ke dalam rumah miliknya.

"Misii!!" teriak Dirham di depan pintu.

"Bodo amatlah, gak dikunci, kuy masuk!" Erik membuka pintu rumah Agaz lebar-lebar.

"Tante Arum!!"

"Om Gaza!!"

Mereka serempak bersorak memanggil tuan rumah sembari meletakkan tubuh Agaz di sofa. "Mana sih penghuninya, enak banget maling buat masuk nih rumah." Erik mengoceh sambil berjalan ke dapur untuk menyiapkan kompres.

"OMM! TANTE!!" sorak Dirham lebih keras.

"WOYY APAAN SIH BRISIK BANGET." Dirham terlonjak kaget, lalu berbalik badan.

"BEGO!!" umpatnya.

Bukan Arum maupun Gaza melainkan Agaz yang meneriakinya. Sesaat kemudian Erik kembali dengan membawa baskom berisi air dan handuk kecil yang ia temui.

"Kok udah sadar? Cepet banget."

"Nyumpain gue biar gak sadar ya?!" jawabnya ngegas.

Ia bangkit dari tidurnya sesekali meringis karena kepalanya yang masih sakit. "Nih, bersihin muka lo yang gak seberapa itu, kayanya bekas mimisan deh." Erik menyodorkan baskom ditangannya. Agaz melirik sinis lalu mengambilnya.

"Rumah lo kok sepi, Gaz?" tanya Dirham penasaran.

"Orangnya lagi tour ke LA kali," jawabnya asal. Dirham dan Erik hanya ber-oh ria.

"Gaz."

Suara seseorang tiba-tiba mengagetkan mereka bertiga, mereka serempak menoleh ke arah pintu utama mencari sumber suara, namun nihil, tidak ada siapa pun di sana.

"Gak ada siapa-siap--"

"Astaga, Tante! Ngagetin aja." Dirham dan Erik terlonjak kaget melihat Arum yang tiba-tiba muncul di belakang Agaz. Arum hanya membalas mereka dengan tersenyum tipis.

"Kamu kenapa?" tanyanya lalu beranjak duduk di samping Agaz. Erik dan Dirham hanya diam memandangi kedua ibu dan anak di depan mereka.

"Gapapa, Ma," jawab Agaz singkat.

Suasana kembali hening, Arum juga tak lagi bersuara dan memilih untuk beralih memandangi kedua sahabat anaknya itu dengan tatapan tajam. Erik menelan salivanya, begitu juga Dirham.

"Gaz." Erik membuka suara, memberi isyarat untuk Agaz menatap ke sampingnya. Agaz melihat Arum yang masih memandangi Dirham dan Erik dengan tatapan yang semakin menusuk, ia merasa ada yang janggal, dengan posisi tubuhnya yang lemah Agaz tidak bisa mengetahui apa pun.

Kini tubuhnya mendadak menjadi panas, Agaz mengacuhkan kedua sahabatnya lalu sibuk mengipas-ngipas wajahnya menggunakan tangan. Erik dan Dirham hanya menatapnya aneh, terlihat seperti kepanasan saat musim dingin bukanlah suatu yang wajar bagi mereka. Arum beralih menatap Agaz di sampingnya, ia menatap dengan sinis, lalu bibirnya menyeringai jahat, sayangnya tak satu pun dari mereka yang menyadari.

"Sepertinya badan kamu pa--" Arum meletakkan telapak tangannya di dahi Agaz. "Argh! Panasss!!!" Ia dengan cepat berlari menuju dapur.

Ceroboh sekali.

Agaz bahkan masih memakai cincin tersebut. Erik memandangi Arum hingga hilang dari pandangannya lalu beranjak duduk di samping Agaz.

"Gak panas," ucapnya sambil memegangi lengan temannya itu.

"Gue juga ngerasa gak panas sekarang."

Dirham menepuk dahinya pelan.
"Haduh bingung gue."

"Pindah ke kamar aja lah kita, gak enak di sini." Erik dan Dirham beranjak dari sofa, mengikuti jejak Agaz yang berjalan di depan mereka lalu menaiki anak tangga.

'Tap'

'Tap'

'Tap'

Langkah mereka terhenti, tak satu pun ingin menoleh ke bawah.

"Gaz."

"Rik."

"Ham."

Mereka saling memandang memasang posisi siap untuk berlari.

"MAMA TERCANTIK PULANGG!! MY BELOVED SON AGAZ TERSAYANG WHERE ARE U?!!" teriak Arum yang baru saja datang sambil menenteng barang belanjaan ditangannya.

"HAH?!!" teriak mereka serempak.



































To be continued...

Am I A Ghost?Where stories live. Discover now