[3] Kejadian

212 170 113
                                    

Suasana sepi mendominasi ruangan uks saat ini, terlihat Erik yang terbaring tak sadarkan diri, wajahnya terlihat begitu pucat. sementara Agaz dan Dirham duduk di sampingnya setelah meminta petugas uks untuk membelikan mereka makanan di kantin. Dirham memperhatikan Erik seksama, masih dengan kebingungannya dengan peristiwa yang baru saja terjadi. "Dia kenapa sih, Gaz?"

"Kemarin pas kita mau pulang dari rumahnya Erik, gue gak sengaja denger ada hantu yang mau bikin ulah dengan cara datengin rumahnya semalam, trus gue bilang ke mereka buat nggak bukain pintu kalo ada yang ngetok, eh malah Erik bukain, gini deh jadinya." Agaz menjelaskan dengan rinci, Dirham mengangguk-angguk mengerti. Sesaat setelahnya tubuh Erik menimbulkan pergerakan dan akhirnya ia sadar.

"Rik, ini lo, 'kan?"

Plak!

"Ya ini gue lah! Emangnya siapa lagi."

"Astaga ngegas! Sakit bego!" Dirham mengumpat sesekali mengusap pipinya yang sakit membuat Agaz puas menertawakan mereka, apalagi melihat kelakuan Erik yang sungguh bar-bar itu. Tawanya berhenti saat petugas uks datang menemuinya, mengantarkan makanan ia yang pesan. "Eh makasih ya, kembaliannya buat lo aja." Ia tersenyum manis.

"Ganteng-ganteng ngeselin juga, kan uangnya pas mana ada kembalian." Gadis tersebut menggumam lalu meninggalkan mereka untuk kembali menjaga uks. Agaz yang masih mendengar ucapan itu hanya terkekeh geli.

Ketiganya makan dengan tenang, menghabiskan waktu istirahat di sana sebelum bel masuk berbunyi dan melanjutkan kegiatan belajar mereka seperti biasanya.

Setelah berkutat dengan buku dan angka-angka, mereka akhirnya bisa pulang dan berbondong-bondong berjalan menuju gerbang untuk menunggu jemputan, Agaz dan kedua temannya berjalan menuju parkiran, diiringi tatapan kagum dari para kaum hawa yang melihat ketampanan mereka.

Erik dibonceng oleh Dirham, mereka pulang terlebih dulu meninggalkan Agaz yang masih ingin berada di sana. Ia menaiki motornya setelah berada hampir setengah jam di parkiran, keluar gerbang lalu berhenti dan mematikan mesin motornya tepat di depan halte.

Agaz beradu tatap dengan gadis di depannya, sesekali ia melirik ke belakang Runa lalu bergidik ngeri. "Pulang bareng gue aja, sebagai permintaan maaf soal kemarin yang gue bikin lo marah di restoran, lagian udah hampir satu jam lo nunggu belum dijemput juga." Ia membuka percakapan sambil berjalan mendekati Runa yang masih terdiam di tempatnya namun sesaat kemudian sebuah mobil datang mendekati mereka, Runa tak menghiraukan ucapan Agaz lalu masuk ke dalam mobil tersebut dan pergi meninggalkan halte sekolah tanpa melirik ke arahnya sedikit pun.

Agaz duduk lalu menghembuskan nafasnya kasar. "Kemarin gue liat nggak sebanyak itu deh." Ia menggumam.

"Jangan deketin dia, Gaz. Mereka semua itu jahat, bisa nyakitin lo sewaktu-waktu." Daniel, hantu yang setahun belakangan ini menemani Agaz saat di sekolah tiba- tiba muncul di sampingnya, jika saja Agaz tidak terbiasa dengan hal seperti ini, sepertinya ia akan mati muda karena jantungan.

"Lagian belum dicoba, mana tau rasanya." Ia terkekeh pelan lalu memasang helmnya kembali, Daniel menepuk jidatnya. "Terserah dah." Agaz langsung beranjak pulang, meninggalkan area sekolah dengan pikirannya yang dipenuhi bayang-bayang seorang Runa, membuatnya sesekali tersenyum di sepanjang perjalanan.

***

"Gaz, nanti kalo ada Erik sama Dirham, mama kamu udah nyiapin makanan di kulkas jadi gak usah beli lagi." Gaza menghampiri anaknya yang masih fokus menonton televisi.

Am I A Ghost?Where stories live. Discover now