[11] Lantas Siapa?

149 134 45
                                    

"Gak ada apa-apa kok," jelas Alin setelah melihat-lihat keadaan di belakang mereka.

"Masa sih?" Dirham yang penasaran ikut menoleh ke belakang, Alin hanya mengangguk. Agaz yang tau apa yang terjadi memilih tak ambil pusing, karena selama Alin didekatnya semuanya pasti tetap aman.

Sepuluh menit berlalu dan akhirnya mereka sampai ke tujuan dengan selamat dan langsung bergegas membawa Runa masuk ke dalam rumah, begitu juga dengan ayahnya.

"Kamar lo?" Agaz angkat suara.

"HAH?!" Alin malah ngegas.

"KA-MAR-LO-DI-MA-NA-A-LIINN" jelas Agaz, sejelas jelasnya.

"Mau ngapain?!!"

Sekarang giliran Dirham dan Erik yang emosi. "Obrak abrik aja dah." Agaz memberi arahan pada keduanya, mereka bergegas mencari kamar untuk Runa dan ayahnya.

"Woii!!! Rumah orang nih! Main sembarangan masuk aja!!" teriak Alin namun tak satu pun di antara mereka yang menggubris, ia pasrah lalu mengekori mereka yang berjalan menuju kamarnya, sedangkan Erik sudah lebih dulu berjalan menuju dapur untuk mengambil kompres dengan air hangat.

Sementara itu Agaz memperhatikan gerak gerik Alin yang sedang mengolesi minyak kayu putih di pelipis Runa, netranya hampir tak berpaling dari wajah gadis mengesalkan itu--menurutnya, namun tidak bertahan lama Alin segera menyadarinya.

"NGAPAIN LIAT-LIAT GUE? NAKSIR LO?!"

"Dih kepedean."

"TRUS NGAPAIN LIAT-LIAT?!"

Ucapan Alin tak lagi di gubris oleh Agaz, ia malah memandang Runa dan Ayahnya seksama, brengsek batin Alin. Ia kesal ucapannya hanya dianggap angin lalu.

Di sisi lain, Dirham menatap Runa dalam diam dengan raut wajah yang begitu khawatir, lalu cepat-cepat mengganti ekspresinya sebelum Agaz atau pun Alin mengetahui hal itu. Hingga akhirnya Erik datang dengan baskom berisi air hangat ditangannya.

"Kok pingsan lama banget ya bangunnya?" gumam Erik sembari menyerahkan kompresan itu pada Alin.

"Lo belum pulang sih." celetuk Dirham tiba-tiba.

"LAH APA HUBUNGANNYA BAMBANG?!" Suaranya naik dua oktaf. Alin mengelus-elus dadanya, kini giliran dia yang ngegas.

"LU TAU GAK? INI RUMAH GUE! GAUSAH BERISIK!" Agaz dan Dirham spontan menutup kedua telinga mereka, membayangkan bagaimana jadinya jika mereka bersahabat, sesaat kemudian bergidik ngeri.

Dirham melanjutkan kata-katanya. "Masa iya bangun-bangun malah liat Voldemort," ejek Dirham diikuti tawanya yang terbahak-bahak lalu disusul oleh gemuruh tawa Alin dan Agaz.

"Bukan Voldemort, Ham. Yang bener Voldy Moldy AKWKWKW!!!" sambung Agaz, membuat mereka tertawa lebih kencang.

"GAK ADA YA SEJARAHNYA VOLDEMORT HIDUNG MANCUNG KAYAK GUE DAN SEGANTENG GUE, HUH!" Erik yang kesal lalu berlagak memalingkan wajahnya. Canda tawa mereka membuat atmosfer di sekitarnya menjadi jauh lebih baik, namun sayangnya tidak bisa bertahan lama.

"Lo beneran sodaranya Runa, Lin?" tanya Erik tiba-tiba, berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Iya, kenapa?"

"Nanya aja."

Alin ber-oh ria.

Dirham yang penasaran ikut membuka suara. "Lo tinggal di sini sendirian?"

"Iya," jawabnya singkat.

"Ceritain." Kali Agaz yang bersuara.

"LO SIAPA? MAU TAU AJA URUSAN ORANG?!"

Am I A Ghost?Onde histórias criam vida. Descubra agora